desa jatiluwih destinasi wisata yang akan dikunjungi oleh peserta 10th world water forum - News | Good News From Indonesia 2024

Desa Jatiluwih, Destinasi Wisata yang akan Dikunjungi oleh Peserta 10th World Water Forum

Desa Jatiluwih, Destinasi Wisata yang akan Dikunjungi oleh Peserta 10th World Water Forum
images info

Indonesia kembali akan menjadi tuan rumah gelaran konferensi internasional dalam waktu dekat, yaitu 10th World Water Forum.

Helatan 10th World Water Forum ini akan diadakan di Bali, Indonesia pada 18 hingga 25 Mei 2024 mendatang.

Berbagai persiapan telah dilakukan untuk memastikan kelancaran gelaran konferensi yang diadakan setiap tiga tahun sekali ini.

Salah satu persiapan yang sudah dilakukan pemerintah Indonesia adalah dengan menunjuk Desa Jatiluwih sebagai salah satu destinasi yang akan dikunjungi oleh para peserta yang hadir pada helatan 10th World Water Forum nanti.

Hal ini selaras dengan pernyataan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, Sandiaga Salahuddin Uno ketika berkunjung ke Bali pada 27 April 2024.

Dilansir dari siaran pers Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Sandiaga Uno menjelaskan bahwa Kemenparekraf/Baparekraf akan terus berupaya dalam mendukung perkembangan pariwisata yang ada di Desa Jatiluwih.

“Kami sangat mendukung upaya pengembangan pariwisata berkelanjutan di Jatiluwih karena hal tersebut sejalan dengan kebijakan di Kemenparekraf yang beralih dari quantity tourism ke quality tourism,” jelas Sandiaga Uno seperti yang dikutip dari siaran pers tersebut.

Pemilihan Desa Jatiluwih sebagai salah satu destinasi yang akan dikunjungi oleh peserta 10th World Water Forum berdasarkan pada pariwisata berbasis keberlanjutan lingkungan yang diterapkan di daerah tersebut.

Selain itu, Desa Jatiluwih juga memiliki sistem perairan yang dikenal sebagai Subak.

Sistem perairan khas masyarakat Bali ini bahkan sudah diakui oleh UNESCO pada 2012 silam.

Jatiluwih, Karisma Desa Wisata dengan Keanggunan Sawah Berundak

Mengenal Desa Jatiluwih

Desa Jatiluwih yang akan dikunjungi peserta 10th World Water Forum © jadesta.kemenparekraf.go.id/desa/jatiluwih
info gambar

Desa Jatiluwih merupakan salah satu destinasi wisata unggulan yang bisa dikunjungi oleh para wisatawan yang datang ke Bali.

Jatiluwih sendiri sudah ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya dunia oleh UNESCO pada 2012 lalu.

Secara administratif, Desa Jatiluwih ini berada di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali.

Berada di lereng Batukaru membuat Desa Jatiluwih ini berlokasi di ketinggian 685 meter di atas permukaan laut.

Mayoritas penduduk yang mendiami desa ini berprofesi sebagai petani.

Beberapa produk lokal unggulan yang terkenal dari Desa Jatiluwih di antaranya beras merah, kopi, durian, ketela, dan talas.

Salah satu keunikan yang ada di Desa Jatiluwih dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung ke daerah tersebut adalah adanya sistem irigasi khas yang dikenal dengan sebutan Subak.

Jatiluwih, Desa Wisata dengan Pesona Alam dan Subak di Bali

Subak, Sistem Irigasi Khas Masyarakat Bali

Sistem Subak di Desa Jatiluwih © kemenparekraf.go.id
info gambar

Subak merupakan sebuah organisasi tradisional yang mengatur sistem irigasi untuk digunakan dalam cocok tanam padi di sawah-sawah yang ada di Desa Jatiluwih, Bali.

Penerapan Sistem Subak dalam masyarakat Bali ini bertujuan untuk mengelola sumber daya air secara berkelanjutan.

Dalam penerapannya, Sistem Subak digunakan untuk mengatur pembagian irigasi perairan kepada area persawahan yang dimiliki oleh setiap masyarakat secara adil dan merata.

Sistem ini tidak hanya diperuntukkan bagi persawahan yang bersifat basah saja, tetapi juga digunakan untuk lahan pertanian kering atau yang lebih sering dikenal sebagai tegalan.

Konsep yang diambil pada Sistem Subak ini mengacu pada ajaran Tri Hita Karana dalam Agama Hindu.

Ajaran Tri Hita Karana ini bertujuan untuk mencerminkan keseimbangan sekaligus keharmonisan antara manusia, alam, dan spiritualitas.

Dengan demikian, keberlangsungan hidup antara manusia dan alam bisa berjalan seimbang tanpa merusak satu sama lain.

Perlu Kawan ketahui bahwa Sistem Subak ini sudah dibangun sejak abad ke-11 lalu.

Keberadaan Sistem Subak yang sudah berlangsung sejak lama ini membuat Sistem Subak tidak hanya sekedar irigasi pengairan saja, tetapi juga menjadi filosofi hidup yang dimaknai oleh setiap penduduk yang ada di Desa Jatiluwih.

Sumber:
-https://kemenparekraf.go.id/berita/siaran-pers-terapkan-konsep-pariwisata-berkelanjutan-jatiluwih-di-bali-siap-terima-kunjungan-delegasi-world-water-forum
- https://jadesta.kemenparekraf.go.id/desa/jatiluwih
- https://www.kemenparekraf.go.id/ragam-pariwisata/desa-wisata-jatiluwih-representasi-wisata-berkelanjutan-di-indonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

IJ
MS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.