Dwi Larso adalah Direktur Beasiswa Lembaga Pengelola Pendidikan (LPDP) yang berada di bawah naungan Kementerian Keuangan. Selain menjabat di posisi strategis itu, ia juga dikenal sebagai akademisi yang ahli di bidang manjemen dan pengembangan kewirausahaan.
Dwi Larso menamatkan pendidikan doktoralnya di bidang Inovasi dan Manajemen Teknologi dari Tokyo Institute of Technology, Jepang. Latar belakang keilmuan ini, yang sangat menekankan pada sinergi antara pendidikan, inovasi, dan strategi manajemen, menjadi landasan kuat bagi perannya di LPDP.
Sebelum menjabat di LPDP, ia dikenal sebagai akademisi dan dosen, serta pernah menjadi nomine Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk periode 2020-2025, menunjukkan rekam jejaknya yang teruji di lingkungan pendidikan tinggi. Pengalamannya mengajar, bahkan bagi mahasiswa dari daerah terpencil dengan kebutuhan pengajaran dasar, memperlihatkan komitmennya pada pemerataan kualitas pendidikan.
Dana Abadi Pendidikan Indonesia
Saat ditemui Good News From Indonesia, Dwi Larso menjelaskan apa itu dana abadi pendidikan (DAP) yang dikelola oleh LPDP. Dana abadi pendidikan sendiri adalah sebuah komitmen finansial jangka panjang dari Pemerintah Indonesia yang dirancang untuk menjamin keberlanjutan program pendidikan bagi generasi mendatang.
Dana ini bukan merupakan dana belanja, melainkan modal yang diinvestasikan. Hanya hasil dari pengelolaan investasi (return) dana abadi inilah yang digunakan untuk mendanai berbagai program strategis, terutama beasiswa dalam-luar negeri dan riset.
“Kenapa ini penting bentuknya dana abadi? Karena kalau kita menyekolahkan SDM kita itu selalu pembelajaannya adalah multi-years. Kalau kita menyekolahkan anak S1 itu 4 tahun. Jadi dana yang ada di LPDP kita investasikan dan kita hitung kalau kita menyekolahkan anak S1 kita jamin sampai lulus 4 tahun dananya tercukupi,” ucap Dwi Larso kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.
Dwi Larso tidak memungkiri bahwa pengadaan dana abadi terus meningkat tapi tetap melihat kebutuhan nasional.
“Kita harus melihat juga kebutuhan nasional yang ditentukan oleh pemerintah tentunya, apakah memang belanjanya cukup banyak sehingga dana abadinya tidak dulu. Kita kan sudah punya dana abadi 4 triliun yang terus kita bisa pakai untuk seterusnya. Kira-kira saya sampaikan 10-20 ribu dengan dana abadi itu bisa setiap tahun,” ungkapnya.
Tekad LPDP
Sebelumnya Dwi Larso menyinggung menyinggung kesenjangan talenta yang mengkhawatirkan. Menurut data, hanya sekitar 0,5% penduduk usia produktif di Indonesia yang berhasil menempuh pendidikan tinggi hingga jenjang S2 dan S3.
Angka tersebut jauh tertinggal dari negara tetangga seperti Malaysia dan Vietnam yang sudah mencapai 2,5%. Kondisi ini mendorong LPDP untuk menerapkan mentalitas "gaspol" tanpa rem dalam rekrutmen.
“Tekad LPDP adalah mendukung membantu bangsa ini untuk maju, tentunya lewat pendidikan,” ujar Dwi Larso.
Adapun dalam 4-5 tahun terakhir, komitmen pemerintah berhasil melipatgandakan Dana Abadi Pendidikan, dari sekitar Rp51 triliun menjadi Rp154 triliun. Peningkatan dana ini berbanding lurus dengan peningkatan jumlah alumni dalam kurun waktu 3–4 tahun terakhir, jumlah alumni bertambah 10.000, menyamai pencapaian dari 10 tahun sebelumnya.
“Kalau sampai 2020-2021 alumni kita masih sekitar 171 ribu. Saat ini alumni kita sudah sampai 28 ribu. Terjadi peningkatan 10 ribu hanya dalam waktu 3-4 tahun terakhir,” ungkapnya lagi.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News