Danantara Indonesia bersama Badan Pengelola (BP) BUMN berkomitmen membangun 15 ribu unit hunian sementara (huntara) di kawasan Aceh Tamiang.
Proyek ini diprioritaskan untuk memindahkan para pengungsi, terutama balita dan anak-anak, yang saat ini masih bertahan di tenda-tenda darurat. Selain hunian, bantuan logistik berupa perlengkapan bayi, pakaian, dan obat-obatan telah dikirimkan secara paralel untuk memenuhi kebutuhan mendesak di lapangan.
Pemerataan bantuan ini diklaim sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan negara dalam fase pemulihan pascabencana. Tim di lapangan telah melakukan pemetaan kebutuhan dan peninjauan sejumlah lokasi yang akan dijadikan area pemukiman sementara.
Fokus utama pembangunan huntara ini adalah aspek keselamatan dan kelayakan huni sebelum nantinya pemerintah melanjutkan ke tahap pembangunan hunian tetap (huntap) serta pemulihan sektor ekonomi warga.
"Kita bangun 15 ribu (huntara), segera," ujar COO Danantara, Dony Oskaria.
Integrasi berbagai unit BUMN juga dikerahkan untuk memulihkan infrastruktur dasar di sekitar lokasi pengungsian.
Saat ini, PLN fokus pada penyambungan kembali jaringan listrik dan pembersihan rumah ibadah, sementara Bank Syariah Indonesia (BSI) difungsikan sebagai posko penyalur bantuan.
Danantara memastikan koordinasi dengan pemerintah daerah akan terus diperketat agar spesifikasi hunian sesuai dengan kondisi riil masyarakat terdampak di Aceh Tamiang.
"Sejak awal terjadinya bencana, kami menegaskan, kehadiran BUMN bukan sekadar pelengkap, melainkan merupakan bentuk tanggung jawab sebagai perusahaan milik negara," jelas Dony Oskaria.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News


