Dengan bertambahnya usia bumi dan krisis iklim yang terus mengintai, masyarakat tentunya tidak tinggal diam dalam menghadapi berbagai macam bencana. Hal ini menimbulkan kesadaran akan lingkungan yang semakin meningkat. Berbagai macam cara dilakukan setiap orang untuk ikut berpartisipasi dalam menjaga bumi dan mempromosikan gaya hidup yang lebih sehat.
Gerakannya pun beragam, mulai dari langkah kecil di rumah hingga membentuk kolektif nasional. Kini, ada sebuah gerakan unik yang semakin populer, di mana inisiatif ini mengurangi konsumsi daging setiap hari Senin.
Lalu, mengapa kita perlu mengurangi konsumsi daging? Dan kenapa memilih hari Senin? Mari, kita simak!
Langkah Kecil, Perubahan Besar
Sejak diperkenalkan oleh Johns Hopkins Center for a Livable Future (CLF) pada tahun 2003, gerakan Meatless Monday telah menyebar ke lebih dari 40 negara dan tersedia dalam 22 bahasa. Indonesia pun turut berkontribusi dalam gerakan ini sejak tahun 2021, dengan nama yang serupa, yakni Meatless Monday Indonesia (MMI) di bawah Yayasan Jalin Komunikasi Indonesia.
Dengan konsep utama yang diusung adalah mengurangi konsumsi daging (daging merah, unggas, seafood, dan produk susu) dan dialihkan kepada konsumsi makanan nabati yang sehat.
Senin dipilih karena dianggap sebagai awal minggu yang ideal untuk memulai perubahan dan kebiasaan baru. Inilah yang membedakan gerakan ini dari vegetarian atau vegan. Meatless Monday pun tidak bertujuan untuk sepenuhnya menghapus konsumsi daging, melainkan hanya menguranginya dalam satu hari dalam seminggu.
Demikian, kata "Meatless" dan "Monday" pun harus tetap bersama karena pemisahan keduanya akan mengubah maknanya.
Selain itu, untuk mengadopsi Meatless Monday juga perlu berkonsultasi dengan ahli, karena kondisi kesehatan setiap orang dapat berbeda-beda.
Sebab mengurangi konsumsi dari yang berlebihan, dalam kajian Susanti, S., Isnawati, & Muhaimin, F.T (2022) berjudul "Pengurangan Konsumsi Daging Merah Berlebih untuk Menghambat Penuaan" menyatakan bahwa konsumsi berlebihan daging merah dapat meningkatkan kadar kolesterol dan menumpukkan zat sisa dari metabolisme tubuh yang tidak diperlukan.
Menu Makanan Khas Indonesia untuk Menemani Diet Plant-Based
Penumpukkan inilah yang mengakibatkan risiko terjadinya penuaan dan masalah kesehatan pada jaringan atau organ tubuh yang memburuk. Meninjau aspek lingkungan, dalam penelitian oleh Rueda & Scherer (2024) yang diterbitkan di The Conversation, menjelaskan bahwa mengurangi konsumsi daging memiliki manfaat besar, seperti membebaskan lahan dan mengurangi penggunaan air yang signifikan untuk budidaya ternak sapi, ayam, babi, atau produksi pakan.
Bahkan, dalam penelitiannya memperkirakan dapat membebaskan lebih dari 60% lahan pertanian global. Beberapa laporan dari lembaga konsultan juga mencatat setidaknya dapat menurunkan pasokan daging secara berturut - turut, yaitu antara 10—30% pada tahun 2030 dan 30—70% pada tahun 2050.
Negeri Kaya Makanan Nabati
Sepertinya gerakan ini memang sangat cocok untuk Indonesia, di mana tersedia banyak pengganti makanan daging, yakni makanan nabati yang berlimpah. Di Jawa Barat sendiri misalnya. Dalam makanan tradisional suku Sunda, menurut Unus Suriawiria (2001), terdapat 80 variasi makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat Sunda, di mana sekitar 65% berasal dari jenis tumbuhan atau tanaman.
Tak hanya itu, beberapa masyarakat di Indonesia Timur mengonsumsi kacang-kacangan dan biji-bijian, seperti kacang merah yang dicampur dengan sorgum. Makanan ini biasanya dimasak dengan dibungkus menggunakan daun pisang dan dihidangkan sebagai makanan pokok sehari-hari.
Manfaat Sorgum, Biji-bijian yang Bisa Dipakai untuk Pengganti Nasi
Selanjutnya, sagu yang tumbuh di Papua dan Maluku memiliki kemampuan untuk bertahan bahkan saat musim kemarau atau banjir. Sagu juga dianggap sebagai sumber karbohidrat yang sehat karena memiliki indeks glikemik rendah dan berperan sebagai prebiotik yang merangsang pertumbuhan bakteri baik di dalam usus.
Pastinya, jika makanan lokal terus dikonsumsi oleh masyarakat setempat, dampaknya tidak hanya terasa pada kesehatan tubuh, tetapi juga memberikan kontribusi positif pada masyarakat, terutama dalam meningkatkan ekonomi lokal.
Dengan demikian, gerakan Meatless Monday ternyata memiliki dampak yang luas, tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan tubuh tetapi juga bagi berbagai sektor, termasuk pemberdayaan masyarakat melalui makanan lokal Indonesia. Jadi, apakah Kawan GNFI tertarik untuk bergabung? Silakan lontarkan pendapat!
Referensi
- Nurhasan, M & Panggabean, R. 2023. Konsumsi pangan lokal membantu masyarakat Indonesia hidup sehat dan berkelanjutan. Tautan: https://theconversation.com/konsumsi-pangan-lokal-membantu-masyarakat-indonesia-hidup-sehat-dan-berkelanjutan-202841
- Rueda, O & Scherer. 2024. Menghindari daging dapat membuka lahan penting untuk menghasilkan energi dan menyerap karbon dari atmosfer - riset. Tautan: https://theconversation.com/menghindari-daging-dapat-membuka-lahan-penting-untuk-menghasilkan-energi-dan-menyerap-karbon-dari-atmosfer-riset-225096
- Suriawiria, U. 2001. Makanan Tradisi 'Urang Sunda', dalam Konferensi Internasional Budaya Sunda, Bandung, 22 - 25 Agustus 2001
- Susanti, S., Isnawati, & Muhaimin, F.I. 2022. Pengurangan Konsumsi Daging Merah Berlebih untuk Menghambat Penuaan. Muhammadiyah Journal of Geriatric Vol.3 No.1
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News