Stigma yang masih berakar di masyarakat belum memahami akibat yang setara dengan kematian terbesar dari penyakit kesehatan mental di era digital ini. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesda), mental anak-anak Indonesia mengalami gangguan kesehatan jiwa ringan sebesar 9,8 persen di tahun 2018 terakhir.
Kondisi ini disebabkan oleh perilaku buruk akibat penyalahgunaan teknologi sehingga membuat anak kurang bersosialisasi dengan orang lain. Zaman saat ini, anak-anak sangat mudah untuk tidak percaya diri berhadapan dengan orang lain terutama berekspresi tentang dirinya sendiri karena informasi yang berlebihan dan tidak mendasar memengaruhi pikiran anak.
Dari permasalahan akan kesehatan mental di masyarakat saat ini, pihak layanan kesehatan hingga pemerintah terjun ke masyarakat untuk menanganinya sejak kejadian dini. Namun, peran dari pihak eksternal tidaklah cukup untuk menyembuhkan luka pada batin penyintas gangguan kesehatan mental.
Ada peran dari dorongan diri sendiri untuk menghubungkan konektivitas antara masalah pribadi dengan komunitasnya. Oleh karena itu, Kawan perlu memberikan ruang bagi mereka untuk menemukan jati diri yang hilang dalam berekspresi.
Melalui ekspresi diri, otak Kawan lebih aktif menarik inspirasi dari repotoar pengetahuan sehingga menghasilkan ide dan rencana yang lebih baik. Orientasi pertama dalam mengekspresikan diri adalah dengan meluangkan momen “Me Time”.
Momen “Me Time” adalah waktu luang bagi diri sendiri untuk berkomunikasi dengan diri sendiri mengenai identitas seseorang secara pribadi. Identitas pribadi didasari dari pendefinisian diri sendiri dalam menemukan apa yang membuat seseorang adalah dirinya sendiri dan apa yang membuat dirinya menjadi tertantang.
Mengenal Orkes Tanjidor: Bermula dari Kesenian Budak hingga Menjadi Warisan Budaya Betawi
Seseorang juga akan menjadi lebih bertanggung jawab untuk membuat keadaannya tetap stabil dan harmonis sehingga dia tidak bingung lagi mengenai dirinya sendiri.
Dasar mengenai identifikasi diri sendiri didukung dari proses-proses yang terjadi di salah satu bagian di otak manusia dalam membentuk dan mempertahankan identitas yang konsisten mulai dari masa lalu hingga masa depan.
Bagian otak yang bernama korteks prefrontal media (mPEC) adalah wilayah otak yang berhubungan dengan pemikiran diri. Bagian otak ini membantu Kawan secara sadar dan mengintegrasikannya kepada aksi untuk menerimanya dengan cara yang seperti apa.
Akan tetapi, Kawan GNFI perlu memahami bahwa mendefinisikan diri sendiri tidak hanya dilakukan dengan berdiam diri dan merenung. Salah satu penetlitian psikologi menyebutkan bahwa Kawan perlu menuang pikiranmu dalam bentuk yang konkret sehingga ide dan pemikiran yang sudah dirangkai secara abstrak menjadi lebih jelas melalui tulisan. Menulis juga menjaga keharmonisan dengan diri sendiri karena seolah-olah seseorang sedang berbicara dengan dirinya sendiri.
Bentuk ekspresi diri yang kedua adalah mendalami hobi dan bakat yang positif yang dimiliki seseorang. Hobi seringkali menjadi pelarian seseorang untuk mengisi waktu luang atau mencari kesenangan secara personal.
Namun, jika Kawan mengasahnya maka hobi bukanlah kegiatan yang sia-sia menjadi pengisi hari-hari yang membosankan, melainkan bakat yang dapat memberi prestasi bagi hidup seseorang. Karena itu, menemukan bakat yang tepat lebih baik dimulai dari hobi yang berintegrasi secara positif.
Hal ini disebabkan karena hobi adalah bagian dari kegiatan yang seseorang sukai sehingga menjadi suatu pemicu untuk dilakukan berulang kali hingga ke tingkat kualitas yang lebih baik. Salah satu contoh dari bentuk mendalami hobi, seperti beberapa wanita menyukai sepak bola karena mereka ingin mengekspresikan dirinya sebagai wanita mandiri yang kuat, bukan hanya sekadar wanita yang lemah.
Bentuk ekspresi yang terakhir adalah bersosialisasi dengan komunitas yang sesuai. Hal ini dimaksud dengan komunitas yang positif dan sesuai dengan kepribadian. Beberapa diantaranya memang diperlukan komunitas yang beragam karena itu akan menjadi faktor pembentuk karakter Kawan dalam menghadapi situasi yang berbeda dengan kepribadian Kawan GNFI.
Seorang ahli sosiologi bernama Charles Horton Cooley menjelaskan teorinya yang bernama The“looking-glass self” mengenai implikasi diri dikembangkan melalui interaksi dengan orang lain. Dalam teori ini, sebagian dari identitas seseorang tercermin melalui orang lain, termasuk komunitas yang seseorang sudah pilih.
Konvensi Migas di Bali Hasilkan 16 Kontrak Senilai Rp77 Triliun
Hal ini diperkuat dengan teori konstruksionisme sosial oleh penelitian Gergen yang dipublikasikan pada tahun 2009 tentang cara memahami diri sendiri dan dunia seseorang melalui penggunaan bahasa untuk meciptakan realitas bersama. Penggunaan bahasa yang dimaksud melalui komunikasi individu dengan sesamanya yang menciptakan gambaran tentang mengekspresikan diri sendiri.
Menemukan jati diri sangat penting dalam mengembangkan pribadi seseorang menjadi lebih bermakna karena Kawan menjadi tahu hakikat dari siapa diri Kawan sebenarnya sehingga Kawan menjadi tahu cara menjalani hidup Kawan dengan mudah dan lebih menyenangkan.
Hidup yang seperti ini membuat Kawan lebih bersyukur dan menjalani hidup dengan sungguh-sungguh. Karena itu, seseorang memerlukan kesempatan untuk mengekspresikan identitasnya sehingga seseorang lebih memahami bahwa ia memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam ambil bagian untuk menjalani kehidupannya secara utuh.
Namun, ekspresi diri haruslah tentang diri sendiri. Ekspresi diri tentang keautentikan seseorang mengenai semua hal yang seseorang sukai dan kerjakan dengan sepenuh hati. Ekpresi diri akan jati diri yang baik tidak akan membiarkan sanjungan yang salah dari orang lain tentang diri sendiri.
Seperti kata Steve Jobs, “Jangan biarkan kebisingan dari pendapat orang lain meredam suara batin dirimu sendiri.” Kata hati menjadi pawang terbaik dalam menjaga jati diri seseorang yang sebenarnya sehingga seseorang yang menyadari hak hidup dalam kebebasan memahami seberharaganya waktu untuk ekspresi dirinya.
Jadi, mari temukan ekspresi diri Kawan GNFI!
Taksi Terbang Akan Jadi Angkutan Umum di IKN, Tarifnya Kira-kira Segini
Sumber:
- https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2022/98-persen-anak-indonesia-mengalami-gangguan-kesehatan-jiwa-ringan/
- https://egsa.geo.ugm.ac.id/2020/11/27/darurat-kesehatan-mental-bagi-remaja/
- https://www.healthline.com/health/sense-of-self
- https://www.publicationcoach.com/neuroscience-of-writing/
- https://www.scientificamerican.com/article/how-our-brain-preserves-our-sense-of-self/
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News