Pembangunan infrastruktur di Indonesia telah menjadi prioritas utama dalam upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan meningkatkan daya saing ekonomi. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Namun, hal ini juga telah meningkatkan konsumsi energi dan emisi gas rumah kaca.
Oleh karena itu, perlu adanya perubahan paradigma dalam penggunaan energi di Indonesia, dengan fokus pada penggunaan sumber daya energi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan, seperti energi terbarukan. Energi terbarukan telah menjadi salah satu solusi yang paling efektif dalam mengurangi ketergantungan pada sumber daya energi fosil dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah mengalami kemajuan dalam pengembangan infrastruktur energi terbarukan, seperti pembangunan PLTU, PLTS, dan PLTG. Namun, masih banyak tantangan yang harus dihadapi, seperti biaya yang tinggi, teknologi yang belum matang, dan keterbatasan sumber daya.
Peran infrastruktur dalam pengembangan energi terbarukan sangat penting. Infrastruktur yang baik dapat membantu meningkatkan efisiensi penggunaan energi, mengurangi biaya operasional, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Oleh karena itu, dalam makalah ini, kita akan membahas tentang pemanfaatan energi terbarukan dalam pembangunan infrastruktur
di Indonesia, serta tantangan dan peluang yang terkait dengan pengembangan infrastruktur energi terbarukan di Indonesia.
Air Limbah Menjadi Salah Satu Terobosan Energi Terbarukan?
Potensi Energi Baru Terbarukan di Indonesia dan Tantangan dalam Pengembangan Infrastruktur
Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan yang cukup besar. Dosen Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin Universitas Airlangga, Prisma Megantoro ST, mengungkapkan bahwa potensi EBT di Indonesia sudah melampaui 443 GW. Dalam upaya
meningkatkan penggunaan energi terbarukan, pemerintah Indonesia telah mengembangkan beberapa jenis pembangkit listrik yang berbasis EBT, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/ Angin (PLTB) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu / Angin (PLTB) adalah salah satu contoh infrastruktur yang memanfaatkan energi angin sebagai sumber daya energi terbarukan. PLTB Sidrap di Sulawesi Selatan, misalnya, memiliki 30 kincir angin yang masing-masing menggerakkan turbin berkapasitas 2,5 megawatt (MW).
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) juga telah dikembangkan di beberapa lokasi di Indonesia, seperti PLTS Likupang yang memiliki lahan seluas 29 hektar dengan 64.620 panel surya. Meskipun demikian, jumlahnya masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan keberadaan pembangkit listrik bertenaga batubara.
Untuk mencapai target bauran pembangkit EBT sebesar 23% pada tahun 2025, pemerintah Indonesia memerlukan perencanaan dan regulasi transisi energi yang kuat, peningkatan kemampuan infrastruktur dan teknologi, serta investasi dalam jumlah besar. IRENA
memperkirakan total potensi energi terbarukan Indonesia mencapai 3.692 gigawatt (GW). Namun, sampai 2021 kapasitas terpasangnya baru 10,5 GW atau sekitar 0,3% dari total potensi yang ada.
ESG dan Perkembangan Regulasi Energi Terbarukan di Indonesia
Untuk mewujudkan skenario 1,5 derajat Celcius, Indonesia membutuhkan total investasi hingga US$2,4 triliun sampai 2050. Dalam upaya meningkatkan penggunaan energi terbarukan, Indonesia juga perlu meningkatkan kemampuan infrastruktur dan teknologi, serta investasi dalam jumlah besar.
Hal ini termasuk meningkatkan kapasitas terpasang energi terbarukan, membangun jaringan transmisi dan penyimpanan energi, serta infrastruktur pendukung lainnya. Selain itu, pemerintah juga perlu meningkatkan kemampuan pembiayaan lokal dan sumber pembiayaan perlu diperluas untuk mendorong transisi energi Indonesia.
Dalam sintesis, pemanfaatan energi terbarukan dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia sangat penting untuk mencapai target bauran pembangkit EBT dan untuk mewujudkan skenario 1,5 derajat Celcius. Dengan meningkatkan penggunaan energi terbarukan, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mengurangi emisi gas rumah kaca yang menyebabkan krisis iklim.
Sumber:
https://www.esdm.go.id/assets/media/content/content-indonesia-energy-outlook-2017-english-%20version-.pdf
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News