Aisha (7) saat tubuh kecilnya kehilangan rasa aman. Ia pernah bercerita pada ibunya, tapi bukan perlindungan yang ia dapat, justru tanggapan tidak serius yang ibunya berikan. Dua tahun yang mencekam untuk Aisha, dunia yang seharusnya penuh tawa berubah jadi ruang ketakutan.
Kisah Aisha pasti bukan satu-satunya. Di Indonesia, lebih dari separuh kekerasan terhadap anak adalah kekerasan seksual. Kisah ini yang menjadi pembuka webinar yang diselenggarakan oleh Good News From Indonesia (GNFI) bersama narasumber Hana Maulida (sahabat pelindung anak dari kekerasan seksual).
Ketika Rasa Aman Anak Justru Direnggut oleh Ayah Kandung
Kisah Aisha mungkin terdengar jauh, tapi faktanya tidak. Data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) menunjukkan, pada tahun 2024 tercatat 19.628 kasus kekerasan terhadap anak di Indonesia, dan lebih dari 60% di antaranya adalah kekerasan seksual yaitu sekitar 11.771 kasus,
Namun di tengah gelapnya angka itu, dari sebuah kota di Banten, muncul secercah cahaya dan harapan bagi anak-anak di Indonesia,
Gerakan itu bernama Kakak Aman Indonesia—sebuah bentuk inisiatif sosial yang percaya bahwa anak-anak bisa belajar melindungi diri mereka sendiri, melalui metode yang sederhana dan menyenangkan.

Belajar Melindungi Diri Sendiri dari Lagu - Tangkapan Layar Youtube Kakak Aman Indonesia
Belajar Tentang Konsep Tubuh, Tapi Lewat Lagu dan Boneka
Hana Maulida membuat gerakan ini bersama rekan-rekan lintas profesi, Kakak Aman Indonesia berangkat dari keresahan sederhana: banyak anak yang tidak tahu bagaimana cara berkata “tidak” saat tubuh mereka dilanggar, dan banyak orangtua yang masih menganggap pendidikan seksual sebagai hal tabu.
“Kami ingin mengubah pendekatan. Bukan dengan ketakutan, tapi dengan rasa aman,” ujar Hana saat webinar yang diadakan 12 September 2025.
Mereka lalu mengembangkan metode interaktif yang disebut AKU BERHARGA (I’m Precious). Anak-anak diajak bernyanyi, mendengarkan dongeng, memainkan boneka tangan, hingga mewarnai lembar kerja bertema “tubuhku milikku”.
Lewat cara ini, mereka belajar mengenal bagian tubuh pribadi, memahami perasaan tidak nyaman, dan berani bercerita kepada orang dewasa terpercaya. “Anak-anak lebih cepat paham kalau belajar lewat cara yang menyenangkan. Mereka ingat lagu, mereka ingat pesan: Aku berharga, aku bisa lindungi diriku,” tambah Hana.

Gerakan Kakak Aman Indonesia - Website Kakak Aman Indonesia
Dari Gerakan Kecil, Jadi Inspirasi Nasional
Sejak dimulai tahun 2023, Gerakan Kakak Aman Indonesia ini sudah memberikan manfaat pada lebih dari 4000 anak yang teredukasi, 250 kegiatan edukasi telah digelar yang melibatkan guru, orang tua, dan komunitas lokal, dan lebih dari 17 daerah. Semua dilakukan dengan prinsip “mudah, murah, dan menyenangkan”, agar siapa pun bisa meniru modelnya.
Bukan hanya sekolah, tapi juga daycare, komunitas ibu, hingga lembaga sosial. Bahkan, orang tua yang mengetahui metode ini juga bisa mengajarkannya kepada anak kemudian menyebarkannya ke saudara, tetangga, maupun teman-teman. Jadi, semakin banyak orang yang mendapatkan ilmu baru mengenai metode pembelajaran pendidikan seksual ini.
Gerakan ini kemudian mendapat pengakuan nasional dan internasional.
Pada Desember 2023, Kakak Aman Indonesia terpilih sebagai salah satu dari 16 proyek sosial terbaik se-ASEAN dalam program YSEALI (Youth South East Asia Leadership Initiatives) Seeds for the Future, setelah bersaing dengan lebih dari 800 inisiatif muda di Asia Tenggara.
Tak berhenti di sana, pada Oktober 2024 mereka juga dinobatkan sebagai Program Pendidikan Terbaik Astra SATU Indonesia Awards, dan Juara 1 Program Terinovatif Kabupaten Serang.
Dari Banten ke Bangkok, dari ruang kelas kecil hingga panggung internasional—Kakak Aman Indonesia membuktikan bahwa ide sederhana bisa menembus batas jika dijalankan dengan komitmen sepenuh hati.
Menjadi Kakak Aman di Rumah Sendiri
Tapi bagi tim Kakak Aman, penghargaan bukanlah tujuan akhir. Fokus mereka tetap sama: memastikan setiap anak Indonesia bisa tumbuh tanpa rasa takut.
“Kami percaya, perlindungan anak dimulai dari hal paling dekat—keluarga,” kata Hana.
Itu sebabnya gerakan ini juga mengedukasi orangtua dan guru agar mampu mendengar, memahami, dan merespons ketika anak menunjukkan tanda-tanda ketidaknyamanan. Sebab sering kali, anak sudah mencoba bicara. Hanya saja, orang dewasa belum siap mendengarkan.
Lewat semangat “dari Serang untuk Indonesia”, Kakak Aman Indonesia terus bergerak. Mengajarkan anak-anak bahwa tubuh mereka berharga, dan setiap “tidak” yang diucapkan adalah bentuk keberanian.
Perubahan Dimulai dari Cara Kita Mendengarkan
Kakak Aman Indonesia telah membuktikan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari tindakan kecil: sebuah permainan edukatif, sepasang boneka tangan, dan keberanian seorang anak untuk berkata, “Aku berharga.”
Gerakan ini menjadi bukti bahwa perlindungan anak bukan hanya tugas lembaga, tapi juga tanggung jawab kita semua. Saat anak berani bicara dan orang dewasa memilih mendengarkan, di situlah lingkaran rasa aman mulai terbentuk.
Dan mungkin, perubahan berikutnya akan dimulai dari rumah kita sendiri—saat kita memilih untuk hadir, memahami, dan tidak mengabaikan suara kecil yang meminta perlindungan.
Karena rasa aman bukanlah kemewahan, melainkan hak yang seharusnya dimiliki setiap anak Indonesia. #kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News