Pada bulan Ramadan tradisi sanggring kolak ayam selalu rutin diselenggarakan warga Desa Gumeno, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Tradisi sanggring kolak dianggap menjadi warisan budaya kearifan lokal.
“Tradisi ini telah berjalan turun-temurun sejak masa dakwah putra Sunan Giri pada tahun 1540,” ujar Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani yang dimuat Kompas.
Yani menjelaskan bahwa tradisi sanggring kolak ayam tidak lepas dari cerita Sunan Dalem. putra kedua Sunan Giri yang membangun masjid di Desa Gumeno sebagai upaya dalam syiar Islam.
Khasiat Semangkuk Kolak Pisang untuk Kesehatan Tubuh
Sunan Dalem ketika itu sakit sehingga selalu mengkonsumsi jinten dan berbagai macam campuran rempah lain yang dipadukan dengan daging ayam. Resep tersebut dikabarkan diberikan langsung oleh Sunan Giri melalui mimpi.
Sementara itu nama Sanggring sendiri berasal dari dua kata, Sang dan Giring. Sang artinya raja/penggedhe dan Giring yang berarti gering atau sakit. Jadi Sanggring mempunyai arti kurung lebih, raja yang sedang sakit.
“Kepatuhan kepada beliau (Sunan Dalem), maka warga Desa Gumeno selalu melanjutkan tradisi tersebut setiap tahun. Disebut kolak ayam karena bahan utamanya memang berupa daging ayam yang dimasak menggunakan santan, sehingga menyerupai kolak,” kata Yani.
Tradisi dipertahankan
Dijelaskan oleh Yani, Sunan Dalem kemudian berwasiat kepada semua penduduk yang ada di Desa Gumeno supaya setiap tahun pada malam ke-23 bulan Ramadan. Karena itulah prosesi memasak kolak ayam selalu bertepatan 22 Ramadan.
“Uniknya lagi, proses pembuatan kolak ayam yang selalu menarik perhatian saya adalah dimasak bersama-sama dan pemasaknya harus laki-laki,” tutur Yani.
Dirinya menyampaikan ucapan terima kasih kepada masyarakat Desa Gumeno lantaran tetap mempertahankan tradisi Sanggring sebagai warisan yang selalu rutin dilaksanakan setiap hari ke 22 Ramadan atau malam ke-23 di bulan Ramadan.
Ragam Kolak Khas Nusantara, Mana Favoritmu?
Baginya tradisi yang merpakan kearifan lokal ini harus dipertahankan dan dilestarikan, apalagi Gresik terkenal sebagai kota wali dan kota santri. Dirinya pun mengingatkan bahwa warisan budaya perlu dijaga,
“Jangan lupakan warisan budaya, sejarah atau tradisi-tradisi pendahulu kita karena merupakan sarana silaturahmi, sarana dakwah yang sangat bermanfaat bagi kita semua,” tegas Yani.
Kembali dibuka
Sejak Pandemi Covid 19 muncul, tradisi sanggring tetap digelar terbatas bagi warga setempat. Namun seiring kasus yang melandai perayaan itu kembali dibuka secara umum sehingga bisa diakses oleh orang banyak.
“Untuk membuat 3.000 bungkus kolak ayam, dibutuhkan 750 kilogram gula merah, 250 ekor ayam, 2 kuintal bawang daun, 700 butir kelapa, dan 50 kilogram jinten bubuk,” kata Kepala Desa Gumeno Hasan Fatono.
Dirinya tidak menampik bahwa pembuatan kotak ayam itu butuh biaya besar. Dirinya mengungkapkan ada beberapa pihak yang membantu pendanaan sehingga beban biaya tidak seluruhnya ditanggung oleh warga Desa Gumeno.
Khasiat Semangkuk Kolak Pisang untuk Kesehatan Tubuh
“Biaya pembuatan kolak ayam telah menghabiskan biaya sekitar Rp130 juta dan alhamdulilah sebagian dibantu oleh beberapa perusahaan di Kabupaten Gresik,” tuturnya.
Arina, salah satu warga Jombang biasanya sudah datang ke Masjid di Desa Gumeno menjelang berbuka puasa. Dirinya ikut mengantri bersama dengan ribuan warga dari berbagai daerah.
“Saya penasaran dengan kolak ayam itu. Ternyata rasanya manis, gurih, dan rempah jintennya sangat terasa,” ungkap Arina.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News