Dataran Tinggi Dieng yang terletak di Jawa Tengah, Indonesia dikenal sebagai salah satu destinasi wisata alam yang menakjubkan.
Dalam waktu-waktu tertentu, ada fenomena menarik yang selalu terjadi tiap tahunnya di sini, yaitu "bun upas" atau embun beku. Hal ini pun menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.
Lalu, sebenarnya apakah fenomena ini memberikan dampak? Mari kita mengenal lebih lanjut soal bun upas ini terlebih dahulu.
Batu Ratapan di Dataran Tinggi Dieng: Cerita Wanita Selingkuh yang Dikutuk
Apa itu bun upas?
"Bun upas" adalah istilah dalam bahasa Jawa yang berarti embun racun. Namun, dalam konteks ini, istilah tersebut tidak merujuk pada sesuatu yang beracun, melainkan embun beku. Disebut racun karena embun ini mengakibatkan berbagai jenis tanaman mati.
Bun upas terjadi ketika suhu di Dataran Tinggi Dieng turun drastis, terutama pada malam hari, hingga mencapai titik beku atau bahkan lebih rendah. Embun yang terbentuk di permukaan dedaunan dan tanah kemudian berubah menjadi kristal es karena suhu yang sangat dingin.
Fenomena ini biasanya terjadi pada bulan-bulan musim kemarau, antara bulan Juni hingga Agustus, ketika langit cenderung cerah dan suhu malam hari bisa turun hingga di bawah nol derajat Celsius.
Dieng, yang terletak pada ketinggian sekitar 2.000 meter di atas permukaan laut, memiliki iklim yang cukup ekstrem, dengan suhu yang bisa sangat dingin di malam hari dan pagi hari, serta cukup hangat pada siang hari.
Cukur Rambut Gimbal, Budaya Ruwat yang Masih Lestari di Dataran Dieng
Dampak dari bun upas
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Dwikorita Karnawati yang diwakili oleh Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Ardhasena Sopaheluwakan menjelaskan fenomena embus es (frost) di Dieng merupakan salah satu aspek cuaca yang menyita perhatian serius bagi kalangan ilmuwan, praktisi cuaca, dan masyarakat.
"Cuaca dan iklim merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari, dan peristiwa-peristiwa ekstrim seperti embun es (frost) memiliki dampak yang signifikan pada berbagai sektor kehidupan" kata Ardhasena dalam sambutannya yang sekaligus membuka seminar ilmiah bertajuk 'Mengenal Fenomena Embun Es Dieng: Kemunculan dan Dampaknya', Selasa (28/11).
Pada seminar ilmiah ini disampaikan hasil pengamatan frost dan temperatur minimum komprehensif di wilayah Dieng, Jawa Tengah sejak tahun 2020. Pengamatan dilakukan dengan memasang peralatan AWS di wilayah Candi Arjuna.
"Fluktuasi kejadian fenomena embun es Dieng ini diperkirakan juga dipengaruhi oleh adanya fenomena iklim global seperti El Nino dan La Nina serta adanya perubahan iklim," ujar Ardhasena.
Di sisi lain, akibat cuaca ekstrem yang menghasilkan embun es di dataran tinggi Dieng, Ardhasena berujar fenomena ini memiliki dampak negatif yang perlu dipertimbangkan.
Pada sektor pertanian, menyebabkan tanaman menjadi layu, mati dan mengering. Fenomena ini juga berdampak pada kondisi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat di wilayah setempat.
Petani di Dieng harus mengambil langkah-langkah khusus untuk melindungi tanaman mereka dari dampak bun upas.
Salah satu metode yang kerap digunakan adalah dengan menutupi tanaman menggunakan plastik atau bahan penutup lainnya pada malam hari untuk menjaga suhu tetap hangat. Selain itu, petani juga sering kali mengatur waktu tanam agar masa pertumbuhan tanaman tidak bertepatan dengan puncak musim bun upas.
Batu Angkruk Dieng, Menikmati Indahnya Sunrise dan Berfoto di Jembatan Kaca
Meningkatkan daya tarik untuk ke Dieng
Namun, di balik dampak buruknya, fenomena frost meninggalkan keunikan yang dapat dijadikan wisata bagi masyarakat.
"Jika fenomena kemunculan embun es ini dapat dikelola dan dipromosikan dengan baik, dapat menjadi potensi wisata unik di Dieng yang dapat mendatangkan lonjakan kunjungan wisatawan yang signifikan dan meningkatkan perekonomian lokal," ungkap Ardhasena.
Bagi wisatawan yang ingin menyaksikan keindahan bun upas, ada beberapa tips yang bisa diikuti untuk mendapatkan pengalaman terbaik. Pertama, periksa prakiraan cuaca sebelum berangkat.
Bun upas lebih mungkin terjadi pada malam hari yang cerah dan dingin. Kedua, datanglah ke Dieng pada bulan-bulan musim kemarau, yaitu sekitar bulan Juni hingga Agustus.
Pagi hari adalah waktu terbaik untuk melihat bun upas, ketika matahari baru terbit dan embun beku masih menutupi dedaunan dan tanah. Pastikan untuk membawa pakaian yang cukup hangat, karena suhu di Dieng pada pagi hari bisa sangat dingin.
Penemuan Arca Terbesar di Dataran Tinggi Dieng
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News