masyarakat dengan kesakralan upacara nyadran - News | Good News From Indonesia 2023

Masyarakat dengan Kesakralan Upacara Nyadran

Masyarakat dengan Kesakralan Upacara Nyadran
images info

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Banyak dari generasi muda yang seakan-akan lupa dengan budaya sendiri dan malah mengikuti budaya luar. Kebudayaan adalah bentuk warisan dari nenek moyang yang bersifat turun-temurun. Di Indonesia setiap daerah memeliki kebudayaan yang beragam. Salah satu kebudayaan yang masih dilakukan di Pulau Jawa, khususnya masyarakat yang menetap di wilayah Sidoarjo, Balongdowo yaitu Tradisi Nyadran.

Tradisi Nyadran adalah bentuk rasa syukur masyarakat sekitar yang dilaksankan di bulan Sya'ban (Kalender Hijriyah) atau Ruwah (Kalender Jawa) dengan mengunjungi makam leluhur yang berada di kelurahan tepatnya di Desa Sawohan, Buduran. Selain ke makam leluhur, kegiatan yang dilakukan masyarakat Balongdowo adalah pesta malam naik perahu dan kembul bujono (makan bersama). Tradisi ini dilaksanakan lebih dari 1 hari dan diikuti semua mayoritas baik kalangan muda sampai tua.

Nyadran sangat identik dengan kekeluargaan dan kebersamaan. Meskipun rasa kekeluargaan masih menempel, saat ini tradisi tersebut banyak yang menyalahgunakan terutama oleh kalangan muda dengan terlalu banyak minum alkohol dan bahkan sampai berkelahi. Sedangkan tradisi Nyadran zaman dahulu sangat mementingkan ziarah ke makam leluhur.

Mengutip dari laman Detikjateng, tradisi Nyadran telah dilakukan sejak zaman Hindu-Budha sebelum Islam masuk dan berkembang di Indonesia. Pada tahun 1284, terdapat tradisi yang serupa dengan Nyadran yang disebut dengan Sradha. Meskipun sama-sama memberikan sesaji dan penghormatan kepada arwah orang yang telah meninggal, Sradha hanya dilakukan untuk memperingati kepergian Raja.

Seiring perkembangan zaman, tradisi Sradha kemudian diterapkan oleh seluruh kalangan dan mendapat banyak pengaruh dari ajaran Islam. Pujian-pujian yang biasa dilantunkan dalam Sradha pun diganti dengan pembacaan ayat suci Al-Qur'an, zikir, tahlil, dan doa.

Tradisi Nyadran biasa dilakukan untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Pelaksanan tradisi Nyadran ditujukan untuk mendoakan leluhur yang sudah meninggal dunia serta sebagai pengingat diri bahwa semua manusia pada akhirnya akan mengalami kematian. Nyadran juga dijadikan sebagai sarana guna melestarikan budaya gotong royong sekaligus upaya untuk menjaga keharmonisan masyarakat melalui kegiatan kembul bujono (makan bersama).

Dikutip dari laman Kementrian Keuangan, tradisi nyadran di setiap wilayah mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai dengan kearifan lokal yang ada di daerahnya. Secara umum kegiatan nyadran adalah ziarah kubur menjelang ramadan, masyarakat biasanya mengunjungi makam leluhur untuk membersihkan makam dan mendoakannya. Hal ini sebagai simbol bakti kepada orang yang telah meninggal. Kemudian mandi di sungai (padusan) dilakukan oleh warga di sungai atau tempat pemandian. Mandi disimbolkan sebagai pembersihan diri sebelum memasuki bulan suci ramadan. Selain membersihkan diri, masyarakat juga bekerja bakti memebersihkan lingkungan. Dan yang terakhir adalah kenduri, dalam kenduri warga berkumpul dan makan bersama. Selain itu dalam acara ini biasanya diisi dengan doa bersama sebagai perwujudan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Tradisi Nyadran di Balongdowo biasa dilakukan di sungai dan juga di makam leluhur tepatnya makam Dewi Sekardadu yang berada di Sawohan, Buduran. Masyarakat sekitar biasanya berziarah dengan menaiki perahu mulai dari sungai Balongdowo menuju suangai Ketingan. Setelahnya ziarah, masyarakat pergi menuju laut untuk berenang.

Akan kesadaran masyarakat sekitar dan bentuk rasa syukur masyarakat Balongdowo terhadap hasil bumi kupang, selama ini tradisi Nyadran rutin dilakukan tepat seminggu sebelum puasa. Untuk itu, kesadaran dari diri masing-masing sangat diperlukan agar tradisi-tradisi yang ada di Indonesia tetap terjaga. Harapan Pemerintah Daerah bisa menarik generasi muda agar tidak mengikuti budaya barat dan mencintai budaya yang ada di Indonesia, khususnya kota Sidoarjo.

Untuk menghindari kecanduan alkohol, generasi muda dapat melakukan kegiatan yang positif serta menerapkan pola hidup sehat. Para pemuda yang belum tercemari oleh alkohol, bisa menjadi support system atau teman yang positif agar tradisi Nyadran bisa terlaksana sebagaimana semestinya. Dan juga, generasi muda dapat memamerkan kearifan lokal kepada masyarakat Indonesia serta wisatawan asing supaya tradisi Nyadran terlestarikan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

CR
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.