anies baswedan jelaskan dampak positif polarisasi begini katanya - News | Good News From Indonesia 2025

Anies Baswedan Jelaskan Dampak Positif Polarisasi, Begini Katanya

Anies Baswedan Jelaskan Dampak Positif Polarisasi, Begini Katanya
images info

Anies Baswedan Jelaskan Dampak Positif Polarisasi, Begini Katanya


Anies Rasyid Baswedan adalah politisi dan akademisi yang telah mewarnai panggung politik Indonesia. Ia dikenal sebagai sosok intelektual dengan visi tajam di mana kerap terjun langsung ke dalam ranah kebijakan publik dan pemerintahan.

Puncak karier eksekutif Anies sejauh ini adalah ketika ia menjabat sebagai Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta periode 2017–2022. Kepemimpinannya memimpin Jakarta ditandai dengan sejumlah program dan kebijakan strategis.

Adapun Anies telah merasakan sengitnya pemilihan umum di mana polarisasi sering terlihat. Isu tersebut tidak dipungkiri menimbulkan perpecahan tajam di tengah masyarakat Indonesia. Saat berbincang dengan Good News From Indonesia, Anies pun memberi perspektifnya termasuk dampak positif adanya polarisasi.

Dampak Positif Polarisasi

Anies Baswedan menegaskan pentingnya membedakan antara polarisasi dan perpecahan karena keduanya berada di fase yang berbeda. Ia menggariskan empat tahap yang dapat dilalui sebuah perbedaan pendapat yaitu polarisasi, friksi, konflik, dan perpecahan.

Polarisasi tidak hanya di dalam politik yang artinya bisa di mana saja. Anies mengambil contoh saat seseorang atau lebih dari satu orang mendukung tim kesayangannya, polarisasi pun bisa tercipta.

Maka dari itu, ia merasa butuh adanya kesadaran, ambang batas atau batasan tertentu dalam memberikan dukungan. Ia mengingatkan saat “pertandingan” sudah selesai, maka selesai jugalah polarisasi itu.

“Setelah selesai, copotlah itu jersey. Itu namanya mengelola dengan baik,” ucap Anies kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.

Anies mengerti ada masanya perbedaan menjadi tajam saat berkompetisi. Akan tetapi, setelah kompetisi selesai, sudah semestinya identitas kelompok yang terpolarisasi harus dilepaskan, dan masyarakat kembali menjadi utuh.

Ia mencontohkan debat Brexit di Inggris di mana polarisasinya sangat keras dan ketat, tetapi tidak menyangkut isu identitas atau ras. Ketika argumen bertubi-tubi disuarakan, publik mendapatkan pencerahan, dan setelah keputusan diambil, polarisasi pun selesai.

“Polarisasi itu akan bisa merangsang sampai pada tahap tertentu enggak asal enggak kebablasan jadi friksi, Merangsang masing-masing pihak itu untuk menyampaikan argumen, menyampaikan gagasan, berdebat, yang itu kemudian memaksa kita yang menonton menyaksikan adanya gagasan-gagasan yang saling diasah,” ungkapnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dimas Wahyu Indrajaya lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dimas Wahyu Indrajaya.

DW
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.