#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung
Kota Sawahlunto, Sumatera Barat kini dikenal sebagai kota wisata tambang yang bersejarah. Namun dalam riwayatnya, orang-orang pernah memandang Kota Sawahlunto bak sumber penderitaan.
Siapa yang akan menyangka, di antara permainya hamparan hijau Bukit Barisan, sebuah lembah antah berantah kelak membawakan kejayaan sekaligus kegetiran karena temuan 200 juta ton batu bara oleh peneliti Belanda Hendrik de Greve pada akhir 1860-an. Kelak, ribuan manusia bakal mati demi mengisi pundi-pundi ekonomi kolonial.
Terlepas dari kisah kelam itu, masih banyak data-data yang perlu digali dan diungkap dari kota bersejarah ini. Semangat itulah yang melandasi kurator film, literasi, dan arsip Gerakan Kalcer Festival Pusako, Harrista Wijaya dalam menghadirkan ruang arsip Warisan Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto (WTBOS) di Fabriek Bloc, Kota Padang pada 11 sampai 15 Oktober 2023.
"Dalam ruang arsip ini kita menghadirkan narasi-narasi sejarah yang belum umum dimunculkan tentang Sawahlunto. Mulai dari bagaimana awal mula kota tersebut dulu dikuasai tambang milik orang Belanda, sampai julukan 'Hell on Earth'," ungkap Haris pada Sabtu 14 Oktober 2023.
Ia menceritakan ruang arsip tersebut tidak semata melibatkan pihak-pihak yang fokus pada penelusuran sejarah, namun juga para seniman dan perupa yang telah berhasil mewujudkan ruang arsip dengan sentuhan kolaborasi seni instalasi video mapping, dan audio.
Ia menilai, dari antusiasme pengunjung, banyak yang menikmati visual ruangan dan replika lokomotif kereta api Mak Itam yang ditampilkan. Menurutnya, antusiasme akan aspek visual bisa mengantarkan kepada rasa penasaran untuk menggali pengetahuan baru.
.jpg)
Terlebih, WTBOS tengah dalam proses pengenalan sebagai situs warisan budaya UNESCO, sehingga berbagai pihak punya tanggung jawab untum merawatnya. Haris memilih untuk turut merawat pusaka tersebut dengan menambah bahan riset.
"Sumber data terkait riwayat WTBOS kita himpun secara mandiri berdasarkan data-data yang terjangkau untuk diakses. Sebagian besar berasal dari Universitas Leiden serta data instansi pendidikan dan kebudayaan Belanda," papar Haris.
Dalam penelusuran independen tersebut, Haris bergerak bersama rekannya Fitria Wulanda dan Akbar Nicholas. Kemudian, hasil riset mereka divisualisasikan dalam bentuk infografik dengan sentuhan video mapping. Ruang arsip juga dilengkapi dengan foto-foto lama Kota Sawahlunto pada zaman tambang batu bara Hindia Belanda beserta deskripsi.
Audio yang mengisi ruang arsip merupakan hasil karya komposer Deni Januarta. Suara yang ia kreasikan terdiri atas musik dan rekaman suara sirine yang diperuntukkan bagi aktivitas tambang Sawahlunto di masa lalu. Sirine tersebut merupakan hasil rekaman langsung dari Sawahlunto.
“Komposisi ini tercipta dari kreasi atas sample suara yang direkam dari sirine silo di Sawahlunto. Kita kasih judul ‘Sirine Tiga’,” jelas Deni yang berpengalaman memainkan instrumen musik lokal piano dan saluang.
Bagi tim Ruang Arsip tersebut, angka tiga merupakan aspek penting dalam merawat memori kolektif atas Sawahlunto sebagai kota tambang. Sirine di lingkungan para pekerja tambang Sawahlunto pada paruh pertama abad 20 silam berbunyi 3 kali. Silo untuk menampung batubara di kota kecil itu pun ada 3.
"Komposisi ini adalah perwujudan fenomena sosial yang diekspresikan secara musikal untuk menjemput kembali ingatan dalam menghayati aspek traumatis pada masa penjajahan," ungkap Deni.
Selain aspek audio, videomapping juga berperan penting dalam menambah kesan dramatis di ruang arsip. Genta Noverda, sang juru video bercerita inspirasi karyanya berangkat dari kerinduan masyarakat terhadap kereta api pengangkut batubara bernama Mak Itam. “Videonya berupa animasi yang menggambarkan Mak Itam melewati hutan. Dasarnya, jalur kereta di Sumbar pada masa lalu sebagian besarnya melewati hutan," jelasnya.
Video mapping yang memvisualisasikan perjalanan transportasi bersejarah itu ditampiilkan di dekat replika Kereta Api Mak Itam berbahan styrofoam yang merupakan karya perupa instalasi Arif Rahman.
Genta juga terlibat membuat video mapping infografik rangkaian peristiwa sejarah kota tambang Sawahlunto. Ia berharap kombinasi tersebut menggaet kalangan muda untuk tertarik membaca sejarah walau hanya secara ringkas.
Sementara karya lain dari Genta menggambarkan sudut pandang dari interior kereta api dan memperlihatkan silo gunung, salah satu penampungan batu bara yang ada di kawasan tambang Sawahlunto. "Konsepnya secara umum yakni untuk menghidupkan kembali benda yang telah mati," imbuh Genta.
Seni rupa jalanan, mural juga turut menambah nilai artistik pada ruang arsip WTBOS. Rafiq Gusly Abdul Rahman atau akrab disapa Alun adalah perupa yang bertanggung jawab atas mural yang menggambarkan Pelabuhan Emmahaven atau sekarang dikenal sebagai Teluk Bayur.
“Pelabuhan Emmahaven menjadi subjek rupa pada mural di ruang arsip WTBOS ini karena menggambarkan puncak perjalanan lokomotif Mak Itam. Selain muara berbagai komoditas dagang lokal, di pelabuhan Emmahaven yang sangat sibuk juga terjadi ekspor dan impor," paparnya.
Karya Alun berlandaskan pada sebuah foto jepretan akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20. Menjemput ingatan, begitu tema yang Alun usung dalam pengkaryaannya.
Dalam perencanaan, perancangan, dan pembuatan ruang arsip WTBOS terlibat juga Yusuf Fadly Aser sebagai kurator seni rupa dan Mahatma Muhammad sebagai direktur artistik Festival Pusako.
Sementara itu, kendati telah terlibat mewujudkan ruang literasi bernilai estetika, Haris sebagai kurator Literasi dan Arsip mengaku belum puas dengan penelusuran dan edukasi warisan sejarah di Sumatera Barat. Padahal, ia meyakini Sumatera Barat beserta akar kebudayaan multietnik di dalamnya memiliki warisan yang bermanfaat bagi generasi-generasi selanjutnya.
“Makanya kita berharap instansi-instansi terkait di daerah memberikan perhatian lebih tentang penelusuran berbagai nilai sejarah maupun budaya yang kelak bisa menjadi pusaka bagi generasi mendatang. Kita harap juga pemerintah mempermudah akses informasi dan arsip-arsip lokal,” pungkas Haris.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News