Jepang kembali menunjukkan inovasi luar biasa melalui kehadiran masjid berjalan (mobile mosque) yang dapat digunakan di berbagai lokasi. Proyek kreatif ini dipimpin oleh Yasuharu Inoue, CEO Yasu Project Co., Ltd., dan pertama kali diperkenalkan pada tahun 2018 menjelang Olimpiade Tokyo 2020. Ide ini lahir dari keinginan Jepang untuk menciptakan ruang ibadah yang fleksibel bagi umat Muslim, terutama di acara berskala internasional.
Masjid berjalan ini dibangun dari truk besar berukuran 25 ton yang dapat berubah menjadi ruang shalat seluas 48 meter persegi hanya dalam beberapa menit. Ruangan tersebut mampu menampung hingga 50 jamaah, dilengkapi pendingin udara, ruang wudhu, dan generator listrik mandiri. Desainnya dibuat dengan mempertimbangkan kenyamanan, kebersihan, serta kemudahan mobilitas di berbagai medan.
Kehadiran mobile mosque Jepang ini menjadi simbol nyata toleransi dan keterbukaan negeri Sakura terhadap keberagaman agama. Inovasi tersebut juga menjadi bentuk keramahan Jepang terhadap wisatawan Muslim, yang jumlahnya meningkat setiap tahun. Masjid ini telah digunakan dalam berbagai ajang internasional seperti Rugby World Cup 2019 dan Olimpiade Tokyo 2020, menunjukkan bahwa Jepang serius mendukung inklusivitas.
Menariknya, Yasu Project kini menargetkan produksi versi lebih ramping di Indonesia dengan kapasitas sekitar 25 orang. Langkah ini diambil karena Indonesia memiliki populasi Muslim terbesar di dunia sekaligus potensi besar untuk pengembangan proyek serupa. Produksi lokal juga diharapkan mampu menekan biaya sekaligus memperluas jangkauan penggunaan masjid berjalan di kawasan Asia Tenggara.
Konsep masjid berjalan ini tidak hanya sekedar inovasi teknologi, tetapi juga wujud nyata dari misi perdamaian dan persaudaraan antar umat beragama. Dengan desain yang mudah dipindahkan, mobile mosque dapat hadir di lokasi bencana, acara besar, maupun wilayah terpencil yang membutuhkan fasilitas ibadah sementara. Hal ini membuatnya menjadi solusi praktis sekaligus inspiratif bagi umat Muslim di seluruh dunia.
Dengan biaya pembuatan mencapai sekitar Rp13 miliar per unit, masjid berjalan Jepang menjadi bukti bahwa teknologi bisa berpadu harmonis dengan nilai spiritual. Proyek ini memperlihatkan bahwa kemajuan tidak hanya tentang kecanggihan, tetapi juga tentang nilai kemanusiaan dan toleransi. Jepang, melalui inovasi ini, mengirim pesan kuat bahwa kedamaian dapat dimulai dari rasa saling menghormati antar umat manusia.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
