andil komunitas lereng medini untuk kemajuan literasi - News | Good News From Indonesia 2023

Andil Komunitas Lereng Medini untuk Kemajuan Literasi

Andil Komunitas Lereng Medini untuk Kemajuan Literasi
images info

Menurut penilaian berdasarkan Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM), skor Indonesia pada tahun 2022 sebesar 64,48 dari skala 1-100. Angka tersebut belum cukup mampu untuk bisa dibanggakan dan akan terus menjadi bahan evaluasi bagi masyarakat. Tidak hanya pemerintah, ini merupakan masalah serius bagi negara, maka harus melibatkan seluruh elemen masyarakat untuk memperbaikinya. Salah satu upaya yang ada di dalam masyarakat adalah berdirinya Komunitas Lereng Medeni.

Komunitas Lereng Medeni (KLM) merupakan komunitas yang memberikan wadah bagi masyarakat untuk belajar mengenai sastra dan budaya, khususnya bagi pelajar di Kecamatan Boja, Kendal, Jawa Tengah. Komunitas Lereng Medeni (KLM) di dirikan oleh dua orang dengan latar belakang kesusastraan yang cukup meyakinkan.

Dua orang yang mendirikan Komunitas Lereng Medeni (KLM) tersebut adalah Heri Chandra Santosa dan Sigit Susanto. Heri merupakan pria kelahiran Kendal, 22 Mei 1982,dan dia adalah seorang jurnalis sekaligus alumni dari Fakultas Sastra Universitas Diponegoro. Serta karibnya yang bernama Sigit Susanto yang juga merupakan pegiat dunia kesusastraan asal Boja dan telah berpartisipasi dalam banyak kegiatan kesusastraan, salah satunya menjadi moderator milis “Apresiasi Sastra”.

Keduanya berinisiatif untuk mendirikan Komunitas Lereng Medeni di dasari dengan keresahan bahwa ilmu kesusastraan hanya bersifat eksklusif bagi masyarakat kota saja. Mereka membuktikan bahwa sastra bisa menjamah daerah terpencil sekali pun. Mengingat Komunitas Lereng Medeni berdomisili di lereng pegunungan medeni. Mereka memberikan akses informasi kepada masyarakat desa dan memberikan mereka hak untuk memperluas wawasan mereka, baik soal sastra maupun informasi berguna lainnya.

Sebelum mendirikan Komunitas Lereng Medeni pada tahun 2008, Keduanya sudah memulai kiprahnya dalam memajukan literasi masyarakat dengan mendirikan perpustakan gratis 23 “Pondok Maos” pada 2006. Perpustakaan tersebut di buka dengan memanfaatkan rumah Sigit di Jalan Raya Bebengan 221, Desa Bebengan, Boja. Adapun koleksi yang terdapat di dalam pepustakaan berupa karya sastra baik dari sastra indonesia ataupun karya sastra luar negeri. Karena menurut heri, sebelum belajar mengenai sastra, kita harus memperkenalkan terlebih dahulu tentang bacaan - bacaan.

Sastra merupakan salah satu elemen yang berperan sangat pmenting di dalam perkembangan sebuah bangsa. Dengan sastra, kita dapat memantik imajinasi yang ada di pikiran kita, dan hal tersebut akan mengasah otak kita untuk berpikir lebih kritis. Sastra juga ikut andil dalam perkembangan literasi sebuah bangsa. Selain itu sastra juga bisa digunakan sebagai media untuk mewarisi kearifan lokal kepada generasi selanjutnya demi melestarikan kearifan lokal yang sangat berharga. Untuk melihat kemajuan sebuah bangsa di dalam peradaban, kita bisa melihat dari karya sastra yang di tulis oleh para pegiat sasta di wilayah tersebut.

Kembali ke apa yang sudah di lakukan oleh Heri dan Sigit di Boja. Meskipun apa yang mereka lakukan tidak terlihat seperti kegiatan dengan level skala yang massive bagi sebuah lingkungan masyarakat. Namun kegiatan yang dilakukan oleh Komunitas Lereng Medeni sendiri memberi dampak positif bagi masyarakat, khususnya membuka wawasan masyarakat akan pentingnya literasi dan sastra untuk di pelajari dan di implementasikan di dalam kehidupan. Terlebih lagi, Komunitas Lereng Medeni sendiri berbasis di desa dan daerah terpencil yang notabenenya penyebar luasan informasi kepada daerah tersebut dibilang masih terbatas, jadi dengan adanya pergerakan dari Komunitas Lereng Medeni, pemerataan penyebarluasan informasi jadi makin teratasi.

Heri Chandra Santoso telah membuktikan bahwa dengan minimnya sarana dan prasarana yang tersedia di wilayah tempat tinggalnya, dia bisa membuat pergerakan dengan dampak yang positif bagi lingkungan sekitar. Maka dari itu dia layak untuk sebagai penerima apresiasi SATU Indonesia Awards (Astra) 2011, atas andil positif yang sudah dia berikan kepada masyarakat. Pada dasarnya, kita sebagai manusia butuh niat untuk mewujudkan mimpi yang kita miliki. Dari cerita Heri dan Sigit ini, kita belajar mau sebesar apapun mimpi yang kita bayangkan, bisa terwujud jika kita memiliki niat dan tekad yang kuat.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

PR
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.