Jazz, genre musik internasional yang lahir pada awal abad ke-20, telah mengarungi dunia hingga menemukan rumah di berbagai budaya, termasuk di Indonesia. Perjalanan jazz sebagai genre musik dapat dikatakan sebagai sebuah proses budaya. Sebab, sejak awal kemunculannya hingga berhasil menjadi sebuah genre musik populer yang dikenal luas hingga sekarang, jazz senantiasa bersinggungan dengan budaya-budaya di seluruh dunia. Ajang tersebut memunculkan ketertarikan tersendiri serta melahirkan pengalaman baru bagi penggemar setia genre musik ini.
Di tempat kelahirannya, New Orleans, jazz muncul dari tradisi musik Afrika-Amerika sebagai simbol kebebasan dan pemberontakan terhadap norma sosial yang ketat pada masa itu. Lambat laun, musisi jazz yang kebanyakan adalah keturunan Afrika-Amerika, mulai mendapat pengakuan dan genre musik mereka mulai diperhitungkan sebagai sebuah seni.
Dari sana, jazz mulai berevolusi dari budaya “pinggiran” menjadi budaya populer, disiarkan dalam film, televisi, hingga masuk ke festival-festival.
Di Indonesia, festival musik jazz dalam beberapa tahun terakhir, telah menjadi daya tarik tersendiri, terutama dari segi pariwisata. Pasalnya, festival jazz internasional yang diselenggarakan di Indonesia kerap menyatukan jazz yang mendunia dengan kekayaan lokal Indonesia.
Tak heran, festival jazz seperti Jazz Gunung, yang menampilkan keindahan alam pegunungan di Indonesia, berhasil menggaet banyak musisi lokal dan mancanegara untuk berkolaborasi menyuguhkan pertunjukan musik jazz yang epic dengan latar pegunungan khas Indonesia. Menghadirkan pengalaman tak biasa dalam menikmati sebuah festival musik.
Bukan hanya itu, belakangan, ikon-ikon cultural heritage, seperti Candi Prambanan, juga tak luput dimanfaatkan sebagai tempat diselenggarakannya festival jazz international yang ikonik, Prambanan Jazz Festival.
Satu Dekade Prambanan Jazz Hadirkan AR Rahman, Pencipta Lagu Chaiyya Chaiyya
Kolaborasi Festival Musik dan Wisata Sejarah
Prambanan Jazz Festival diadakan sejak tahun 2015 dan konsisten memanfaatkan lingkungan Candi Prambanan, yang telah dinobatkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO sejak 1991.
Bukan tanpa alasan, pemilihan Candi Prambanan sebagai venue dan daya tarik utama diselenggarakannya festival jazz internasional tersebut dimaksudkan untuk mengangkat kesadaran akan warisan budaya Indonesia ini ke hingga ke kancah Internasional.
Hal ini sekaligus dimaksudkan sebagai upaya memperkenalkan kembali wisata sejarah yang belakangan dianggap kuno dan membosankan bagi sebagian kalangan. Karena, selain “hanya” festival musik, pihak Prambanan Jazz Festival juga menyuguhkan cultural escape package bagi siapapun yang berminat untuk mengunjungi objek bersejarah lain di sekitar Candi Prambanan.
Dengan begitu, sebuah pertunjukan musik, dalam hal ini Jazz, tidak sekedar menjadi ajang menikmati musiknya saja, namun juga berfungsi kolaboratif, sebagai ajang pengenalan sejarah Indonesia.
Harmoni Jazz dengan Genre Musik Lokal
Lebih dari itu, meski bertajuk Prambanan Jazz Festival, festival ini juga menghadirkan kolaborasi musisi-musisi lokal yang terkenal dengan genre musik yang berbeda untuk menyumbangkan talentanya dalam festival jazz internasional ini. Sebut saja Endah Laras yang terkenal sebagai seniman keroncong dan campursari, turut serta memeriahkan Prambanan Jazz Festival.
Harmoni antara Jazz dengan keroncong khas Jawa terdengar legit dalam penampilannya diiringi orkes Sinten Remen pada Prambanan Jazz Festival 2020, menunjukkan bahwa musik dapat menjadi jembatan, dan perbedaan bukanlah penghalang.
Prambanan Jazz Kembali Hadir di 2024, Bawa Semangat Pelestarian Budaya dan Pemajuan Wisata
Selain Endah Laras, Denny Caknan, musisi asal Jawa Timur yang terkenal dengan genre koplo-nya juga mewarnai panggung Prambanan Jazz Festival. Lagi-lagi, kolaborasi mahal antara musik internasional dan musik lokal mendorong ajang pertukaran budaya dan sekaligus nilai plus festival jazz di Indonesia dalam menyuguhkan pengalaman berbeda saat menyaksikan pertunjukan.
Berkain ke Festival Musik Internasional?
Kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia begitu beragam, hingga rasanya, dua hal di atas hanyalah sebagian kecil dari warisan budaya yang diperkenalkan sebagai sebuah identitas dan ciri khas festival jazz di Indonesia. Sebuah terobosan baru dengan meghadirkan kolaborasi antara musik dan fashion sebagai produk budaya hadir untuk melengkapi khasanah budaya Indonesia dalam Prambanan Jazz Festival melalui #berkainkePrambananJazz.
Hashtag ini muncul sebagai sebuah gerakan yang aktif digaungkan di media sosial untuk mengenakan wastra atau kain tradisional khas Indonesia saat berkunjung ke Prambanan Jazz Festival. Batik, tenun, songket, hingga jenis kain tradisional lain dikemas dengan berbagai model, mulai dari yang otentik, hingga dimodifikasi dengan style yang modern, membalut pengunjung di pelataran Candi Prambanan.
Gerakan tersebut mematahkan stigma kain tradisional Indonesia yang terkesan kaku dan formal. Sebab, selama ini hanya digunakan saat acara-acara tertentu saja, ternyata dapat dipadu-padankan dengan setelan santai saat menikmati alunan musik jazz.
Terlihat beberapa pengunjung antusias untuk mengikuti gerakan ini, melalui banyaknya impressions terhadap hashtag tersebut di media sosial.
5 Hal Menarik yang Dapat Dilakukan di Prambanan Jazz Festival
Interaksi antara jazz sebagai sebuah genre musik internasional dengan produk budaya lain seperti cultural heritage, musik lokal, serta kain tradisional Indonesia adalah tanda bahwa sebuah pertunjukan musik. Tidak hanya menyoroti musik sebagai elemen utama dalam pertunjukan tersebut. Namun, juga menghadirkan sinergi dengan produk budaya lain, dengan tujuan yang sama, memperkenalkan, melestarikan, dan mempromosikan kekayaan lokal ke kancah internasional.
Melalui sebuah pertunjukan atau festival, musik dapat menjadi jembatan diplomasi budaya, menjembatani perbedaan budaya di seluruh dunia. Tertarik berkontribusi memperkenalkan budaya Indonesia dalam Prambanan Jazz Festival 2024?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News