Indonesia kini mengukuhkan diri sebagai pemimpin utama dalam pengembangan ekonomi digital di kawasan ASEAN.
Nilai ekonomi digital Indonesia pada tahun 2024 telah mencapai USD 90 miliar, menjadi yang tertinggi di antara negara-negara Asia Tenggara. Capaian ini mencerminkan kekuatan fundamental ekonomi digital nasional yang terus tumbuh pesat di tengah percepatan transformasi digital global.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, optimis bahwa angka tersebut akan melonjak signifikan dalam enam tahun ke depan.
"Indonesia memimpin ekonomi digital ASEAN di tahun 2024 mencapai USD 90 miliar. Kemudian juga akan mencapai USD 360 miliar di tahun 2030," kata Airlangga dikutip dari keterangan resmi.
Proyeksi ini menunjukkan potensi peningkatan hingga empat kali lipat, didorong oleh pesatnya perkembangan e-commerce, fintech, dan sektor jasa digital lainnya. Pertumbuhan ini juga menegaskan peran Indonesia sebagai motor utama yang mendorong dinamika pasar digital di kawasan berpenduduk 680 juta jiwa ini.
DEFA, Kunci Menggandakan Potensi Ekonomi Digital ASEAN
Keberhasilan Indonesia ini selaras dengan potensi besar ekonomi digital ASEAN secara keseluruhan. Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa kawasan ini adalah salah satu pasar digital paling dinamis di dunia, dengan nilai ekonomi digital mencapai USD 263 miliar pada tahun 2024.
Guna memaksimalkan potensi tersebut, implementasi ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA) menjadi langkah strategis untuk mempercepat integrasi ekonomi digital antarnegara anggota. Pertemuan perundingan DEFA Putaran ke-14 yang digelar di Jakarta menjadi momen penting untuk memfinalisasi kesepakatan tersebut.
Menurut Menko Airlangga, DEFA berpotensi menjadi game changer bagi kawasan. Tanpa adanya kesepakatan bersama, nilai ekonomi digital ASEAN mungkin hanya mencapai USD 1 triliun pada 2030. Namun, dengan implementasi optimal DEFA, potensi tersebut dapat meningkat hingga dua kali lipat.
"Kalau kita proyeksikan di 2030 itu besarnya USD 1 triliun. Tetapi dengan implementasi Digital Economic Framework Agreement itu besarnya bisa menjadi USD 2 triliun," pungkasnya.
E-commerce dan Tantangan Regulasi Lintas Batas
Pertumbuhan masif ekonomi digital Indonesia dan ASEAN sebagian besar disumbang oleh sektor niaga elektronik (e-commerce), yang secara kolektif telah berkontribusi sebesar USD 150 miliar terhadap total nilai ekonomi digital kawasan. Besarnya kontribusi ini menunjukkan betapa sentralnya peran perdagangan daring.
Namun, dalam perundingan DEFA, Menko Airlangga juga menyoroti adanya sejumlah tantangan regional yang perlu diselesaikan bersama. Tantangan utama mencakup perbedaan regulasi antarnegara dan keterbatasan pelaku UMKM untuk menembus pasar lintas batas.
Komite perundingan DEFA kini menyepakati lima pasal prioritas untuk diselesaikan, meliputi layanan keuangan digital, transmisi elektronik yang bebas bea masuk, perlakuan nondiskriminatif terhadap produk digital, pengelolaan kabel bawah laut, serta fleksibilitas sistem pembayaran elektronik.
Kesepakatan ini diharapkan dapat membuka jalan bagi Indonesia untuk tidak hanya memimpin dalam nilai, tetapi juga dalam menciptakan ekosistem digital yang terintegrasi dan inklusif di seluruh ASEAN.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News