Mengenal Konsep Pembangunan Berkelanjutan dan Realisasi di Lapangan
Konsep pembangunan berkelanjutan didasari oleh tiga pilar, yaitu lingkungan, sosial, dan ekonomi. Konsep ini hadir sebagai upaya untuk merekonstruksi pelaksanaan pembangunan yang selama ini tidak merepresentasikan keseimbangan. Keseimbangan yang dimaksud adalah selain pertumbuhan ekonomi, pembangunan juga jangan sampai meninggalkan aspek pelestarian lingkungan dan kesejahteraan sosial. Pembangunan berkelanjutan melalui ketiga pilar ini yang akan menopang koeksistensi perekonomian, lingkungan hidup, dan komunitas masyarakat agar tercipta kehidupan yang tetap stabil di masa mendatang.
Lahirnya gagasan tentang pembangunan berkelanjutan bisa ditelusuri pada tahun 2015 melalui pertemuan 193 negara anggota PBB untuk menyepakati 17 poin Sustainable Development Goals (SDGs). Melalui kesepakatan ini pemerintahan di seluruh dunia termasuk Pemerintah Indonesia, mulai memasukkan target-target SDGs ke dalam rencana pembangunan nasional. Inisiasi awal sudah dilakukan dengan menerbitkan sejumlah peraturan dan dokumen, seperti Perpres No. 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
Meskipun secara formal sudah ada aturan untuk menjawab komitmen pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, upaya eksekusi di lapangan masih belum optimal terutama oleh perusahaan. Langkah pembangunan berbagai perusahaan di Indonesia masih bertolak belakang dengan prinsip keberlanjutan. Salah satu tempat yang sesuai dijadikan contoh dari poin ini adalah di Batam. Batam sebagai kota industri mencatat pertumbuhan ekonomi yang signifikan setiap tahunnya. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Kepulauan Riau pertumbuhan ekonomi pada tahun 2025 meningkat 5,8% dibandingkan tahun sebelumnya. Di sisi lain, kualitas lingkungan di Batam menurut data indeks kualitas lingkungan hidup yang dihimpun satudata.batam.go.id mengalami penurunan, terutama kerusakan area pesisir akibat pembangunan. Pada tahun 2023 juga sempat terjadi konflik agraria antara BP Batam dengan masyarakat Pulau Rempang terkait rencana pembangunan Rempang Eco City yang berujung represi aparat kepada masyarakat. Saat ini di berbagai tempat termasuk di Batam aspek ekonomi masih mendominasi prioritas pembangunan, menempatkan aspek lingkungan dan sosial di tepian kepentingan.
Kisah Inspirasi KBA Tanjung Piayu dalam Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan Berkelanjutan
Di tengah hiruk pikuk pembangunan industri di Batam dan belum meratanya perhatian pemerintah pada aspek sosial lingkungan, kekuatan perubahan arah pembangunan justru bisa datang dari masyarakat Batam sendiri. Sebuah kelompok masyarakat yang tergabung dalam Kampung Berseri Astra (KBA) Tanjung Piayu, Kelurahan Tanjung Piayu, Kecamatan Sungai Beduk, Kota Batam hadir untuk memberdayakan komunitas melalui pengembangan di tiga aspek pembangunan berkelanjutan. KBA Tanjung Piayu yang dinahkodai oleh Sri Budi Rayahu melakukan berbagai program pemberdayaan yang berfokus pada peningkatan kesejahteraan ekonomi warga, upaya pelestarian lingkungan, dan penguatan kapasitas warga. Sri menjelaskan ada 4 pilar utama dari awal berdirinya KBA, yaitu pendidikan, wirausaha, lingkungan, dan kesehatan. Cikal bakal kelompok ini dimulai dari tahun 2017 yang sebelumnya sudah menggalakkan berbagai kegiatan di tingkat warga, seperti posyandu, kelompok wanita tani, kelompok UMKM, dan bimbingan belajar. Astra kemudian menggandeng kelompok yang diinisasi Sri dan memfasilitasi upaya pengembangannya melalui pendanaan, pelatihan, dan pemasaran produk.
KBA Tanjung Piayu sejak awal sudah menerapkan prinsip keberlanjutan yang masing-masing pilar keberlanjutan diwujudkan dalam program nyata di masyarakat. Aspek lingkungan di KBA direalisasikan lewat bank sampah, daur ulang sampah melalui kerajinan, kelompok wanita tani, dan penggunaan pewarna alami untuk produksi batik. Sampah-sampah botol hasil konsumsi warga dikumpulkan, kemudian sebagian ada yang dijual ke pengepul dan ada yang dijadikan kerajinan tangan. Hasil pengolahan sampah botol ini bisa menambah pundi perekonomian warga.
Kelompok wanita tani di KBA Tanjung Piayu juga aktif untuk menanam berbagai komoditas tanaman yang punya nilai ekonomi sekaligus kontribusi positif ke lingkungan. Hal yang menarik KBA Tanjung Piayu mengedukasi warga yang memproduksi batik menggunakan pewarna alami agar tidak mencemari lingkungan. Lebih hebatnya lagi KBA bekerja sama dengan Politeknik Negeri Batam membuat alat pencelup warna otomatis bertenaga surya. “Itu karena saat proses produksi batik pencelupan secara manual tidak menghasilkan warna yang merata, kemudian tercetus ide itu dan menggandeng dosen serta mahasiswa dari Politeknik Negeri Batam untuk membuatnya” kata Sri. Inovasi ini diikutsertakan dalam lomba teknologi tepat guna tingkat Provinsi Kepri dan berhasil mendapat juara 2.
Aspek ekonomi yang digalakkan oleh KBA sudah sangat beragam. Seperti yang dijelaskan sebelumnya masyarakat dibekali pelatihan produksi batik ramah lingkungan. Produk batik masyarakat Tanjung Piayu sudah berhasil terjual di berbagai daerah di Indonesia. Masyarakat Tanjung Piayu yang notabene hidup di pesisir juga didukung oleh KBA untuk mengolah hasil laut menjadi produk UMKM. Produk hasil laut cukup beragam, seperti sambil cumi, ketam asam manis, dan berbagai olahan kerang. Berkat perhatian KBA kepada aktivitas perkonomian banyak masyarakat terbantu dalam hal keuangan.
Keterlibatan aktif masyarakat dalam aktivitas perekonomian sekaligus pelestarian lingkungan sudah mencakup juga aspek ketiga dalam prinsip keberlanjutan yaitu sosial. Masyarakat secara rutin dibekali dengan pelatihan untuk peningkatan kapasitas, misalnya pelatihan pembuatan kerajinan dan kuliner untuk produk UMKM. Tidak hanya berupa pelatihan KBA juga rutin memberikan bantuan sosial seperti beasiswa pendidikan dari SD sampai SMA, bantuan sembako, dan bantuan untuk posyandu. Hal ini menunjukkan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan KBA Tanjung Piayu menyentuh berbagai elemen masyarakat. Sri menyampaikan, “Pesannya adalah agar program ini bermanfaat untuk masyarakat terutama adanya peningkatan pendapatan keluarga dan kesejahteraan masyarakat.
Stimulasi horizontal yang dimulai oleh KBA mendorong warga untuk aktif saling memberdayakan satu sama lain dan tercipta rantai pembangunan berbasis masyarakat. Kekuatan inspirasi KBA Tanjung piayu pada akhirnya bisa dijadikan pelajaran bagi kita semua bahwa pembangunan berkelanjutan haruslah berlandaskan kepedulian. Nilai ini jika diterapkan oleh pemerintah dan korporasi dalam melaksanakan pembangunan maka yang terjadi kemudian pertumbuhan ekonomi tidak lagi berimplikasi pada penurunan kualitas hidup lingkungan dan masyarakat. Esensi dari pembangunan yaitu kesejahteraan yang bentuknya bukan untuk dimonopoli tapi dibagikan secara adil dan merata.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News