pantaskah artificial intelligence menjadi andalan - News | Good News From Indonesia 2023

Sisi Lain Telemedicine: Pantaskah Artificial Intelligence Menjadi Andalan Health 4.0?

Sisi Lain Telemedicine: Pantaskah Artificial Intelligence Menjadi Andalan Health 4.0?
images info

ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI - Eksistensi Artificial Intelligence, robots system, machine learning dan berbagai teknologi kini semakin tidak asing digunakan sebagai solusi kesehatan untuk membantu pasien dan para health workers di rumah sakit. Namun, di sisi lain, publik pun mempertanyakan, bisakah kehadiran geng ‘kecerdasan buatan’ ini menggantikan sosok dokter andalan yang setidaknya punya tanggung jawab dalam mendiagnosis situasi tubuh Kawan?

Pandemi Menuntut Perubahan

“Pandemi menuntut perubahan pola hidup pada mayoritas masyarakat Indonesia, khususnya (dalam hal) PHBS atau perilaku hidup bersih dan sehat serta masyarakat yang mulai terbiasa dengan adanya telemedicine. Telemedicine sudah bisa dianggap sebagai “teman” layanan kesehatan jarak jauh yang memungkinkan masyarakat untuk menjangkau fasilitas kesehatan tanpa harus datang ke tempat, sederhananya seperti konsultasi dokter secara online yang dapat diakses melalui smartphone,” ujar Farisah Rahmania, Pakar dan Akademisi Kedokteran Universitas Brawijaya.

“Kehadiran teknologi ini menjembatani pertukaran informasi antara dokter dan pasien serta memberikan layanan berupa informasi diagnosis, pengobatan, pencegahan penyakit, dan masih banyak lagi.”

Nia (panggilan akrab Farisah, red) pun mencetuskan bahwa dalam konsep dunia medis yang berkembang di era society 5.0 dan health 4.0, kolaborasi dari teknologi digital berupa artificial intelligence (AI) dengan pengetahuan kedokteran akan sangat esensial untuk mengembangkan layanan telemedicine yang pastinya lebih efisien bagi publik.

Selain itu, inovasi program AI ini juga diharapkan dapat membantu peran tenaga kesehatan dalam meningkatkan keakuratan diagnostik pasien dengan big data, menganalisis hasil perawatan, serta mengurangi kesalahan medis.

Foto Ilustrasi Pemanfaatan AI pada echocardiography yang dikembangkan oleh Phillips dan DIA Analysis | Phillips.com
info gambar

“Sebagai contoh, pemeriksaan radiologi jantung atau echocardiography yang kini dilengkapi dengan fitur AI, sehingga hasil yang diperoleh pun lebih cepat dan efisien,” ungkap Nia.

“Keunggulan AI dalam format telemedicine yang dapat diakses dimana saja dengan jangkauan yang luas terbukti meningkatkan kualitas kesehatan, serta membuat pasien lebih perhatian (aware) terhadap gejala ataupun penyakit yang dideritanya sekaligus dapat melakukan konsultasi mandiri dengan dokter.”

Tidak Semudah Itu Percaya Kepada Artifisial

Meskipun seakan banyak prospek kemudahan yang dijanjikan, tidak dapat dipungkiri bahwa dominasi kecerdasan buatan dalam masa depan dunia medis tentu melahirkan berbagai problematika keterbatasan seiring perkembangannya.

Salah satu yang menarik adalah hilangnya ikatan emosional antara pasien dan dokter. Ketika berhadapan dengan penanganan kasus kesehatan mental contohnya.

Sebuah aplikasi smartphonetelemedicine yang dikembangkan oleh Massachusetts Institute of Technology sebagai model jaringan saraf diklaim dapat membantu penggunanya dalam mendeteksi potensi gangguan kejiwaan hanya dengan membaca pola bicara melalui rekaman teks dan audio percakapan sehari-hari. Kehadiran aplikasi ini tentu mengurangi biaya ataupun rasa ketidaknyamanan pasien ketika harus berhadapan secara face to face dengan dokter.

Namun, peneliti Technical University of Munich dalam artikel VICE Indonesia mengungkap implikasi etis lain. Ia berdalih bahwa pikiran manusia ternyata lebih mudah dimanipulasi oleh kecerdasan buatan yang dimiliki aplikasi telemedicine itu dibandingkan ketika mereka memutuskan untuk berkonsultasi dokter yang merupakan manusia sesungguhnya.

Situasi ini disebabkan karena AI bekerja tanpa mengekspresikan perasaan apapun, sehingga kehadiran mereka tentu tidak bisa menduplikasi kemampuan berempati yang sudah seharusnya dimiliki manusia.

Tidak sampai di sana saja, kemampuan artifisial juga memungkinkan AI yang bekerja dalam pemrograman telemedicine untuk mencuri data riwayat privasi kesehatan pasien yang mudah diakses dalam sistem medis.

Teknologi punya batas koneksi bagi dunia medis | medical.net
info gambar

Teknologi Punya Batas Koneksi

Sadar dengan sisi lain telemedicine semacam ini, Nia pun sepakat dengan persepsi yang menganggap bahwa kinerja kecerdasan buatan tidak akan pernah dapat berkompetisi dengan kualitas praktik dokter yang sesungguhnya. Setiap inovasi dalam perspektif medis tentu memiliki keterbatasan tertentu, bahkan tidak akan bisa mengimbangi permasalahan tubuh yang benar-benar kompleks dan membutuhkan koneksi sosial-emosional antar manusia.

“Perlu sekali disadari kalau bagaimanapun AI (dalam program telemedicine) tidak akan dapat menggantikan hubungan kepercayaan yang telah dibangun antara dokter dengan pasien karena dalam pelayanan kesehatan, empati dan komunikasi interpersonal antara dokter dan pasien sangat penting untuk menunjang kesembuhan mereka,” imbuh dia.

Tidak ada yang bisa menggantikan komunikasi interpersonal antara Dokter dan Pasien yang sangat penting dalam menunjang kesembuhan secara medis | FREEPIK
info gambar

Oleh karena itu, Nia menegaskan bahwa tenaga medis di masa depan akan dituntut agar semakin proaktif sekaligus inovatif untuk beradaptasi terhadap era baru kesehatan digital. Salah satunya dengan terus mengadopsi berbagai inovasi health technology device andalan, sehingga dunia kedokteran mampu menciptakan pelayanan telemedicine yang lebih efektif, efisien, serta mencapai angka kesembuhan pasien yang lebih tinggi.

Baca juga : Perplexity AI, Mesin Pencari Berbasis AI Pesaing Chat GPT

“Di samping kontroversi keterbatasannya di mata publik, telemedicine yang baik sebagai inovasi masa depan health technology sudah seharusnya mampu membantu masyarakat untuk menjangkau akses kesehatan dengan lebih mudah tanpa terbatas ruang, serta menciptakan pelayanan medis yang merata di seluruh Indonesia,” simpulnya di penghujung obrolan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

CN
KG
MS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.