Masih seputar air, sumber kehidupan bagi manusia, dengung mengenai World Water Forum 2024, yang segera dilaksanakan di Bali pada 18—25 Mei 2024, telah membanjiri linimasa.
Riuhnya banyak diperbincangkan berbagai media massa, lokal, dan internasional. Sebelum menuju pada perhelatan besar World Water Forum 2024, mari menilik salah satu peristiwa kebudayaan yang entah disengaja atau tidak, kehadirannya berdekatan dengan perhelatan World Water Forum 2024. Pameran Tabon dirasa selaras dengan isu-isu lingkungan pada World Water Forum 2024.
World Water Forum ke-10 di Bali, Agenda Spektakuler untuk Masa Depan Air Dunia
Jogja Art Planet menggelar Pameran “Tabon” yang diadakan di Jogja National Museum pada 22 April—5 Mei 2024. Acara tersebut enghadirkan karya-karya maestro perupa, seperti Faisal Kamandobat, Samuel Indratma, dan Alit Ambara.
Selain menghadirkan pameran kontemporer, gelaran ini juga menghadirkan Pasar Jembar, yang mengusung tema “Pangan Lokal dan Keberlanjutan untuk Ekonomi Warga”. Konsep tata ruang yang digunakan adalah di halaman depan JNM dengan konsep Limasan.
Pasar Jembar ini merupakan kreasi ekspresi karya seni yang diselenggarakan JAP dalam bentuk pasar sebagai ruang perjumpaan lintas batas ekonomi, sosial, kebudayaan, iman, etnis, maupun lintas bangsa.
Gelaran Pameran Tabon
Jogja National Museum disulap oleh kolaborasi artistik dari ketiga seniman senior ini. JNM penuh dengan garis dan lekak-lekuk stilisasi daun dan figur-figur wayang, karya rupa, dan instalasi dijejerkan dengan riuh bebunyian gendhing kontemporer, ditambah dengan wewangian dari mawar dan kenanga menambah suasana sakral dan keramat. Ketika masuk ke ruang pamer, seluruh panca indera diajak untuk merasuk dan menikmati.
Tabon merupakan kata dari bahasa Sansekerta yang bermakna rumah atau kebun warisan leluhur, sebagai tempat muasal, berulang dan berkumpul.
Setelah menelusuri ruang pamer ini, Pameran Tabon dapat dikatakan sebagai pameran kontemporer yang menghadirkan sedimentasi proses berpikir sampai laku dalam masyarakat yang coba diurai dan dikaryakan menggunakan berbagai medium sumber yaitu tradisi, spiritual, sains, dan teknologi.
Medium-medium tersebut dipergunakan untuk merespon berbagai problem yang saat ini seringkali dihadapi yaitu lingkungan, ekonomi, mental, spiritual, dan sosial.
Dalam salah satu karyanya Samuel Indratma dan rekan-rekan, mereka mempersembahkan karya audiovisual berjudul “Belik”. Belik sendiri berasal dari bahasa Banyumasan yang berarti sumber air. Karya ini adalah respon terhadap keberadaan air yang sudah tercemar oleh perilaku dan rekayasa kimia. Karya “Belik” berbentuk karya animasi dengan pendekatan kebudayaan.
Respon terhadap Pameran “Tabon”
Melihat antusiasme para penikmat seni dan seniman beramai-ramai mendatangi Jogja National Museum, seakan mengembalikan JNM sebagai ruang tumbuh dan pembibitan para seniman. Kegunaan JNM sebagai gedung ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) cukup membuktikan bahwa ruang ini mempunyai DNA seni yang sangat kuat.
Seniman-seniman senior berkumpul dan bertandang, Pasar Jembar dan ruang pamer tak pernah sepi. Seakan membaurkan peristiwa silang antara seniman senior yang sedang bernostalgia dan muda-mudi yang mungkin saja datang demi konten. Semuanya terlihat akrab dan hangat.
Atmosfer yang hangat dan artistik ini menambah romantisme kolaborasi ketiga seniman tersebut. Bukan hanya mampu memberikan kolaborasi romantis dalam karyanya, dalam pameran ini juga memunculkan romantisme suasana yang katanya sangat Jogja.
Hal ini dapat menjadi pengingat, bahwa seni dapat dinikmati siapa saja. Kehadiran Pameran Tabon bukan hanya tentang menghadirkan seni rupa kontemporer, tetapi juga tentang menyatukan komunitas dan memperkuat relasi jejaring antar manusia.
Boleh dikatakan, lebaran seni di Jogja sedang dan telah dimulai. Peristiwa ini bisa menjadi titik lebih awal geliat lebaran seni. Lebaran seni yang ramah.
Yogyakarta Jadikan Museum dan Wisata Untuk Lestarikan Budaya
Peristiwa ini, waktu penyelenggaraannya juga sangat pas untuk menyongsong World Water Forum 2024. Meskipun, hanya kebetulan tetapi isu-isu yang diangkat mengenai menghargai lingkungan, air, tanah, dan seisi bumi sangatlah selaras.
Sumber:
- https://jogjanationalmuseum.com/3349-2/
- https://jogjaartplanet.id/nasirun-dan-ugo-untoro-puji-kolaborasi-tabon-dan-pasar-jembar/
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News