temonat anemon karpet laut yang digemari orang sumbawa - News | Good News From Indonesia 2025

Temonat, Anemon Karpet Laut yang Digemari Orang Sumbawa

Temonat, Anemon Karpet Laut yang Digemari Orang Sumbawa
images info

Temonat, Anemon Karpet Laut yang Digemari Orang Sumbawa


Di antara karang dan dasar perairan dangkal di Nusa Tenggara Barat, khususnya di sekitar Sumbawa, terdapat sebuah makhluk laut unik dan misterius, yakni Temonat. 

Bagi masyarakat lokal, hewan ini bukanlah sekadar penghias terumbu karang, tetapi telah lama menjadi salah satu hidangan laut yang digemari. 

Secara biologis, temonat dikenal luas sebagai anemon karpet, sebuah organisme yang sering disalahpahami sebagai tumbuhan laut, namun menyimpan keunikan dan cita rasa yang khas.

Temonat adalah anemon laut

Pertama-tama, penting untuk diluruskan bahwa temonat atau anemon karpet bukanlah tumbuhan. Ia adalah hewan invertebrata yang termasuk dalam Filum Cnidaria, kelompok yang juga mencakup ubur-ubur dan karang. 

Nama "anemon karpet" sendiri bukan merujuk pada satu spesies tunggal, melainkan sebuah kelompok dalam Genus Stichodactyla. Dua spesies yang paling umum adalah Stichodactylagigantea dan Stichodactyla haddoni. Klasifikasi ilmiahnya adalah sebagai berikut:

  • Kingdom: Animalia
  • Filum: Cnidaria
  • Kelas: Anthozoa
  • Ordo: Actiniaria
  • Famili: Stichodactylidae
  • Genus: Stichodactyla
  • Spesies: Stichodactyla gigantea (Giant Carpet Anemone), Stichodactyla haddoni (Haddon's Carpet Anemone), dll.

Sebagai hewan, temonat adalah organisme polip yang hidup menetap (sesil) di dasar perairan. Tubuhnya terdiri dari sebuah basal disc yang berfungsi sebagai "akar" untuk melekat pada substrat.

Tubuhnya berbentuk mirip batang silindris, dilengkapi sebuah cakram oral di bagian atas yang dikelilingi oleh ratusan tentakel pendek dan padat. Tentakel inilah yang memberikannya penampakan seperti karpet berbulu yang cantik.

Mirip karpet di dasar laut

Ciri khas temonat yang paling mencolok adalah penampilannya yang mirip karpet berwarna-warni. Warnanya sangat bervariasi, mulai dari hijau neon, biru terang, ungu, krem, hingga coklat. 

Tentakelnya pendek, rapat, dan sering kali memiliki ujung yang menggembung (bulbous tips), meskipun tidak semua spesies memilikinya. Diameternya dapat tumbuh sangat besar, mencapai lebih dari satu meter, sehingga benar-benar menyerupai sebuah "karpet" di dasar laut.

Dari segi perilaku, temonat memiliki hubungan simbiosis mutualisme yang terkenal dengan ikan badut (Amphiprion spp.). Ikan badut akan berlindung di antara tentakel temonat dari pemangsa.

Di sisi lain, ikan badut juga membersihkan anemon dari sisa-sisa makanan dan mungkin memberikan nutrisi. Namun, hubungan ini tidak selalu eksklusif, dan temonat dapat hidup tanpa ikan badut.

Sebagai anggota Cnidaria, temonat dilengkapi dengan senjata rahasia yang mematikan bagi mangsa kecilnya: sel penyengat yang disebut nematosista pada tentakelnya. Nematosista ini dapat menyuntikkan racun untuk melumpuhkan mangsa seperti ikan kecil, udang, atau plankton. 

Bagi manusia, sengatan temonat umumnya tidak berbahaya, tetapi dapat menimbulkan rasa perih, gatal, atau iritasi kulit, terutama bagi mereka yang memiliki kulit sensitif. 

Sebuah penelitian dalam jurnal Toxicon menyebut bahwa racun dari Stichodactyla haddoni memiliki aktivitas hemolitik dan dapat berdampak pada sistem saraf mangsa kecilnya.

baca juga

Temonat di Atas Piring

Pertanyaan yang sering muncul adalah, bagaimana mungkin sebuah hewan beracun bisa dikonsumsi? Jawabannya terletak pada cara pengolahannya yang tepat oleh masyarakat Sumbawa yang telah dilakukan secara turun-temurun.

Temonat dapat dikonsumsi dan dianggap sebagai hidangan lezat (delicacy) di Sumbawa. Bagian yang dikonsumsi adalah "daging" atau tubuh polipnya setelah melalui proses pembersihan yang sangat hati-hati.

Proses pengolahan temonat untuk dikonsumsi melibatkan beberapa tahap kritis untuk menetralisir racun dan menghilangkan kotoran:

  1. Pemilihan dan Penangkapan: Masyarakat biasanya mengambil temonat dari perairan dangkal yang masih bersih. Tidak semua jenis temonat mungkin dikonsumsi, dan pengetahuan lokal berperan penting dalam membedakan yang bisa dimakan dan yang tidak.
  2. Pembersihan Awal: Temonat yang telah dipotong dari batu tempatnya menempel, kemudian dibersihkan dari kotoran dan pasir yang menempel.
  3. Perendaman dan Pencucian: Tahap ini adalah yang paling penting. Temonat direndam dan dicuci berulang kali dengan air bersih, seringkali dengan air yang mengalir. Beberapa praktik tradisional mungkin menambahkan jeruk nipis atau garam ke dalam air rendaman untuk membantu menetralisir senyawa yang tidak diinginkan dan mengurangi lendir.
  4. Perebusan: Setelah bersih, temonat direbus dalam air mendidih selama waktu tertentu. Proses pemanasan ini sangat efektif dalam mendegradasi protein racun yang terkandung dalam nematosista, sehingga membuatnya aman untuk dikonsumsi.
  5. Pengolahan Lanjut: Setelah direbus dan dianggap aman, temonat siap diolah menjadi berbagai hidangan. Teksturnya setelah dimasak digambarkan kenyal, renyah, dan mirip dengan ubur-ubur atau kulit babi. Temonat sering dijadikan pepes, digoreng, atau dimasak dalam kuah santan dengan bumbu kuning yang kuat, rempah-rempah, dan sayuran.

Dengan pengolahan yang benar, potensi bahaya dari racunnya dapat dihilangkan. Namun, penting untuk ditekankan bahwa pengetahuan tradisional ini sangat berharga. Bagi orang yang tidak berpengalaman, mengonsumsi anemon laut tanpa pengolahan yang tepat dapat berisiko.

Keberadaan temonat sebagai bahan konsumsi tidak hanya mencerminkan kearifan lokal Sumbawa dalam memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan, tetapi juga memperkaya khazanah kuliner Indonesia yang unik dan berani.

Temonat di masyarakat Sumbawa adalah bukti harmonisasi antara manusia dan laut, di mana sebuah hewan yang tampak "berbahaya" justru dapat berubah menjadi sajian yang menggugah selera.

baca juga

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firdarainy Nuril Izzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firdarainy Nuril Izzah.

FN
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.