si penyebar virus menulis meredefinisi literasi di indonesia - News | Good News From Indonesia 2023

Si Penyebar Virus Menulis, Meredefinisi Literasi di Indonesia

Si Penyebar Virus Menulis, Meredefinisi Literasi di Indonesia
images info

Tingkat literasi masyarakat memiliki dampak signifikan pada perkembangan dan peradaban suatu bangsa. Literasi tidak hanya meningkatkan pengetahuan individu, tetapi juga memungkinakan akses yang lebih baik ke pendidikan, informasi, dan peluang ekonomi.

Di Indonesia sendiri, tingkat literasi dan minat baca yang rendah masih menjadi masalah yang perlu diperhatikan. Banyak organisasi dan inisiatif yang berupaya untuk mengatasi masalah ini melalui program-program literasi dan kampanye membaca. Salah satunya yang dilakukan oleh Irwan Bajang.

Berangkat dari kegelisahan banyak orang, pria yang akrab disapa Bajang ini, berkeinginan untuk menghilangkan persepsi negatif tentang kurangnya minat membaca di kalangan masyarakat Indonesia. Baginya salah satu permasalah yang perlu diatasi adalah kekurangan akses dan tempat yang memadai untuk mendapatkan bahan bacaan.

Alat Musik Gondang yang Jadi Prantara Orang Batak dengan Dunia Roh

Terdorong pula oleh minatnya dalam dunia sastra dan bahasa, Bajang pun mendirikan penerbitan indie pada 9 September 2009 yang diberi nama Indie Book Corner (IBC). IBC diharapkan dapat mendukung para penulis pemula yang karya-karyanya belum mendapat perhatian dari penerbit besar.

"Indie Book Corner ini sebenarnya seperti kampanye untuk menerbitkan buku secara mandiri, secara Indie. Mirip dengan film indie atau musik indie, buku juga ada hal-hal seperti itu. Ada banyak orang di luar sana para calon penulis baru, muda, yang mungkin memiliki suatu yang unik, spesifik, nah Indie Book Corner memfasilitasi hal tersebut. Bikin kampanye bahwa semua orang punya gagasan, semua gagasan ketika ditulis harusnya bisa disebarkan ke banyak orang," ungkap Bajang ketika ditanya mengenai apa sebenarnya gambaran Indie Book Corner dalam video wawancara di laman YouTube SATU Indonesia.

Membangun literasi di masyarakat memerlukan kreativitas dan pendekatan yang unik agar dapat dengan mudah disukai. Menurut Bajang pandangan terhadap bacaan, buku, dan literasi haruslah lebih luas. Literasi tidak melulu tentang membaca dan menulis. Tapi, literasi itu tentang mendapatkan informasi dan menyampaikan kembali informasi itu ke banyak orang lainnya.

Bajang berkolaborasi dengan teman-teman komunitas yang memiliki keresahan yang sama, melahirkan banyak inovasi baru agar dapat mendekatkan bahan bacaan ke semakin banyak orang, dengan akses yang jauh lebih mudah, lebih murah, melalui berbagai bidang disiplin. Dari kolaborasi tersebut, lahirlah Patjar Merah.

Patjar Merah merupakan festival kecil literasi dan pasar buku keliling yang digagas oleh Bajang dan Windy Ariestanty. Nama Patjar Merah yang digunakan adalah inspirasi dari novel tahun 1930-an berjudul "Patjar Merah Indonesia". Dalam karya sastra tersebut, terdapat karakter utama yang diberi nama Patjar Merah, seorang individu cerdas yang gemar membaca dan memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Tokoh ini sesungguhnya adalah representasi dari sosok sejarah Tan Malaka. Dengan demikian, Patjar Merah adalah sebutan untuk Tan Malaka, tokoh sejarah yang berperan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dan menjadi simbol literasi dan kepintaran.

Dalam festival ini, Patjar Merah menawarkan ribuan buku dengan diskon hingga 80 persen. Mereka memiliki koleksi sebanyak 120.000 judul buku dengan lebih dari satu juta eksemplar yang tersedia. Ragam kategori buku yang ditawarkan sangat beragam, termasuk fiksi, nonfiksi, pengetahuan populer, agama, hingga filsafat. Selain pasar buku, festival ini juga menyelenggarakan berbagai rangkaian acara menarik seperti Lokakarya Patjar, Tamasya Patjar, Panggung Patjar, Layar Patjar, dan Obrolan Patjar.

Dilansir dari radioidola.com, menurut Khotibul Umam, Project Officer Patjar Merah Semarang, "Literasi bukan hanya yang bersinggungan dengan dunia buku saja. Namun bagaimana seseorang memahami sesuatu. Maka, literasi yang dihadirkan sangat beragam, ada literasi sosial media, literasi memasak, literasi social branding, literasi pertujukan dan sebagainya. Jadi, kami mengundang berbagai pegiat literasi yang piawai untuk kami ajak kolaborasi di festival ini. Tidak hanya terpaku pada buku dan sastra saja."

Museum Batik Sudah Dibuka, Jadi Sarana Baru untuk Pengetahuan Tentang Batik

"Dua kali ke hajatan Patjar Merah, dua kali dibuat terpuaku: bahwa buku (seperti halnya radio ketika muncul televisi) sepertinya tidak akan pernah mati karena ditinggal pembacanya. Patjar Merah adalah sebuah statement bahwa dunia digital tidak menggantikan buku. Ia justru pintu masuk bagi mereka yang ingin mengakses sumber pengetahuan dan ekspresi dalam medium lain yang lebih intim dan personal," ungkap Dandhy Dwi Laksono, seorang penulis, jurnalis, sekaligus sutradara film dokumenter setelah dua kali menghadiri acara Patjar Marah, dikutip dari patjarmerah.com.

Dari semua usaha-usaha di atas dalam memajukan literasi di Indonesia, Bajang mendapatkan penghargaan sebagai penerima apresiasi SATU Indonesia awards di bidang pendidikan pada tahun 2014. Tentu sebuah kebanggan bagi Bajang untuk berada di posisi tersebut. Melalui SATU Indonesia awards, Bajang mendapatkan lebih banyak dukungan seperti dana pengembangan kegiatan dan berbagai liputan sehingga program-programnya dapat dikenal lebih luas oleh masyarakat.

Harapan Bajang sendiri, agar apa yang telah dilakukannya dapat ditiru oleh setiap orang, sehingga gagasan-gagasannya dapat direplika menjadi hal-hal baru dan memunculkan kolaborasi-kolaborasi yang inovatif.

"Indonesia membutuhkan pemikiran-pemikiran anak muda untuk maju dan berkembang salah satu caranya adalah dengan mengampanyekan kegiatan literasi lebih luas lagi melalui pendidikan, kemiskinan dan kebodohan yang selama ini menjadi penyakit kita, harusnya segera bisa kita obati," ujar Irwan Bajang, Si Penyebar Virus Menulis.

#kabarbaiksatuindonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

EI
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.