#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung
Indonesia adalah negara yang indah. Negara yang memiliki banyak keragaman suku dan budaya dengan lebih dari 700 bahasa daerah di dalamnya. Keragaman ini membuat Indonesia dikenal sebagai negara multikultural. Namun seiring berjalannya waktu, kebiasaan berbahasa daerah kian menghilang sejalan dengan perkembangan teknologi modern khususnya kebiasaan berbahasa Jawa Krama.
Kebiasaan berbahasa Jawa Krama bahkan sudah mulai ditinggalkan. Setiap remaja, anak-anak bahkan orang dewasa pun jarang sekali menggunakan bahasa Jawa Krama di kehidupan masyarakat. Padahal fungsi berbahasa Jawa Krama tidak sebatas sebagai komunikasi, namun juga sebagai sebuah ekspresi nilai tata-krama yang indah.
Bahasa Jawa Krama mulai tidak diminati seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi di era digital ini. Setiap individu dari kita seringkali terfokus pada konten di dalam ponsel cerdas dengan bahasa Indonesia atau bahkan bahasa Inggris. Keterikatan tersebut membuat kita semakin mudah melupakan kebudayaan tradisional kita yaitu berbahasa Jawa Krama. Bahkan, kebiaaan berbahasa Jawa Krama dianggap sebagai budaya lama, budaya yang ketinggalan zaman, bahkan anggapan budaya yang tidak memiliki peluang masa depan masih bersarang dipikiran generasi muda saat ini. Tingginya penggunaan ponsel pintar memberikan potensi hilangnya kebudayaan berbahasa Jawa Krama yang semakin tinggi jika tidak dilakukan dengan benar.
Kebiasaan Bahasa Jawa Krama Dianggap Tidak Penting
Bahasa Jawa Krama dikenal sebagai bahasa yang menggunakan nada halus dengan kata-kata yang bernuansa sopan. Seringkali bahasa ini digunakan untuk orang yang lebih tua atau digunakan sebagai bentuk rasa sopan dan hormat pada acara-acara penting di Jawa. Buruknya, kebiasaan ini malah tergerus dan kian menipis, tidak lain karena kebiasaan berbahasa Indonesia yang semakin tinggi bahkan berbahasa Inggris dianggap menjadi sebuah kebiasaan yang harus dilakukan di setiap sudut kehidupan.
Mayoritas masyarakat juga menganggap berbahasa Indonesia atau bahkan membiasakan dengan bahasa Inggris menjadi sebuah peluang di masa depan. Tidak hanya di masyarakat, di lingkungan keluarga pun kebiasaan berbahasa Jawa Krama sudah jarang ditemui. Banyak orang tua yang membiasakan anak-anaknya menggunakan bahasa Indonesia dan bahkan dengan bahasa Inggris dengan tujuan tidak lain untuk masa depan anaknya yang lebih berpeluang.
Menghargai dan Membiasakan Budaya Jawa Krama
Penelitian yang telah dilakukan oleh Dosen Universitas Airlangga, Ibu Celya Intan Kharisma Putri menyebutkan dari dua belas partisipan di wilayah Kediri, Jawa Timur, dengan area umur di bawah 25 tahun sebagian besar lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia dibandingkan dengan bahasa Jawa Krama ketika berkomunikasi dengan orang yang lebih tua.
Kemampuan berbahasa Jawa menjadi sebuah masalah dalam pelestarian kebudayaan Jawa. Pada dasarnya bahasa jawa terdapat tiga pembagian yaitu bahasa jawa ngoko, jawa madya, dan jawa krama. Setiap tingkatan memiliki tujuan masing-masing. Misalnya jawa ngoko digunakan untuk teman atau yang seumuran, jawa madya biasanya untuk yang memiliki hubungan dekat seperti saudara, dan jawa krama digunakan untuk kesopanan pada orang yang lebih tua. Tingkatan yang rumit ini menjadi salah satu penyebab bahasa jawa kurang diminati untuk diterapkan. Berbeda dengan komunikasi bahasa Indonesia yang tidak memiliki tingkatan spesifik seperti bahasa jawa.
Namun, dibalik itu semua, masih ada generasi muda yang tertarik mempelajari keragaman cara komunikasi bahasa jawa ini. Tidak hanya menerapkan di keseharian, tapi juga menunjukkan kepada public yang luas bahwa melestarikan, mempelajari, dan membiasakan berbahasa Jawa itu tidak sulit. Bahkan dengan kita menunjukkan pentingnya berbahasa jawa, secara tidak langsung kita menjadi generasi muda yang turut melestarikan kebudayaan lokal. Munculnya pagelaran budaya jawa, pertunjukan daerah dan pentas seni local yang diadakan oleh generasi muda menjadi sebuah pendorong dalam menunjukkan sudut penting dalam berbahasa Jawa.
Peran Generasi Muda dalam Kebudayaan Berbahasa Lokal
Generasi muda menjadi sosok penting dalam agen pelestrasi kebudayaan. Dominasi generasi muda pada setiap aspek bidang di Indonesia menjadi nilai tambah dalam pelestarian budaya Jawa. Pekerja seni, pengajar, pemain film, hingga polisi menjadi sudut dalam menunjukkan pentingnya berbahasa jawa. Bidang film menjadi salah satu bidang yang sudah mulai menunjukkan pentingnya berbahasa Jawa. Salah satu film yang dibintangi Bayu Skak yaitu “Yowis Ben” menjadi film yang mengangkat budaya berbahasa Jawa. Film ini tercipta karena keresahan Bayu Skak tentang mengikisnya budaya bahasa Jawa. Seiring dengan kemajuan teknologi digital, banyak kaum milenial yang lupa akar budaya daerahnya.
Kekayaan Indonesia perlu dilestarikan, salah satunya kebudayaan berbahasa Jawa. Berbahasa Jawa tidak hanya sebatas cara berkomunikasi, namun juga menunjukkan kesopanan kita terhadap orang lain. Sebagai generasi muda, agen pelestrasi kebudayaan Indonesia memiliki peran yang cukup krusial. Tidak selalu kita sebagai generasi muda harus mengadakan kegiatan seperti pagelaran budaya atau kegiatan seni. Cukup dengan mempelajari dan menunjukkan cara berbahasa jawa yang baik sama saja kita termasuk agen Kebudayaan Indonesia.
Sumber:
Trisnawati, Wahyu; Fauziah, Puji Yanti. 2019. Penanaman Nilai Karakter Melalui Pembiasaan Berbahasa Jawa pada anak usia dini di desa tanggeran, kabupaten banyumas. Cakrawala Dini: Jurna Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 10 No. 2 November 2019, Hal 93-100
Muhtarom, Taufik; Sulistyawan, Aditya Hendra. 2023. Pengaruh kebiasaan berbahasa jawa terhadap pemahaman konsep unggah ungguh kelas V di gugus 02 kecamatan Bantul. Trihayu: Jurnal Pendidikan ke-SD-an, Vol. 9 No. 9 2023, hal 98-108
https://www.pexels.com/photo/tree-green-human-bogor-8719926/
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News