mariana yunita dan tenggara menghadirkan ruang aman pendidikan seksualitas - News | Good News From Indonesia 2023

Mariana Yunita dan Tenggara NTT: Menghadirkan Ruang Aman Pendidikan Seksualitas

Mariana Yunita dan Tenggara NTT: Menghadirkan Ruang Aman Pendidikan Seksualitas
images info

Menurut Komnas Perempuan, terdapat 15 jenis kekerasan seksual, yaitu 1. pemerkosaan; 2. intimidasi seksual termasuk ancaman atau percobaan pemerkosaan; 3. pelecehan seksual; 4. eksploitasi seksual; 5. perdagangan perempuan untuk tujuan seksual; 6. prostitusi paksa; 7. perbudakan seksual; 8. pemaksaan perkawinan, termasuk cerai gantung; 9. pemaksaan kehamilan; 10. pemaksaan aborsi; 11. pemaksaan kontrasepsi dan sterilisasi; 12. penyiksaan seksual; 13. penghukuman tidak manusiawi dan bernuansa seksual; 14. praktik tradisi bernuansa seksual yang membahayakan atau mendiskriminasi perempuan; 15. kontrol seksual, termasuk melalui aturan diskriminatif beralasan moralitas dan agama.

Namun, berdasarkan penelitian dari Binahayati Rusyidi, Antik Bintari, dan Hery Wibowo (2019) hanya 5 dari bentuk kekerasan seksual ini yang benar-benar dipahami dan diketahui secara luas. Hal ini berarti bahwa 10 bentuk kekerasan seksual lainnya tidak atau belum diketahui sehingga tidak jarang, masyarakat bahkan pelaku sendiri tidak sadar bahwa tindakan tersebut merupakan bentuk kekerasan seksual.

Salah satu penyebab ketidaktahuan masyarakat mengenai kekerasan seksual ini adalah karena banyak yang masih menganggap pengetahuan mengenai kesehatan seksual dan reproduksi sebagai sesuatu yang tabu, terutama di daerah yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional.

Perspektif yang demikian kemudian membangun tembok bagi masyarakat untuk membahas topik-topik tersebut sehingga isu kekerasan seksual seringkali disepelekan.

Berangkat dari keresahan akan banyaknya ketidaktahuan masyarakat mengenai isu kesehatan seksual dan reproduksi, Mariana Yunita Hendriyani Opat, atau yang akrab dipanggil Tata, mendirikan Tenggara Youth Community yang berbasis di Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Tenggara sendiri merupakan singkatan dari Tempat Gabungnya Gerakan Remaja. Sebuah komunitas yang berdiri sejak tahun 2016. Tenggara Youth Community lahir sebagai respon atas keresahan yang dialami Tata dan teman-temannya terhadap pengalaman kekerasan seksual dan minimnya pengetahuan tentang seksualitas.

Kondisi tersebut terjadi karena belum adanya wadah untuk mempelajari pendidikan seksualitas yang komprehensif di Nusa Tenggara Timur, khususnya wilayah Kupang. Hal ini kemudian berdampak pada munculnya berbagai persoalan, seperti kasus pelecehan seksual yang masih kerap terjadi atau kehamilan di luar nikah di kalangan remaja NTT.

Banyak anak yang dikeluarkan dari sekolah saat menghadapi kasus kehamilan di luar nikah dan orang tua mereka tidak melakukan perlawanan karena ketidaktahuan mereka mengenai hak-hak dan kebutuhan remaja.

Melalui Tenggara Youth Community, Tata dan teman-temannya menginisiasi sebuah program yang bernama Bacarita Kespro. “Bacarita” adalah bahasa Melayu Kupang yang berarti bercerita dan “Kespro” adalah singkatan dari kesehatan reproduksi.

Program ini memberikan edukasi kesehatan seksualitas komprehensif yang menyasar kalangan anak-anak dan remaja pada usia 3 hingga 24 tahun dalam kategori PMSEU (poor, marginal, socially excluded, and underserved) di daerah Indonesia Timur, terutama NTT.

Edukasi yang diberikan seputar informasi dan pembelajaran tentang permasalahan seksualitas, mencegah dan menghindari penyimpangan seksualitas, mengatasi rasa traumatik pada korban penyimpangan seksualitas, serta memberikan panduan menjaga kesehatan seksualitas.

Sesuai dengan namanya, program Bacarita Kespro lebih memilih bercerita sebagai metode pembelajaran daripada memberikan penyuluhan sehingga diharapkan dapat memberikan ruang nyaman untuk belajar dan ruang aman bagi korban-korban kekerasan seksual. Metode pembelajaran lainnya yang dilakukan juga sangat interaktif, seperti mendongeng dan permainan edukasi dengan penggunaan alat peraga.

Pendidikan seksualitas yang dilakukan oleh Bacarita Kespro | Foto: Dokumentasi Tenggara NTT
info gambar

Melalui wawancara bersama Yayasan BaKTI, Tata menjelaskan dipilihnya isu kesehatan seksual dan reproduksi serta kekerasan seksual sebagai fokus utama Tenggara Youth Community berawal dari keinginannya untuk mempromosikan dan mendorong pemahaman masyarakat bahwa “sexual right is a basic human right”.

Pendidikan seksualitas seharusnya tidak hanya membahas sekedar bentuk dan fungsi organ seksual laki-laki dan perempuan, tetapi juga memberikan kesadaran kepada anak-anak dan remaja mengenai hak atas tubuh mereka.

Mereka punya pilihan atas tubuh mereka, mereka dapat lebih respect dengan tubuh mereka, serta juga respect dengan perubahan seksualitas dan reproduksi yang dialami oleh orang lain. Dengan adanya kesadaran dan rasa respect ini, lebih mungkin untuk menghindari isu-isu kekerasan seksual dan diskriminasi berbasis gender.

Saat ini, Tenggara Youth Community melalui program Bacarita Kespro telah berhasil memberikan edukasi kepada lebih dari 4.000 remaja dan bekerja sama dengan lebih dari 30 komunitas. Jangkauan ini mencakup Kota Kupang, Desa Oesao di Kabupaten Kupang, Desa Neke di Kabupaten Timor Tengah Selatan, dan Pulau Kera di Kabupaten Sumba Timur bersama Kopernik.

Selain itu, untuk meluaskan akses edukasi pendidikan seksual, Tenggara Youth Community berkolaborasi dengan BKKBN, Komisi Penanggulangan AIDS, dan Woman for Indonesia. Pada tahun 2020, Tenggara Youth Community terpilih sebagai pemenang pada ajang Satu Indonesia Awards yang diselenggarakan oleh Astra.

Dari penghargaan ini pula, Tenggara kini semakin dikenal luas khususnya oleh komunitas-komunitas di kota lain yang bergerak pada isu serupa. Semakin dikenalnya komunitas ini turut memperluas jejaring yang dimiliki Tenggara sehingga diharapkan semakin membuka ruang bagi korban kekerasan seksual serta kesadaran akan kesehatan reproduksi di kalangan anak-anak dan remaja.

Kesuksesan Tata dalam menyebarkan kesadaran mengenai kesehatan seksual dan reproduksi serta kekerasan seksual melalui Tenggara Youth Community dan program Bacarita Kespro patut untuk diacungi jempol.

Meskipun banyak rintangan yang dihadapi, terutama yang datang dari pihak gereja dan masyarakat setempat yang masih sangat menganggap tabu hal tersebut, tetapi semangat Tata dan teman-temannya tidak padam.

Semangat tersebut justru lebih membara untuk tidak hanya memberikan pemahaman mengenai pendidikan seksualitas yang komprehensif kepada anak-anak dan remaja tetapi juga untuk turut menggandeng orang tua dan masyarakat.

#kabarbaiksatuindonesia

Sumber:

  • Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan. (2014). 15 Bentuk Kekerasan Seksual: Sebuah Pengenalan. https://komnasperempuan.go.id/instrumen-modul-referensi-pemantauan- detail/15-bentuk-kekerasan-seksual-sebuah-pengenalan.
  • Rusyidi, B., Bintari, A., & Wibowo, H. (2019). Pengalaman dan Pengetahuan tentang Pelecehan Seksual: Studi Awal di Kalangan Mahasiswa Perguruan Tinggi. Social Work Journal, 9(1), 75-85. DOI: 10.24198/share.v9i1.21685.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

TA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.