polopalo alat musik tradisional khas gorontalo - News | Good News From Indonesia 2023

Polopalo, Alat Musik Tradisional Khas Gorontalo

Polopalo, Alat Musik Tradisional Khas Gorontalo
images info

Polopalo merupakan salah satu alat musik tradisional yang berasal dari Gorontalo. Penamaan polopalo berasal dari kata polo-polopalo yang artinya bergetar nyaring.

Bentuk dari polopalo mirip seperti garpu tala, mulut, atau rahang buaya. Polopalo terbuat dari bambu khusus yakni bambu talilo huidu yang memiliki kadar air rendah sehingga kualitas bunyi yang dihasilkan baik.

Alat musik ini memiliki panjang sekitar 31 cm dengan diameter lingkaran bambu sekitar 9 cm–17 cm.

Polopalo terbagi atas tiga jenis berdasarkan ukurannya yakni besar, sedang, dan kecil. Ukuran tersebut dapat mempengaruhi nada yang dihasilkan. Semakin kecil ukuran polopalo, maka nada yang dihasilkan juga semakin tinggi.

5 Alat Musik Tradisional Indonesia yang Dikenal Dunia

Cara memainkan Polopalo

Cara memainkan alat musik ini dengan memukul-mukulkan pada lutut atau bagian tubuh lain para pemainnya. Bergetarnya seluruh tubuh polopalo karena pukulan atau dipukul akan menghasilkan bunyi. Oleh karena itu, alat musik ini merupakan alat musik idiofon yang sumber bunyinya berasal dari badannya sendiri.

Instrumen ini bisa digunakan sebagai pengiring alat musik lainnya seperti suling, string bass, rebana/gendang dan maracas. Instrumen ini juga sering dimainkan saat pertunjukan tari tradisional khas Gorontalo misalnya tari Tidi Lo Polopalo.

Saat ini, polopalo telah dilengkapi dengan sebuah pemukul dari kayu yang dilapisi karet agar mudah dimainkan, menggantikan anggota tubuh agar tidak sakit, dan menghasilkan bunyi yang semakin nyaring.

Talempong, Alat Musik Kebanggaan Masyarakat Minangkabau yang Terus Lestari

Sejarah dan makna filosofis Polopalo

Penggunaan bambu dalam alat musik ini memiliki makna filosofis yang berkaitan erat dengan tatanan masyarakat. Bambu yang mudah hidup dan tumbuh mencerminkan nilai kerukunan dan nilai kepercayaan bahwa tatanan keluarga merupakan aspek awal dari kehidupan masyarakat.

Seorang budayawan Gorontalo bernama Mohamad Ichsan, S.Pd, menyatakan bahwa Polopalo juga merupakan representasi perlawanan terhadap musuh, khususnya pada masa penjajahan Belanda dilihat dari ujung Polopalo yang runcing.

Selain itu, polopalo yang berlubang satu mengandung pesan moral yakni seorang anak tidak boleh melupakan asal muasal sebagai hamba yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa yang dititipkan melalui rahim seorang ibu, meskipun mereka telah berhasil.

Saat abad ke-18, polopalo yang dulu dikenal dengan nama tonggobi, bukanlah alat musik, tapi alat komunikasi bagi masyarakat di Gorontalo karena jarak rumah antar masyarakat yang berjauhan.

Polopalo yang mampu menghasilkan suara dengan jangkauan frekuensi yang jauh menjadi penanda peringatan adanya hewan buas yang merusak, memakan tanaman, atau kejadian lainnya.

Memasuki tahun 1980-an, ada seorang seniman bernama Rusdin Palada yang berinisiatif menjadikan polopalo sebagai alat musik dengan memodifikasi bentuk moncong menjadi lebih tipis atau memperbesar lubang dan gagangnya.

Pada tahun 2004, bersama dengan Rivai Humonggio, Rusdin Palada memainkan alat musik ini pertama kalinya di TVRI Nasional. Bahkan menampilkan alat musik ini di negara Austria pada tahun 2007.

Dambus, Mengenal Alat Musik Kesenian dari Melayu Bangka

Waktu memainkan Polopalo

Penggunaan polopalo dalam acara resmi | Sehat Negeriku/Flickr
info gambar

Mulanya polopalo dimainkan oleh para petani ketika sedang menanam padi di sawah. Alat musik ini juga dibunyikan sebagai tanda waktu berbuka puasa maupun ketika sahur di bulan suci Ramadhan.

Pada era tahun 1960-an hingga tahun 1990-an, alat musik yang terbuat dari bambu ini biasanya dimainkan pada waktu-waktu tertentu, seperti saat panen raya atau saat bulan t’rang (bulan purnama).

Para petani biasanya memainkan polopalo saat mereka menabur padi di ladang. Selama bulan suci Ramadan, alat musik ini juga dibunyikan untuk menandakan waktu berbuka puasa atau saat sahur.

Pada tahun 1960-an hingga 1990-an, alat musik ini dimainkan saat selesai melaksanakan panen raya, pergantian musim, atau pada waktu bulan terang (bulan purnama).

Tanpa adanya komando, masyarakat langsung berkumpul bersama merayakan dan mensyukuri hari yang indah atau hari yang spesial tersebut. Saat memainkan alat musik ini, diperlukan ketenangan jiwa sehingga sering dimainkan pada malam hari yang hening.

Alat musik ini dimainkan pada malam kamis atau malam minggu saja karena dianggap sebagai malam yang istimewa bagi masyarakat Gorontalo kira-kira pukul 22.00 sampai pukul 01.00 dini hari.

Alat Musik Calung: Kesenian Bambu yang Jadi Identitas Masyarakat Purbalingga

Jenis Polopalo

Menurut Rahmawati Ohi, jenis Polopalo ada empat yaitu motoliyongo, modulodu’o, moelenggengo dan mobulongo.

Moelenggengo merupakan polopalo dengan bunyi yang kurang nyaring atau memiliki frekuensi paling rendah seperti suara burung kakak tua dan melambangkan suasana masyarakat yang penuh persahabatan.

Motoliyongo adalah polopalo yang mempunyai bunyi nyaring dan melengking paling tinggi mirip seperti suara burung pipit. Suara ini melambangkan jiwa besar, pemberani, cerdik dan lincah. Suasana yang digambarkan adalah perasaan gembira karena permulaan hari.

Mobulongo yang mempunyai bunyi mirip seperti suara ayam jago dan melambangkan kondisi masyarakat yang tenang penuh dengan kedamaian.

Modulodu’o yang mempunyai bunyi mirip seperti suara burung Pa’o dan melambangkan suasana yang kurang aman atau mengancam sehingga seseorang harus kuat dan mampu menghadapi segala tantangan.

Polopalo Pentatonik (Motoliyongo, Mobulongo, Moduloduo dan Moelenggengo)
info gambar

Sayangnya kawan GNFI, popularitas alat musik polopalo semakin menurun seiring dengan perkembangan zaman. Hal ini disebabkan oleh kurangnya upaya pelestarian yang dilakukan untuk menjaga eksistensi alat musik lokal ini.

Akan sangat disayangkan apabila alat musik ini hilang di masa yang akan datang mengingat banyaknya keunikan yang dimiliki alat musik ini.

Referensi: Buku Ensiklopedia Alat Musik Tradisional D.K.I Jakarta Hingga Kalimantan Selatan| Buku Akulturasi Islam dan Budaya Lokal Dalam Perkawinan Masyarakat Sulawesi Utara dan Gorontalo | Jurnal Islamisasi dan Peninggalannya di Gorontalo | Jurnal Polopalo Tinjauan Etno Organologi Akustik | Jurnal Kolaborasi Musik Rock dengan Alat Musik Tradisional Polopalo | Jurnal Pengenalan Alat Musik Tradisional Gorontalo (Polopalo) Berbasis Android | Pranala.co.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

BF
KG
SN
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.