yuyun ahdiyanti ibu lulusan sma dengan 3 anak berdayakan 200 penenun dan lahirkan kampung tenun ntobo - News | Good News From Indonesia 2025

Yuyun Ahdiyanti, Ibu Lulusan SMA dengan 3 Anak Berdayakan 200 Penenun dan Lahirkan Kampung Tenun Ntobo

Yuyun Ahdiyanti, Ibu Lulusan SMA dengan 3 Anak Berdayakan 200 Penenun dan Lahirkan Kampung Tenun Ntobo
images info

Yuyun Ahdiyanti, Ibu Lulusan SMA dengan 3 Anak Berdayakan 200 Penenun dan Lahirkan Kampung Tenun Ntobo


Kampung Ntobo di Bima, Nusa Tenggara Barat mungkin tidak akan dikenal luas tanpa andil seorang ibu lulusan SMA dengan tiga anak, yang juga warga asli kampung itu. Di perkampungan asri seluas 33,20 kilometer persegi tersebut, hampir seluruh penduduknya hidup dari menenun.

Data mencatat, 95 persen warga Kampung Ntobo adalah perajin tenun tradisional. Namun, meski tenun menjadi nadi kehidupan sehari-hari, Ntobo tak pernah benar-benar dipandang sebagai kampung tenun.

Keresahan itulah yang mengusik diri Yuyun. Ia melihat kerja keras dari para penenun yang tidak sebanding dengan pengakuan dan nilai yang diterima. Perlahan-lahan, mungkin saja jumlah yang melestarikan tenun semakin berkurang dan membuat identitas Kampung Ntobo memudar. Dari kegelisahan itu, Yuyun melahirkan tujuan sederhana yaitu menjadikan tenun Kampung Ntobo dikenal luas dan hasil tangan masyarakatnya mampu meningkatkan taraf hidup mereka.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif periode 2020-2024 mengunjungi UKM Dina. (Sumber: Instagram/sandiuno)
info gambar

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif periode 2020-2024 mengunjungi UKM Dina. (Sumber: Instagram/sandiuno)


Melalui program Srikandi Penenun Asa Kampung Ntobo, Yuyun menyalakan harapan. Ia ingin kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun mampu tetap bersinar, meski tantangan besar menghadang. Bagi para penenun, kesulitan bukan hanya soal waktu dan tenaga yang terkuras di balik alat tenun, tetapi juga pada keterbatasan mereka untuk mengakses modal dan memasarkan hasil karya.

Langkah Kecil yang Berbuah Harapan

Yuyun lantas mencoba langkah kecil yang tanpa diduga membuka pintu harapan untuk kampungnya. Yuyun mengunggah potret kain tenun milik keluarganya di media sosial pribadinya dan unggahan itu menjadi viral hingga kebanjiran pesanan.

Kesempatan tersebut tidak ingin dinikmati sendirian olehnya. Yuyun tak segan dan ringan tangan memberi modal kepada para penenun di sekitarnya. Tak hanya itu, Yuyun juga membantu memasarkan tenun hasil tangan mereka melalui Usaha Kecil Menengah (UKM) Dina yang dirintis olehnya.

Semenjak tahun 2015, Yuyun gencar menyuarakan tenun Bima dan UKM Dina. Tenun Bima sendiri memiliki empat motif dasar yang sarat makna. Motif yang pertama yaitu motif bunga samobo yang melambangkan pengharapan masyarakat. Lalu ada motif bunga satoko yang mencerminkan kepribadian seseorang, bagaikan setangkai bunga yang harum dan membawa kebaikan di sekitarnya.

Ketiga, motif bunga kakando yang menjadi pengingat bahwa kedudukan tertinggi dan teratas hanyalah milik Tuhan semesta alam. Terakhir, motif bunga aruna mengandung makna mendalam tentang 99 sifat Allah, Sang Pencipta, yang selalu dipuji dan disembah oleh umat-Nya.

Yuyun ingin tenun Bima tak sekadar dikenal hanya sebagai kerajinan indah, tetapi juga dipahami sebagai warisan budaya yang membawa pesan luhur. Setiap helai kain bukan hanya karya seni, melainkan cerminan nilai, doa, dan jati diri masyarakat Ntobo.

Kain tenun hasil UKM Dina. (Sumber: Facebook/Yuyun Kaen Tenun Bima)
info gambar

Kain tenun hasil UKM Dina. (Sumber: Facebook/Yuyun Kaen Tenun Bima)


Kegigihan Yuyun di Tengah Peran sebagai Seorang Ibu

UKM Dina perlahan telah mengubah Nasib Kampung Ntobo. Yuyun menyediakan akses modal mikro bagi para perajin. Tercatat sebanyak 200 orang perajin tenun dan 15 penjahit telah merasakan manfaatnya. Yuyun melakukan hal tersebut semata bukan hanya untuk memperluas usaha, namun demi menjaga kualitas dan keberlanjutan tenun Bima agar tetap hidup dari generasi ke generasi.

Langkah inovatif lainnya juga dilakukan Yuyun. Galeri berukuran 2x6 meter bernuansa modern didirikan Yuyun di samping rumahnya. Galeri kecil itu kini menjadi wajah baru UKM Dina, sekaligus simbol bahwa dari tempat sederhana pun bisa lahir karya besar.

Di tengah kesibukannya sebagai seorang ibu dengan tiga anak, Yuyun tetap teguh mengembangkan UKM yang ia dirikan. Galeri UKM Dina ia jadikan pusat pemberdayaan masyarakat, dimana anak-anak muda bisa belajar menenun lewat workshop, sekaligus ruang kolaborasi dengan akademisi untuk mengembangkan pewarna alami yang lebih cepat sekaligus ramah lingkungan.

Di galeri itu juga, Yuyun menjual kain tenun, produk kriya bernilai estetika, dan pakaian jadi yang terbuat dari tenun. UKM Dina memiliki motif tersendiri yang membedakannya dari kain tenun lainnya. Mereka memiliki aneka motif, seperti kali wori, mata hara, dan motif bunga yang diserap dari alam dan kearifan lokal. Yuyun juga menambahkan warna kontras dan cerah, seperti merah, kuning, biru, serta hijau yang diambil dari pewarna alami.

Prestasi Yuyun dan Ntobo Dikenal Luas

Segala usaha Yuyun mendapat apresiasi dan penghargaan dari berbagai pihak. Mulai dari Kelompok Pengrajin Teladan 2019, OVOP Bintang 2, dan UMKM Inspirator pada 2022. Yuyun juga giat andil dalam mengikuti workshop, festival, dan seminar untuk melahirkan variasi produk baru. Pada tahun 2024, perjuangannya kembali membuahkan hasil saat ia menjadi pemenang bidang kewirausahaan di ajang Semangat Astra Terpadu untuk (SATU) Indonesia Awards ke-15.

Yuyun Ahdiyanti (kedua dari kanan) bersama dengan empat penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2024. (Sumber: YouTube/SATU Indonesia)
info gambar

Yuyun Ahdiyanti (kedua dari kanan) bersama dengan empat penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2024. (Sumber: YouTube/SATU Indonesia)


Berkat tekad yang tak pernah redup, Yuyun berhasil membawa Kampung Ntobo sebagai kampung tenun ke panggung yang lebih luas. Kampung Ntobo pun diminati wisatawan mancanegara hingga penjualan kain tenun Bima tembus pasar luar negeri.

Tak hanya itu, di dunia maya, UKM Dina semakin dikenal bahkan memiliki 11 ribu pengikut di akun Facebook-nya. Semua pencapaian itu berawal dari satu tujuan sederhana yaitu menjaga agar tenun Bima tetap hidup sekaligus menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat Ntobo.

Kisah Yuyun membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah halangan untuk menciptakan perubahan. Dari seorang ibu lulusan SMA dengan tiga anak, lahirlah sosok yang menggerakkan kampungnya menuju kemandirian dan mendapat pengakuan. Semoga kisah Yuyun bisa menjadi inspirasi bagi Kawan semua untuk terus menghargai, melestarikan, dan mengembangkan kearifan lokal daerah.

#kabarbaiksatuindonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

YA
KG
FA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.