Agroindustri merupakan subsektor ekonomi yang berfokus pada kegiatan pengolahan hasil pertanian agar memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Melalui proses pengolahan, produk pertanian yang semula bernilai rendah dapat diubah menjadi komoditas yang memiliki daya saing di pasar domestik maupun internasional.
Salah satu contoh nyata dari penerapan konsep ini dapat dilihat pada pengolahan susu segar menjadi produk olahan seperti es krim.
Berdasarkan hasil penelitian Elpawati et al. (2022), tentang agroindustri susu di Indonesia, pengolahan susu segar menjadi es krim mampu menghasilkan nilai tambah mencapai Rp53.900 per liter dengan rasio nilai tambah sekitar 74,86%.
Angka ini menunjukkan betapa besar potensi ekonomi yang dapat diperoleh melalui aktivitas pengolahan hasil pertanian.
Ketika susu segar diproses menjadi es krim, nilainya secara ekonomi dapat meningkat beberapa kali lipat. Hal ini terjadi karena adanya tahapan pengolahan yang melibatkan teknologi, inovasi rasa, pengemasan, dan pemasaran.
Proses tersebut mengubah susu dari sekadar bahan mentah menjadi produk siap konsumsi yang memiliki nilai estetika dan gizi yang lebih tinggi.
Kegiatan ini tidak hanya menguntungkan pelaku industri pengolahan, tetapi juga memberikan dampak positif bagi peternak dan petani lokal.
Dengan meningkatnya permintaan bahan baku berkualitas, peternak terdorong untuk menjaga kualitas susu yang dihasilkan dan memperoleh harga jual yang lebih baik.
Salah satu contoh penerapan konsep ini adalah program pemerintah seperti Milk House di Bogor, yang merupakan unit pengolahan susu berbasis koperasi. Program ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah susu lokal dari peternak agar tidak hanya dijual dalam bentuk mentah, tetapi juga diolah menjadi produk bernilai tinggi seperti yogurt, keju, dan es krim.
Melalui inisiatif semacam ini, agroindustri berperan dalam memperkuat efisiensi rantai pasok pertanian dengan melibatkan peternak secara langsung dalam proses pengolahan, bukan sekadar pemasok bahan mentah.
Dengan demikian, keuntungan dan nilai tambah yang dihasilkan dapat dinikmati secara lebih merata oleh para pelaku di sektor hulu.
Selain memberikan nilai ekonomi, tumbuhnya industri es krim berskala kecil dan menengah di pedesaan juga membuka peluang lapangan kerja baru, terutama bagi perempuan dan generasi muda.
Menurut Kementerian Perindustrian (2024), sektor UMKM memiliki peran besar dalam diversifikasi pangan berbasis agrikultur. Produk olahan seperti es krim mampu menghubungkan daerah penghasil bahan baku dengan pasar konsumen melalui sistem produksi dan distribusi yang efisien.
Pemerintah pun terus memperkuat industri pengolahan hasil pertanian melalui program hilirisasi, pemberian akses permodalan, pelatihan teknologi pangan, serta penerapan prinsip keberlanjutan untuk menciptakan sistem ekonomi pertanian yang tangguh.
Dalam beberapa tahun terakhir, inovasi produk es krim lokal di Indonesia berkembang pesat. Produsen kini mulai memanfaatkan bahan khas Nusantara seperti pisang ambon, sari kedelai, dan bekatul untuk menghasilkan es krim yang lebih sehat, bergizi, dan memiliki cita rasa lokal.
Inovasi ini tidak hanya memperkuat posisi es krim lokal di pasar dalam negeri, tetapi juga membuka peluang ekspor.
Jika didukung dengan promosi yang tepat, penerapan standar mutu tinggi, serta jaminan higienitas dan kualitas organoleptik, produk es krim lokal berpotensi menjadi duta kuliner Indonesia di pasar global.
Sebagai contoh, Aice Indonesia telah memproduksi berbagai varian rasa dan berencana mengekspor produk dari pabrik barunya sebagai langkah memperluas pasar internasional.
Dengan demikian, pengembangan agroindustri es krim tidak hanya memberikan nilai tambah ekonomi. Namun, juga menjadi strategi penting dalam memperkuat ketahanan pangan, memberdayakan masyarakat pedesaan, dan mengangkat potensi lokal Indonesia ke tingkat dunia.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News