sobokartti perspektif terhadap pakem tari gambyong yang mulai terpangkas di era modern - News | Good News From Indonesia 2023

Sobokartti : Perspektif Terhadap Pakem Tari Gambyong yang Mulai Terpangkas di Era Modern

Sobokartti : Perspektif Terhadap Pakem Tari Gambyong yang Mulai Terpangkas di Era Modern
images info

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Sobokartti merupakan perkumpulan seni budaya (De Volks-Kunst Verenniging) yang berada di Semarang. Sobokartti berdiri sejak 9 Desember 1920 yang diprakarsai para intelektual Jawa, Belanda, dan Tionghoa. Gerakan ini merupakan imbas dari lahirnya Politik Etis yang dilakukan Belanda pada awal abad ke-20. Semula kegiatan Sobokartti berlangsung di Paseban, Kabupaten Semarang. Hingga kemudian, tempat itu tidak memadai lagi. Melalui usaha keras pengurus berhasil dibangun Gedung Kesenian Sobokartti di Karrenweg atau sekarang lebih dikenal dengan sebutan Jalan Dr. Cipto Semarang yang diresmikan pada 10 Oktober 1931. Gedung kesenian ini merupakan karya arsitek dan perencana kota asal Belanda, yakni Ir. Herman Thomas Karsten yang dalam perancangannya Karsten berkonsultasi secara intens dengan KGPAA Mangkunagara VII.

Menilik dari sejarah Sobokartti sebagai perkumpulan seni, kini Sobokartti telah memiliki beberapa jenis kesenian. Salah satunya, yaitu seni tari. Seni tari dalam Sobokartti mengambil genre tradisional.

Tari tradisional merupakan suatu tarian yang berkembang dari masyarakat suatu daerah yang sudah turun-temurun dan telah menjadi budaya masyarakat setempat. Tari tradisional dikelompokkan menjadi tiga yaitu tari klasik, tari rakyat atau folklasik, dan tari kreasi baru.

Kesenian tari tradisional di Sobokartti telah mencapai tari tradisional kelompok tari klasik. Sementara itu, tari klasik dalam Sobokarti cenderung ke arah Mangkunegara Surakarta. Hal tersebut dikarenakan tari klasik Sobokartti merupakan tari klasik yang berorientasinya berkembang dan diminati oleh kalangan keraton sehingga memiliki pakem yang jelas.

Secara garis besar, pakem merupakan ketetapan-ketetapan atau aturan-aturan yang sudah disepakati untuk menghasilkan sebuah karya dalam bidang kesenian. Sayangnya, di era modern yang terlindas oleh globalisasi, pakem dalam seni tari seringkali diabaikan. Ada beberapa tari tradisional yang pakemnya sengaja diubah, direvitalisasi, atau adanya upaya pemabajakan oleh seorang koreografer baik dari segi gerakan tari itu sendiri maupun penggunaan kostum yang sepantasnya digunakan.

“Kemarin sewaktu pembukaan festival di Kota Lama dan EO dari Jakarta pengin Tari Gambyong yang dikoreo ulang campur dance. Wah, saya langsung tolak itu. Iya ada pakemnya seperti itu, tapi akhirnya mereka yang ngalah,” ujar Darmadi, selaku pengurus Sobokartti (15/8).

Tari Gambyong biasanya memang sering ditampilkan untuk menyambut tamu, akan tetapi dalam Tari Gambyong telah memiliki pakem. Mulai dari kostum yang terdiri dari kemben, bawahan jarik bermotif batik, sampur, riasan yang menonjolkan warna terang, sanggul, dan aksesoris. Selain itu, property dari Tari Gambyong terdiri dari kenong, gong, kendang, dan gambang. Akan tetapi, di era saat ini sulit mendapat properti tersebut biasanya akan diganti dengan audio yang diunduh lewat internet. Apabila Tari Gambyong dikoreo ulang dengan dance, seperti yang dijelaskan oleh Pak Darmadi, hal tersebut dapat mengurangi estetika dari pakem Tari Gambyong karena dance merupakan budaya barat dan sangat berentangan dengan budaya kita.

Sayangnya, masyarakat masih terbilang awam dalam menyikapi adanya pakem pada setiap tari tradisional. Mereka akan secara acak mencampurkan dance ke dalam tari tradisional. Mereka belum sepenuhnya mengerti bagaimana perspektif penyalahgunaan pakem dalam suatu kesenian tari termasuk kesalahan yang fatal dikarenakan mampu mencoreng keabsahan aturan tari yang telah disepakati. Namun, hal tersebut tidak mampu menyulut perhatian pemerintah untuk lebih tegas terhadap pakem tari. Padahal, pencipta tari dan ciptaannya adalah dua hal yang tidak terpisahkan. Keduanya saling menentukan dan saling membutuhkan. Pencipta tari dalam keadaan tertentu dapat dikatakan sebagai manusia biasa yang memiliki kemampuan luar biasa. Dalam kehidupan sehari-hari, sebagai seorang pencipta tari harus menjadi bagian dari masyarakat yang berinteraksi dengan warga masyarakat.

Oleh karena itu, perspektif dalam penggunaan pakem suatu tarian perlu diperhatikan. Memperhatikan pakem suatu tarian sama halnya dengan melestarikan citra dari tarian tersebut, Mungkin setiap sanggar memiliki ciri khas masing-masing. Akan tetapi, tidak melenceng dari pakem yang seharusnya. Kita boleh menyukai dance, tetapi alangkah baiknya apabila lebih menyukai budaya sendiri alias nguri-uri budayane dewe.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KF
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.