Kebugaran kelompok usia anak di tanah air berada dalam kondisi yang sangat rendah. Kenyataan ini tercermin dari studi The 2022 Indonesian Report Card on Physical Activity for Children and Adolescent yang mencatat bahwa anak Indonesia yang bergerak aktif secara fisik jumlahnya kurang dari 20% dari total populasi anak. Data tersebut menjadi cerminan bahwa anak-anak di Indonesia memerlukan wadah untuk mendorong mereka bergerak aktif.
Kompetisi olahraga menjadi salah satu solusi untuk memfasilitasi kebutuhan ini, dan Jambore Futsal Anak (JFA) hadir sebagai ajang yang dibuat untuk memfasilitasi anak-anak prasejahtera di Jakarta dan sekitarnya. Sejak awal dirancang, event ini bertujuan agar mereka dapat menunjukkan kemampuan terbaik dalam futsal, membangun persahabatan, dan menyuarakan hak anak.
Tahun ini, JFA Ke-VIII mengusung tema "Cerdas Digital, Tangkas di Lapangan", sebuah tema yang berakar dari fakta di lapangan. Manajer Program Penyelamatan Anak dan Penguatan Komunitas Yayasan KDM, Jessica Hutting, mengatakan bahwa fakta yang ia dan teman-teman di Program BOLA temukan adalah kecenderungan anak-anak menghabiskan waktu mereka di depan gawai. Padahal, kelompok usia di bawah 18 tahun ini sangat rentan menjadi korban kejahatan di ranah digital.
"Melalui JFA tahun ini, kami berharap agar para peserta semakin menyadari pentingnya berinteraksi di dunia digital secara aman, dan para pemangku kepentingan mulai dari keluarga, para pendidik, hingga pemerintah bersama menjadi perlindungan yang optimal di dunia digital," ujar Jessica Hutting.
Program BOLA sendiri menawarkan alternatif pemanfaatan waktu luang dengan aktivitas olahraga futsal, bertujuan untuk membuat hidup anak-anak tetap seimbang sebagai warga masyarakat dan warga digital.
Dalam pelaksanaannya, konsep JFA Ke-VIII/2025 tetap sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Untuk lokasi pertandingan mulai dari babak penyisihan hingga final berada di Tifosi Sport Center, Duren Sawit, Jakarta Timur.
Program BOLA berkolaborasi dengan Program Studi Bimbingan Konseling Universitas Kristen Indonesia untuk acara konferensi anak. Sementara itu, kolaborasi unik terjadi dengan komunitas Traditional Games Return (TGR) sebagai mitra dalam memfasilitasi kegiatan bermain permainan tradisional.
"Mengapa kami menggandeng TGR, karena selama penyelenggaraan kompetisi, gawai anak-anak yang menjadi peserta akan dikumpulkan. Sebagai aktivitas alternatifnya adalah panitia menyediakan booth yang dimana mereka di situ bisa bermain bersama dengan teman-teman." ujar Jessica.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News