Pernahkah Kawan GNFI membayangkan siapa yang akan menanam padi, merawat kebun, atau menjaga pasokan pangan kita di masa depan? Faktanya, sektor pertanian Indonesia kini menghadapi tantangan besar, yaitu krisis regenerasi petani.
Data Sensus Pertanian 2023 dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan petani Indonesia didominasi kelompok usia 43–58 tahun, sementara generasi muda semakin jarang tertarik untuk terjun ke dunia pertanian.
Banyak anak muda menganggap bertani itu ketinggalan zaman, penuh risiko, dan kurang menjanjikan. Padahal, tanpa regenerasi, masa depan pangan negeri bisa terancam.
Karena itu, sudah saatnya kita menumbuhkan semangat petani muda melaui generasi baru yang inovatif, tangguh, dan mampu membangun pertanian modern dengan agroindustri.
Menurut Anwarudin (2021), regenerasi petani bukan sekadar menggantikan pelaku lama dengan yang muda. Regenerasi sejatinya terjadi ketika generasi baru memiliki pola pikir wirausaha, mampu berinovasi, dan melihat potensi ekonomi dari sektor pertanian.
Petani muda masa kini tidak hanya bekerja di sawah, tetapi juga berpikir layaknya pelaku industri, seperti menanam, mengolah, memasarkan, dan membangun jaringan usaha. Dengan cara ini, mereka bukan hanya menjaga tradisi bertani, tetapi juga menciptakan arah baru bagi pembangunan pertanian Indonesia. Nah, di sinilah agroindustri memegang peran penting.
Menurut Udayana (2011), agroindustri merupakan aktivitas yang melibatkan proses pengolahan hasil pertanian menjadi produk dengan nilai tambah, baik untuk konsumsi langsung maupun sebagai bahan baku industri lainnya.
Proses dalam agroindustri meliputi produksi, pengolahan, penyimpanan, distribusi, hingga pemasaran produk. Jadi, hasil pertanian tidak hanya dijual dalam bentuk mentah, tetapi diolah menjadi produk yang lebih bernilai secara ekonomi. Misalnya, singkong diolah menjadi tepung tapioka; susu segar dijadikan yogurt atau keju; dan kelapa sawit diproses menjadi minyak goreng.
Melalui kreativitas dan semangat petani muda, produk lokal bisa memiliki nilai tambah tinggi. Tidak hanya meningkatkan pendapatan, kiat ini juga mampu membuka peluang kerja, mendorong pertumbuhan ekonomi di pedesaan, serta meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat lokal.
Generasi muda punya modal penting, yaitu teknologi dan kreativitas. Kini, banyak petani muda memanfaatkan media sosial dan marketplace untuk menjual hasil pertaniannya langsung ke konsumen.
Ada yang mengolah hasil panennya menjadi produk siap konsumsi, seperti teh herbal atau sambal kemasan. Ada pula yang rutin berbagi tips pertanian ramah lingkungan melalui media sosial, bahkan menjual hasil pertaniannya lewat platform e-commerce.
Lewat cara-cara ini, mereka membuktikan bahwa dunia pertanian bisa tampil modern, menarik, dan selaras dengan perkembangan teknologi. Bertani tak lagi dipandang sebagai pekerjaan kotor yang jauh dari perkembangan zaman, melainkan sebagai bidang yang penuh potensi, inovasi, dan peluang usaha yang menjanjikan.
Namun, tentu saja jalan petani muda tidak selalu mudah. Masih banyak tantangan seperti keterbatasan modal, kurangnya pelatihan teknologi, dan minimnya dukungan infrastruktur di pedesaan. Oleh karena itu, kolaborasi dari berbagai pihak menjadi hal yang penting.
Pemerintah diharapkan dapat memperluas akses terhadap pembiayaan serta menyediakan program pelatihan kewirausahaan bagi generasi muda di sektor pertanian. Di sisi lain, perguruan tinggi dan lembaga penelitian memiliki peran penting dalam memberikan pendampingan teknis serta menghadirkan inovasi yang aplikatif.
Adapun sektor swasta dapat turut berkontribusi melalui kemitraan strategis dengan petani muda, khususnya dalam penguatan rantai pasok agroindustri. Seperti yang ditegaskan Anwarudin (2021), regenerasi petani akan berhasil bila generasi muda diberikan ruang dan kesempatan untuk berinovasi di sektor pertanian.
Kawan GNFI, sudah saatnya kita memandang pertanian dengan perspektif yang lebih segar dan visioner. Menjadi petani bukan berarti melangkah mundur, justru merupakan langkah maju menuju pertanian yang cerdas, mandiri, dan berkelanjutan. Melalui pengembangan agroindustri, generasi muda dapat menciptakan nilai tambah secara ekonomi, memperkuat potensi desa, sekaligus menjaga ketahanan dan kedaulatan pangan nasional.
Pertanian Indonesia memerlukan energi baru dari anak-anak muda yang siap terjun langsung, berpikir inovatif, dan membawa perubahan yang nyata. Mereka inilah para petani muda, harapan baru bagi perkembangan pertanian masa depan di Indonesia.
Sudah waktunya kita mendukung semangat mereka untuk terus tumbuh, berkreasi, dan menjadikan pertanian sebagai sumber kebanggaan bangsa!
Referensi:
- Al-Hadi, M. R., Rozaki, Z., Wulandari, R., dan Amanah, C. W. 2024. Isu Sektor Pertanian dan Peluangnya Bagi Generasi Muda Masa Kini. In Seminar Nasional Agribisnis.Vol. 1(2): 96-102.
- Anwarudin, O. 2021. Regenerasi petani melalui transformasi agropreneur muda. Disertasi. Bogor: IPB University.
- Udayana, I. G. B. U. 2011. Peran agroindustri dalam pembangunan pertanian.Singhadwala. 44, 3-8.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News