Pindapata merupakan tradisi umat Buddha yang biasanya dilakukan saat hari besar keagamaan. Dalam bahasa Pali, kata Pinda berarti makanan dan Pata berarti mangkuk makanan.
Pindapata dapat diartikan sebagai tradisi pengumpulan makanan dengan mangkuk oleh para anggota Sangha dan dilaksanakan dengan cara berjalan kaki, serta membawa mangkuk makanan untuk menerima dana dari umat.
Perayaan hari Waisak akan diawali dengan mengadakan tradisi Pindapata. Tradisi ini bertujuan untuk melatih kesadaran anggota Sangha, sekaligus menjadi simbol terima kasih bagi para umat.
Prosesi Pindapata
Prosesi Pindapata dilakukan menjelang puncak peringatan Tri Suci Waisak yang dipusatkan di vihara tertentu. Pengumpulan makanan dalam prosesi ini umumnya dilakukan di sepanjang jalan pemukiman sekitar vihara tersebut.
Pindapata dimulai dengan pembacaan doa dan lantunan paritta suci. Kegiatan ini dipimpin langsung oleh ketua Dewan Sangha. Masing-masing biksu membawa wadah berwarna kuning emas dan perak berjalan mengelilingi altar hingga keluar vihara.
Umat Buddha akan berdiri di sepanjang jalan yang dilewati para biksu untuk memberi sedekah. Tak hanya makanan, sedekah yang diberikan juga berupa uang atau kebutuhan pokok sehari-hari para biksu.
Baca juga 5 Nama Upacara Keagamaan Buddha: Tujuan dan Pelaksanaannya
Makna Tradisi Pindapata
Tradisi Pindapata merupakan refleksi atas kesediaan umat untuk berbuat kebajikan. Bagi umat Buddha, pindapata adalah kewajiban karena dianjurkan untuk siap membantu siapa saja yang membutuhkan pertolongan.
Secara spesifik, sedekat umat kepada biksu menjadi simbol perbuatan baik yang diajarkan Sang Buddha. Tradisi pindapata oleh umat setempat mengadopsi kebiasaan masyarakat Buddha di Thailand yang memberikan sedekah kepada biksu setiap hari.
Baca juga Asal Usul Candi Borobudur: Kuil Buddha Terbesar di Dunia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News