Meski jarang dibahas dalam diskursus Walisongo, Sunan Jipang (Mbah Ngudung Loram) adalah figur historis dengan jejak empiris, yang berjasa besar dalam membangun ekosistem kesejahteraan di Bumi Jipang.
Mbah Ngudung Loram (Sunan Jipang) merupakan ayah kandung dari Sunan Kudus. Meski jarang dibahas dalam diskursus Walisongo, nama dan riwayat Sunan Jipang tercatat secara empiris pada sejumlah literatur sebagai pilar emas dakwah Islam abad 15 M.
Wajib diketahui, istilah Walisongo pertamakali muncul pada sastra Babad Tanah Jawa, yang baru ditulis pada abad 18 M oleh Pakubuwana Mataram. Pakem yang menyebut jumlah Wali ada sembilan orang, sumber paling tua adalah Babad Tanah Jawa Pakubuwana. Sebelum era Babad Tanah Jawa, tak ditemui istilah Walisongo. Sebab, yang ada adalah Walisana.
Dalam Kitab Walisana, literatur yang jauh lebih tua dibanding Babad Tanah Jawa, memberi informasi berbeda. Dalam literatur yang ditulis pada abad 16 M tersebut, tidak ada kata Walisongo, tapi Walisana. Wajib diketahui, kata “sana” merupakan bahasa Jawa kuno yang berarti wilayah. Walisana berarti Wali di suatu kewilayahan tertentu.
Maka wajar ketika Babad Tanah Jawa yang baru ditulis pada zaman Pakubuwana Mataram, sangat berbeda dengan Kitab Walisana yang sudah ditulis pada awal abad 16 M. Perbedaannya terlihat pada nama dan jumlah Wali yang dituliskan. Nama yang termaktub dalam Kitab Walisana, tidak ditulis dalam Babad Tanah Jawa.
Baca Selengkapnya