Danau Maninjau merupakan salah satu destinasi wisata yang wajib dikunjungi saat berlibur ke Sumatera Barat. Danau Maninjau merupakan danau terluas kesebelas yang ada di Indonesia yang terletak di Provinsi Sumatera Barat, Kabupaten Agam, Kecamatan Tanjung Raya. Tepatnya 140 KM dari sebelah utara Kota Padang, 36 KM dari kota Bukittinggi, dan 27 KM dari Lubuk Basung Kabupaten Agam. Erupsi vulkanik sekitar 52.000 tahun lalu mengakibatkan letusan gunung berapi yang cukup besar dan membentuk sebuah kaldera. Kaldera yang terbentuk ini yang mengakibatkan terbentuknya Danau Maninjau.
Danau Maninjau memiliki segudang manfaat bagi masyarakat sekitar. Selain menjadi objek wisata Danau Maninjau juga memiliki berbagai macam fungsi yang diklasifikasikan menjadi tiga fungsi. Dilihat dari fungsi ekologinya Danau Maninjau merupakan habitat bagi organisme yang dapat dimanfaatkan untuk mengontrol keseimbangan air tanah dan kesimbangan iklim mikro. Fungsi sosial Danau Maninjau yaitu sebagai tempat rekreasi, pendidikan, dan memenuhi kebutuhan masyarakat setempat lainnya. Dari fungsi ekonominya Danau Maninjau dimanfaatkan sebagai tempat budidaya ikan, irigasi, dan sebagai pembangkit tenaga listrik.
Masyarakat setempat sangat bergantung dengan keberadaan Danau Maninjau yang menjadi pusat mata pencaharian masyarakat setempat yaitu dengan mencari ikan dan budidaya Keramba Jaring Apung (KJA). Selain pemanfaatan sumber daya alam yang dimiliki Danau Maninjau, masyarakat setempat juga memanfaatkan Danau tersebut sebagai media untuk melestarikan kebudayaan setempat. Salah satu budaya yang dilestarikan dengan memanfaatkan Danau Maninjau adalah budaya Rakik-rakik.
Budaya Rakik-rakik merupakan tradisi tahunan yang diadakan oleh anak nagari dalam rangka menyambut hari kemenangan. Tradisi Rakik-rakik merupakan tradisi masyarakat Selingkar Danau Maninjau sejak puluhan tahun silam. Tradisi Rakik-rakik diadakan setiap malam takbiran dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri dengan meramaikan Danau Maninjau. Persiapan dalam membuat Rakik-rakik sudah dipersiapkan sejak awal ramadhan dengan mencari dan mengumpulkan bambu, selanjutnya Rakik-rakik akan dibuat dengan bergotong royong.
Masyarakat Minangkabau dikenal suka bermigrasi atau juga dikenal dengan istilah merantau. Salah satu faktor yang penyebabnya adalah karena sistem kekerabatan yang digunakan oleh masyarakat Minangkabau merupakan sistem kekerabatan matrilineal yang mana kesejahteraan anak merupakan tanggung jawab bersama keluarga besar ibu (communal) yang dipimpin oleh mamak (saudara laki-laki ibu). Sistem matrilineal ini membuat pembagian harta warisan antara anak perempuan dan laki-laki di Minang berbeda. Hak atas anak perempuan di Minang lebih diutamakan, hal ini yang menyebabkan banyak masyarakat Minang merantau ke negeri orang. Hal ini lah yang menjadi alasan mengapa masyarakat Minang dapat kita jumpai dimana saja. Faktor lainnya yang menyebabkan masyarakat Minang suka merantau adalah karena mereka percaya bahwa merantau dapat menjadi sarana untuk mengembangkan diri dan belajar banyak hal diluar sana, sehingga saat pulang ke kampung halaman ilmu yang di dapat saat merantau dapat berguna bagi masyarakat sekitar.
Festival Rakik-rakik ini di dedikasikan bagi para perantau yang sedang pulang ke kampung halamannya dengan harapan bisa mengobati rindu akan suasana lebaran di Maninjau. Rakik-rakik dibuat dengan menambahkan hiasan dan ornamen. Hiasan pada Rakik-rakik ini dapat berbentuk Rumah Gadang, masjid, bintang kejora, kapal, dan motif lainnya yang kemudian dihias dengan lampu semeriah mungkin sehingga pada malam hari Rakik-rakik akan terlihat sangat menawan. Perpaduan antara Danau Maninjau dan Rakik-rakik pada malam hari membuat suasana takbiran di Maninjau semakin meriah.
Kegiatan ini diikuti oleh seluruh jorong yang ada di Nagari Maninjau, yaitu Jorong Kubu Baru, Jorong Gasang, Jorong Kukuban, dan Jorong Pasar Maninjau. Tiap jorong nantinya akan menampilkan hasil Rakik-rakik yang telah dibuat dengan menampilkan kreatifitas mereka. Sejumlah rakik akan bertemu dan menampilkan keistimewaan rakik tersebut. Rakik yang dihiasi lampu dan obor akan menghasilkan cahaya yang begitu indah. Rakik-rakik tersebut akan saling bersautan dentuman meriam bambu satu sama lain yang di iringi dengan alunan tambua tansa (gendang khas Minangkabau) yang membuat festival ini semakin meriah. Selain untuk menyambut para perantau dan menjalankan tradisi, festival Rakik-rakik ini juga dibuat sebagai bentuk pengenalan budaya dan wadah untuk meningkatkan solidaritas antar pemuda di sekitar Danau Maninjau.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News