Kota Blitar berasal dari peristiwa pengusiran Laskar Tartar oleh Raden Wijaya pada tahun 1293 Saka. Sebagian penafsiran juga mengaitkan nama Blitar dengan akronim "Baline Tartar".
Namun, penjelasan dari Pemerintah Kota Blitar dan para pemerhati sejarah lebih menekankan bahwa asal-usul nama Blitar berasal dari "Balitar", yang tercatat dalam Kitab Negarakertagama dan Prasasti Palah.
Nama Blitar diperkirakan sudah ada sejak zaman Mataram kuno.
Baca Juga: 3 Rekomendasi Wisata Gua yang Menakjubkan di Blitar
Sejarah Blitar menurut Asal Mula “Baline Tartar”
Dalam sejarah Blitar, "Baline Tartar" berarti "pulangnya Tartar". Nama ini berasal dari peristiwa pengusiran Laskar Tartar oleh Raden Wijaya pada tahun 1293 Saka.
Laskar Tartar yang bersembunyi di hutan selatan kemudian dipaksa pulang oleh Nilasuwarna, yang diberi gelar Adipati Aryo Blitar I. Oleh karena itu, wilayah tersebut dinamakan "Baline Tartar" sebagai simbol kepulangan Laskar Tartar.
Nilasuwarna, yang juga dikenal sebagai Gusti Sudomo, adalah seorang bangsawan penting dalam sejarah Blitar.
Sebagai anak dari Adipati Wilatikta Tuban dan orang kepercayaan Kerajaan Majapahit, Nilasuwarna diberikan tugas oleh Majapahit untuk menumpas pasukan Tartar yang bersembunyi di hutan selatan.
Setelah berhasil menyelesaikan tugas ini, ia dianugerahi gelar Adipati Aryo Blitar I dan diberi hak untuk mengelola hutan selatan.
Nilasuwarna tidak menghadapi pasukan Tartar secara langsung. Raden Wijaya, Adipati Majapahit, menggunakan strategi dengan mengatur serangan terhadap pasukan Tartar saat mereka berpesta di Pura Kediri.
Serangan ini dilakukan dengan mengepung pasukan Tartar dari utara dan selatan, membuat mereka tidak siap dan akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Pulau Jawa.
Nilasuwarna mengalahkan Pasukan Tartar dengan menyerang sambil berteriak "Bali Tartar, Bali Tartar". Mendengar teriakan tersebut, prajurit Kekaisaran Mongol melarikan diri ke arah selatan menuju Sungai Brantas dan kemudian melarikan diri ke arah barat bersama dengan prajurit yang tersisa.
Setelah mengusir pasukan Tartar, Nilasuwarna dianugerahi gelar Adipati Aryo Blitar I dan diberikan hadiah berupa hak untuk mengelola hutan selatan.
Sebagai penghargaan atas jasanya dalam menumpas pasukan pemberontak, ia juga diberikan wilayah kekuasaan.
Baca Juga: Gong Kyai Pradah, Warisan Tradisi Turun Temurun dari Blitar
Blitar sebagai Pusat Pemerintahan Majapahit
Blitar menjadi pusat pemerintahan pada masa Majapahit karena beberapa alasan. Nah, berikut macam alasannya:
- Pengusiran Laskar Tartar: Keberhasilan Raden Wijaya mengusir Laskar Tartar pada tahun 1293 M menjadikan wilayah Blitar penting sebagai pusat pemerintahan Majapahit.
- Kerajaan Majapahit: Blitar diperkirakan menjadi pusat pemerintahan sejak awal pemerintahan raja-raja Majapahit. Sejarah Kerajaan Majapahit dimulai setelah Raden Wijaya mengusir pasukan Tartar.
- Candi Kotes: Pendirian Candi Kotes pada masa Kerajaan Majapahit di bawah pemerintahan Raden Wijaya menunjukkan pentingnya Blitar sebagai pusat pemerintahan.
- Peninggalan-peninggalan: Berbagai prasasti yang ditemukan, seperti Prasasti Kinewu dan Panumbangan I, menunjukkan bahwa beberapa wilayah yang sekarang termasuk Kabupaten Blitar telah menjadi bagian dari Kerajaan Majapahit.
Ini menunjukkan bahwa Kota Blitar menjadi pusat pemerintahan pada masa Majapahit karena pengusiran Laskar Tartar, pembentukan Kerajaan Majapahit, serta adanya peninggalan-peninggalan seperti Candi Kotes dan prasasti-prasasti yang menunjukkan pentingnya wilayah ini.
Baca Juga: Supriyadi dan Pemberontakan PETA di Blitar
Pengaruh Raden Wijaya dalam Pembangunan Blitar
Pengaruh pembangunan Blitar juga tidak lepas dari peran Raden Wijaya. Dimana dahulu ia dikenal sebagai Kertarajasa Jayawardhana (1294-1309), yang memiliki peran signifikan dalam sejarah Blitar.
Pada tahun 1293 M, ia berhasil mengusir Laskar Tartar Kubilai Khan, yang kemudian menjadikan Blitar penting sebagai pusat pemerintahan Majapahit.
Raden Wijaya berhasil mengusir pasukan Tartar Ku Bilai Khan dengan bersekutu dengan mereka. Pasukan Tartar datang ke Pulau Jawa untuk membalas dendam terhadap Kertanagara, raja terakhir Kerajaan Singasari yang memotong telinga utusan China.
Raden Wijaya, sebagai menantu Kertanegara, memanfaatkan kekuatan besar Mongol untuk menghancurkan Jayakatwang, pemberontak yang telah menyerang Singasari.
Dengan bersekutu dengan pasukan Tartar, Raden Wijaya mengalahkan Jayakatwang dan kemudian melumpuhkan pasukan Tartar. Kemenangan ini memungkinkan Raden Wijaya menguasai Kerajaan Singasari dan menjadi raja pertama Kerajaan Majapahit.
(https://blitarkota.go.id/page/1/legenda)
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News