Apakah Kawan GNFI tahu mengenai stunting? Pasti kata tersebut tidak asing lagi bagi Kawan GNFI. Mari kita bahas secara bersama-sama! Stunting merupakan adanya gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang diakibatkan karena adanya kekurangan gizi dalam jangka panjang. Seperti halnya tinggi badan anak pendek dari pada anak lainnya.
Hal ini dapat terjadi saat dalam kandungan, bahkan gejala tersebut terlihat ketika anak berusia di bawah 5 tahun. Penyebab utama terjadinya stunting karena adanya malnutrisi yang dialami ibu saat hamil, atau anak pada masa pertumbuhannya.
Malnutrisi suatu keadaaan dimana anak yang tidak memperoleh asupan nutrisi sesuai dengan kebutuhannya sehingga dapat mempengaruhi kondisi yang dapat menyebabkan anak kekurangan nutrisi sebagai berikut.
Yaitu Sang Ibu terserang infeksi selama masa hamil, anak tidak mendapatkan Asi yang dibutuhkan, kualitas gizi MPASI atau Makan pendamping Asi berkurang. Anak bisa menjadi alergi terhadap susu sapi karena disebabnya adanya anak yang menderita penyakit sehingga menghalangi penyerapan nutrisi dengan baik.
Anak terserang penyakit kronis seperti tuberkulosis atau cacingan serta anak juga bisa memiliki penyakit bawaan seperti terkena penyakit jantung bawaan dari orang tuanya. Kondisi tersebut perlu diperhatikan Kawan GNFI! Jika tidak, maka akan berdampak pada kondisi kesehatan secara umum serta menghambat proses tumbuh kembang pada anak-anak.
Kemudian ketika terjadi stunting maka dapat meningkatkan resiko bagi anak-anak Kawan GNFI yaitu : anak akan terlahir prematur, mengalami berat badan rendah saat lahir, mengalami terhambatnya pada pertumbuhan janin, akibat tidak mendapatkan vaksin secara lengkap, karena hidup di tengah kemiskinan serta tinggal di lingkungan dengan sanitasi buruk dan tidak mendapatkan akses untuk air bersih.
Jika Kawan GNFI melihat gejala-gejala pada anak seperti pertumbuhan anak melambat, berat badan tidak sesuai dengan usia, perkembangan motorik terlambat, lebih rentan terhadap penyakit infeksi, kemampuan kognitif yang kurang optimal maka anak telah terjadi stunting dan para orang tua harus segera memeriksakan ke dokter untuk ditangani.
Cara penanganannya dengan cara pemberian makanan tambahan (PMT) bergizi seimbang, memberikan suplemen zat gizi mikro pada anak, seperti zat besi, vitamin A, dan zinc. Kemudian memberikan obat cacing jika terdapat infeksi cacing, memberikan penanganan infeksi jika terjadi infeksi, melakukan pemeriksaan ke dokter untuk konseling mengenai gizi guna ibu dan keluarga.
Pasti di hati Kawan GNFI akan merasakan risau jika dikeluarganya ada yang mengalami stunting. Karena akan berdampak buruk, yaitu akan mengalami penurunan kemampuan belajar dan prestasi di sekolah, meningkatkan risiko penyakit kronis di masa dewasa. Seperti diabetes, penyakit jantung, dan obesitas, gangguan perkembangan sosial dan emosional.
Ya memang pasti akan sangat khawatir sekali. Tetapi Kawan GNFI tidak perlu risau dengan semua itu, Kawan GNFI dapat mencegah stunting sejak dini, yaitu pertama-tama pastikan saat para ibu-ibu sedang hamil mendapatkan asupan gizi yang cukup, kedua memberikan ASI selama 6 bulan pertama kehidupan bayi, memberikan makanan pendamping ASI (MPASI) yang bergizi dan seimbang setelah menginjak usia 6 bulan. Maka dari itu pencegahan stunting sangat penting dilakukan sejak dini untuk memastikan anak-anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Pada tahun 2022, menurut hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) yang terdapat dalam artikel Dukung Upaya Zero Stunting dan Pembangunan Daerah, Pemerintah mengupayakan pemenuhan gizi dengan protein hewani angka stunting di Indonesia masih tergolong tinggi dengan persentasi sebesar 21,6%, meskipun dari tahun sebelumnya sempat terjadi penurunan sebesar 2,8%.
Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, pada tahun 2024. Angka stunting nasional ditargetkan dapat turun hingga 14%. Sehingga hal ini menjadi perhatian bagi para pemangku kepentingan berusaha untuk mewujudkan target yang sudah dicanangkan.
Selanjutnya terdapat 12 provinsi prioritas percepatan terjadinya penurunan stunting yang telah ditetapkan oleh pemerintah yakni terdapat 7 provinsi dengan frekuensi stunting tertinggi meliputi Provinsi NTT, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, NTB, dan Provinsi Aceh dan 5 provinsi dengan jumlah balita stunting terbanyak di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Provinsi Banten.
Dalam artikel tersebut Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Peternakan dan Perikanan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Pujo Setio mengatakan bahwa dalam pemenuhan protein hewani perlu adanya dukungan oleh seluruh peternak, nelayan, dan pembudidaya ikan untuk meningkatkan produksi perikanan tangkap dan perikanan budi daya, peningkatan populasi dan produksi ternak, serta terus berinovasi untuk memberikan nilai tambah pada produk lokal.
Kemudian ada upaya lainnya dalam menurunkan stunting yaitu melalui sertifikasi produk yang menjadi aspek penting guna menjamin kehalalan dan kualitas produk, termasuk layanan proses pemenuhan standar pangan bagi masyarakat. Maka dari itu pihak kolaborasi stakeholder termasuk pelaku usaha, pembuat kebijakan, dan akademisi sebagai ajang untuk saling bertukar pengetahuan, menjajaki peluang baru, dan mengatasi permasalahan yang menjadi tantangan terutama bagi indusri peternakan sehingga berharap agar dapat terus diperkuat untuk mendukung upaya pengentasan stunting tersebut.
Oleh karena itu Kawan GNFI perlu bergandeng tangan bersama-sama melakukan gerakan nasional perubahan pola pikir (Gernas P3) bagi para ibu-ibu untuk mencegah terjadinya stunting sejak dini.
Dengan cara lebih memperhatikan asupan makanan anak, kurangi makanan yang berbahan MSG yang dapat mempengaruhi kesehatan pada anak, tingkatkan konsumsi sayur mayur serta buah-buahan dan yang terakhir, ini yang harus perlu diingat-ingat Kawan GNFI yaitu kurangi mengonsumsi junk food karena jika anak terlalu banyak mengkonsumsi junk food maka akan dapat menurunkan pertumbuhan pada anak.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News