Sejak dipercaya menjadi talent scouting PSSI, pada 26 Mei 2025, Simon Tahamata menjadi figur penting di balik layar yang bekerja senyap memantau bibit muda terbaik di seluruh Indonesia.
Mantan pemain Ajax Amsterdam dan eks bintang timnas Belanda ini kini menjadi bagian penting dalam peta pembinaan jangka panjang sepak bola Indonesia.
Dalam wawancara khusus bersama media PSSI, Simon berbicara terbuka tentang hasil program scouting, evaluasi sistem yang berjalan, hingga rencana membangun fondasi Timnas U17 untuk menatap Piala Dunia U17 berikutnya.
Simon mengakui langkah awal dalam memantau bibit pemain muda Indonesia sudah cukup baik. Hal ini ditambah dengan database pemain dari berbagai daerah yang bisa dipantau.
Tetapi, Simon mengaku ingin sesekali turun langsung ke lapangan. Sehingga bisa melihat secara langsung bibit-bibit terbaik di Indonesia.
“Saya bilang ke pak Erick, "jangan kasih saya laptop atau komputer, tapi kasih saya bola karena di bola saya punya kehidupan," ucapnya.
“Hingga usia saya 69 tahun sekarang. Jadi saya harus konsisten, observasi, dan buka komunikasi dengan orang-orang di lapangan,” ucap Simon.
Simon menjelaskan beberapa talenta yang ditemukannya mempunyai kemampuan teknis bagus, cepat, dan kreatif. Walau begitu, dirinya menyoroti kedisiplinan dan mental bertanding para pemain itu.
“Bakat itu penting, tapi tanpa karakter, pemain akan cepat hilang,” tegasnya.
Simon lalu menjelaskan talenta apa yang dicari oleh PSSI untuk timnas Indonesia di masa depan. Dirinya menegaskan pemain itu harus mempunyai mental yang kuat.
“Jika sedikit ada saja perasaan yang tidak total atau ragu-ragu, saya terus terang katakan, jangan!”
“Tapi jika datang dengan hati kuat mau jadi pemain sepakbola hebat, maka kita akan lihat kemampuannya. Yang pertama adalah hati yang kuat dan rasa percaya diri. Begitu pula di Ajax. Jika datang dengan wajah tanpa optimistis, maka lebih baik tak perlu datang,” ucapnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
