Drone tempur Anka-S asal Turki akhirnya mendarat di Lanud Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat, pada Jumat (26/9/2025). Kedatangan ini dikonfirmasi oleh Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Tonny Harjono bahwa pengiriman sesuai jadwal dan saat ini drone-drone tersebut tengah menjalani uji terbang. Langkah ini menjadi tonggak penting dalam upaya modernisasi alutsista TNI AU untuk memperkuat pertahanan udara nasional.
Pengadaan 12 unit Anka-S bernilai sekitar USD 300 juta atau sekitar Rp 4,5 triliun ditandatangani sejak Februari 2023 saat Prabowo Subianto masih menjabat Menteri Pertahanan. Kontrak ini juga memuat komponen pendukung seperti pelatihan, simulasi penerbangan, infrastruktur hanggar, serta transfer teknologi agar sebagian unit dapat dirakit di dalam negeri.
Salah satu fungsi Anka-S adalah menggantikan drone CH-4 buatan China yang selama ini digunakan TNI AU, khususnya di wilayah Natuna, untuk menjaga perairan dan kedaulatan Indonesia. Anka-S diharapkan memiliki kemampuan operasional lebih baik dibanding CH-4, terutama dalam hal jangkauan dan durasi terbang.
Dari sisi spesifikasi teknis, drone tempur Anka-S masuk kategori UAV MALE (Medium Altitude Long Endurance). Teknologi canggih seperti komunikasi satelit (SATCOM), radar Synthetic Aperture Radar (SAR), serta sensor elektro-optik dan infra-merah (EO/FLIR) membuatnya mampu melakukan pengintaian jarak jauh dalam berbagai kondisi, baik siang maupun malam.
Tidak hanya berperan sebagai alat pengawasan, Anka-S juga bisa membawa amunisi presisi seperti MAM-L dan roket berpemandu. Hal ini menjadikannya efektif untuk operasi tempur jarak jauh, sehingga TNI AU memperoleh keunggulan taktis dalam menjaga pertahanan udara dan kedaulatan wilayah Indonesia.
Selain menggantikan CH-4 di Natuna, Anka-S yang tiba di Pontianak akan ditempatkan di Pangkalan Udara Supadio sebagai bagian rotasi pembagian penugasan. Nanti CH-4 yang ada akan dialihkan ke Pontianak atau wilayah lain sesuai kebutuhan pengawasan. Dengan demikian, TNI AU tidak hanya meningkatkan kapabilitas teknologi, tetapi juga fleksibilitas dalam menempatkan aset pertahanan di titik strategis.
Kedatangan Anka-S juga dianggap sebagai implementasi dari arahan Presiden agar pengadaan alutsista selalu disertai transfer teknologi dan pengembangan sumber daya manusia. Dengan adanya produksi setengah unit di Turki dan setengahnya dirakit di dalam negeri via PT Dirgantara Indonesia, diharapkan kemampuan produksi dan pemeliharaan drone makin mandiri ke depan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News