Layangan atau layang-layang menjadi salah satu permainan tradisional yang umum dimainkan di berbagai daerah yang ada di Indonesia. Kawan tentu sudah tidak asing lagi dengan permainan tradisional yang satu ini bukan?
Ketika musim kemarau tiba, biasanya akan banyak layangan yang menghiasi langit di berbagai daerah pada sore harinya. Belum lagi ada berbagai festival khusus yang biasanya digelar untuk melombakan berbagai macam jenis layang-layang yang memiliki keunikannya masing-masing.
Cuaca musim kemarau yang berangin menjadi salah satu alasan mengapa layangan bisa dengan mudah ditemui pada momen tersebut. Tidak heran, banyak anak-anak hingga orang dewasa yang masih memainkan layang-layang untuk mengisi waktu luang mereka hingga saat sekarang.
Meskipun banyak dimainkan untuk mengisi waktu luang, tahukah Kawan ternyata layangan dulunya digunakan lebih dari sekadar hiburan saja? Bahkan permainan tradisional yang banyak dimainkan saat kemarau ini digunakan dengan untuk berbagai macam keperluan di berbagai daerah.
Lantas apa saja kegunaan layangan di tengah masyarakat pada masa lalu? Simak ulasan lengkap terkait pembahasan ini dalam artikel berikut.
Sudah Ada sejak Ribuan Tahun Silam
Keberadaan layang-layang sudah ada sejak ribuan tahun silam. Dikutip dari laman RRI, layangan sudah mulai dimainkan bahkan sejak ribuan tahun silam.
Perkembangan layangan diketahui bermula di tengah masyarakat Cina dulunya. Mozi diketahui sebagai sosok penemu dari permainan tradisional ini pada 470-391 SM lalu.
Pada awalnya, masyarakat Cina tidak menggunakan layang-layang sebagai sarana hiburan. Permainan tradisional ini justru digunakan sebagai salah satu alat militer pada waktu itu.
Layangan dulunya digunakan sebagai alat untuk mengintai musuh di Cina. Selain itu, layang-layang juga digunakan untuk berbagai keperluan militer lainnya, seperti mengirimkan pesan hingga mengukur dan memperkirakan jarak tembakan.
Kepercayaan Terkait Layangan di Indonesia
Di Indonesia, keberadaan layangan di beberapa daerah juga dianggap lebih dari sekadar permainan tradisional saja. Salah satunya bisa Kawan temukan pada kepercayaan terkait layangan yang berkembang di tengah masyarakat Bali.
Dinukil dari laman Desa Sedang Kabupaten Badung, ada kepercayaan yang berkembang di tengah masyarakat Bali terkait permainan tradisional layangan. Layang-layang dipercaya memiliki kaitan erat dengan cerita Rare Angon.
Rare Angon merupakan sosok dewa pelindung sawah dan hasil bumi. Pada saat musim layangan tiba, Dewa Rare Angon dipercaya turun ke bumi diiringi tiupan seruling untuk memanggil angin.
Cerita ini pula yang menginisiasi adanya Festival Layang-Layang Bali di daerah tersebut. Helatan festival ini menjadi salah satu bentuk penghormatan kepada sosok Dewa Rare Angon.
Dalam festival ini, akan ada berbagai layangan raksasa yang diterbangkan dengan berbagai macam bentuk unik. Layangan raksasa ini juga menjadi simbol permohonan masyarakat untuk mendapatkan hasil panen melimpah nantinya.
Layang-Layang Tidak Hanya Sekadar Hiburan
Selain digunakan untuk alat militer dan benda sakral yang berkaitan dengan kepercayaan tertentu, layangan juga digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk membantu kegiatan sehari-hari di masa lalu. Misalnya, layangan juga digunakan untuk membantu para nelayan dalam menangkap ikan.
Masih dari laman RRI, praktik ini bisa Kawan temukan di daerah Cirebon dan Indramayu. Dulunya para nelayan menggunakan layangan untuk meningkatkan hasil tangkapan mereka.
Layangan digunakan oleh para nelayan untuk menggantungkan umpan. Umpan-umpan ini nantinya akan digantungkan di tali layangan sebelum diterbangkan di atas air nantinya.
Dengan menggunakan layangan, para nelayan bisa menjangkau daerah tangkapan lebih jauh. Hal ini tentu akan berpengaruh pada hasil tangkapan para nelayan tersebut nantinya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News