Halo, Sobat EBT Heroes! di ZE Talk spesial bersama Adjie Brotosukmono, seorang ahli di bidang proyek dan konsultan ekonomi di Australia. Beliau membahas tentang bagaimana insinyur Indonesia dapat menembus pasar kerja Australia, khususnya di sektor energi yang sedang berkembang pesat.
Pernahkah Sobat EBT Heroes berpikir untuk berkarir di luar negeri? Banyak yang beranggapan bahwa bekerja di Australia identik dengan Working Holiday Visa (WHV) atau biaya hidup yang sangat mahal. Namun, Adjie Brotosukmono meluruskan pandangan tersebut. Meskipun biaya hidup di sana memang tinggi, kualitas hidup yang ditawarkan—mulai dari udara bersih, makanan sehat, hingga tingkat stres yang rendah—sebanding dengan pengeluaran yang kita keluarkan. Yang terpenting, gaji minimum (UMR) di Australia dirancang untuk menopang satu keluarga, dan seorang insinyur biasanya mendapatkan upah minimal dua kali lipat UMR. Hal ini diperkuat dengan adanya visa seperti “Temporary Skill Shortage” yang memiliki ambang batas gaji minimum, memastikan para pekerja terampil mendapatkan penghasilan yang layak.
Sebelum membahas skill set yang dibutuhkan, penting bagi kita untuk memahami perbedaan mendasar antara pasar energi Indonesia dan Australia. Di Indonesia, ekosistem kelistrikan masih didominasi oleh monopoli PLN, yang berperan sebagai operator sistem, operator pasar, pengembang, dan penyedia layanan jaringan. Hal ini membuat ilmu yang dipelajari di bangku kuliah terkadang terasa “berlebihan” atau tidak sepenuhnya terpakai.
Sebaliknya, di Australia, peran-peran tersebut dijalankan oleh entitas berbeda. Operator sistem dan penyedia layanan jaringan, misalnya, bisa merupakan dua perusahaan yang terpisah. Sistem operasi mereka juga berbeda; jika Indonesia menggunakan economic dispatch berdasarkan merit order (pembangkit termurah dihidupkan lebih dulu), Australia menggunakan security-constrained economic dispatch. Sistem ini memprioritaskan keamanan jaringan, yang terkadang membuat pembangkit yang lebih mahal harus dioperasikan demi menjaga stabilitas, terutama dengan maraknya pembangkit berbasis energi terbarukan. Kompleksitas inilah yang membuat pengetahuan mendalam tentang sistem tenaga menjadi sangat berharga.
Adjie Brotosukmono menekankan bahwa insinyur Indonesia, bahkan yang baru lulus, memiliki kompetensi yang luar biasa. Namun, untuk menembus pasar Australia, dibutuhkan keahlian spesifik yang jarang diajarkan di Indonesia. Berikut adalah lima skill set yang paling dicari:
Baca Selengkapnya