Dari letusan dahsyat hingga jadi destinasi wisata favorit, Gunung Kelud tunjukkan keindahan dan ketangguhan alam Jawa Timur. Siapa sangka, gunung yang dulu dikenal karena letusan dahsyatnya kini menjadi salah satu destinasi wisata paling memikat di Jawa Timur.
Gunung Kelud telah berubah, dari simbol bencana menjadi ikon ketangguhan dan keindahan alam di Jawa Timur.
Dulu jadi Gunung yang Pernah Menggetarkan Jawa Timur
Gunung Kelud berdiri gagah di perbatasan Kediri, Blitar, dan Malang, Jawa Timur. Di balik keindahan lerengnya, gunung ini menyimpan sejarah panjang letusan yang mengguncang bumi Jawa. Tercatat, sejak abad ke-15 Gunung Kelud telah meletus lebih dari 30 kali.
Letusan paling dahsyat terjadi pada tahun 1919, yang menelan ribuan korban jiwa akibat aliran lahar panas. Kemudian, pada 1990 dan 2014, letusan kembali mengguncang wilayah sekitar, menyelimuti kota-kota di Jawa Timur hingga Jawa Tengah dengan abu vulkanik.
Sebagai gunung api aktif dengan tinggi sekitar 1.731 meter di atas permukaan laut, Gunung Kelud dikenal memiliki karakter letusan eksplosif karena kawahnya sempit dan tekanan magma tinggi.
Tak heran, setiap kali meletus, dampaknya bisa dirasakan hingga ratusan kilometer jauhnya. Pada masa kolonial Belanda, Kelud bahkan menjadi perhatian ilmuwan Eropa karena aktivitas vulkaniknya yang ekstrem.
Pemerintah Hindia Belanda sempat membangun terowongan pengendali air kawah pada awal 1900-an di sisi barat gunung. Dikenal sebagai Terowongan Ampera untuk mencegah bencana lahar hujan yang kerap melanda desa-desa di lereng bawah.
Upaya itu menjadi salah satu proyek mitigasi bencana gunung api tertua di Indonesia.
Namun bagi masyarakat sekitar, Kelud bukan hanya sumber bahaya, melainkan juga sumber kehidupan. Tanah vulkanik yang subur menjadikan lerengnya cocok untuk bercocok tanam.
Warga menanam sayuran, kopi, dan buah-buahan seperti nanas dan pisang, yang hingga kini menjadi komoditas unggulan Kediri dan Blitar.
Legenda Masyarakat: Asal Mula Gunung Kelud
Selain kisah geologinya, Gunung Kelud juga lekat dengan legenda Dewi Kilisuci dan Lembu Suro yang mewarnai budaya masyarakat Jawa Timur. Dikisahkan, Lembu Suro, raja berwujud lembu yang jatuh cinta pada Dewi Kilisuci, putri cantik dari Kerajaan Kediri.
Namun cintanya ditolak, hingga Lembu Suro murka dan mengucapkan sumpah kutukan yang terkenal: “Kediri dadi kali, Blitar dadi latar, Tulungagung dadi kedung,” yang berarti Kediri akan menjadi sungai, Blitar menjadi halaman, dan Tulungagung menjadi danau.
Legenda ini dipercaya sebagai asal mula terbentuknya Gunung Kelud, sekaligus simbol amarah alam yang kini justru menghadirkan keindahan dan pelajaran tentang keseimbangan manusia dengan bumi.
Setelah Letusan 2014, Awal Kebangkitan Wisata Kelud
Letusan terakhir pada Februari 2014 menjadi titik balik besar. Kawah yang dulu memuntahkan lahar kini berubah menjadi danau kawah berwarna hijau toska yang memesona. Pemerintah daerah bersama masyarakat kemudian mengembangkan kawasan ini menjadi wisata alam edukatif dan petualangan.
Kini, pengunjung bisa menikmati perjalanan menuju puncak menggunakan mobil jeep offroad yang menantang. Ada juga jalur pendakian yang cocok bagi pendaki pemula, serta area gardu pandang untuk menikmati panorama alam yang luas. Saat pagi hari, pemandangan sunrise dari Puncak Kelud menjadi daya tarik utama bagi wisatawan dan fotografer.
Tidak hanya itu, berbagai fasilitas seperti area parkir luas, warung makan, homestay warga, hingga camping ground telah disediakan untuk kenyamanan pengunjung.
Kini jadi Salah Satu Surga Wisata Alam di Jawa Timur
Kini, Gunung Kelud menjelma menjadi salah satu ikon wisata alam Jawa Timur yang ramai dikunjungi wisatawan. Dengan tiket masuk sekitar Rp15.000–Rp20.000, pengunjung dapat menikmati jalur mudah dari Kediri atau Blitar menuju panorama kawah hijau, spot sunrise, hingga aktivitas seru seperti jeep adventure, camping, dan wisata edukasi vulkanologi.
Keindahan alam yang lahir dari bekas letusan menjadikan Gunung Kelud bukti nyata bahwa luka alam pun bisa bertransformasi menjadi pesona.
Kebangkitan wisata ini membawa berkah ekonomi bagi masyarakat sekitar. Warga membuka usaha kuliner, homestay, hingga penyewaan jeep, menciptakan ekosistem wisata yang hidup dan berkelanjutan.
Dari gunung yang dulu identik dengan bencana, Kelud kini menjadi simbol ketangguhan manusia dan alam mengajarkan bahwa dari kehancuran, selalu ada harapan dan keindahan yang tumbuh kembali.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News