Gerhana Matahari terjadi ketika Bulan melintas di antara Bumi dan Matahari, sehingga cahaya Matahari yang seharusnya sampai ke Bumi terhalang sebagian atau seluruhnya. Fenomena astronomi ini selalu menjadi momen langka yang dinantikan banyak orang, karena hanya bisa disaksikan di wilayah tertentu pada waktu tertentu.
Pada September 2025 mendatang, masyarakat Indonesia berkesempatan untuk menyaksikan gerhana matahari parsial, sebuah peristiwa ketika hanya sebagian cahaya Matahari yang tertutup oleh Bulan. Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan gerhana matahari parsial? Bagaimana prosesnya, kapan bisa disaksikan di Indonesia, dan apa cara paling aman untuk menikmatinya? Artikel ini akan membahasnya dengan sederhana dan jelas.
Apa Itu Gerhana Matahari Parsial?
Secara sederhana, gerhana matahari parsial adalah kondisi ketika Bulan hanya menutupi sebagian permukaan Matahari. Jadi, berbeda dengan gerhana matahari total yang membuat langit benar-benar gelap karena Matahari tertutup seluruhnya, pada gerhana parsial, cahaya Matahari masih tampak terang, hanya saja sebagian “tergigit” atau berbentuk sabit.
Fenomena ini terjadi karena posisi Bumi, Bulan, dan Matahari tidak berada dalam garis lurus sempurna. Akibatnya, hanya sebagian kecil bayangan Bulan yang jatuh ke permukaan Bumi, sehingga terlihat seperti potongan Matahari hilang sebagian. Fenomena ini menjadi menarik karena masih memberikan pengalaman visual unik tanpa membuat siang hari menjadi gelap gulita.
Proses Terjadinya Gerhana Matahari Parsial
Proses terjadinya gerhana matahari parsial dapat dijelaskan melalui tiga bayangan yang dihasilkan Bulan:
Umbra – Bayangan inti Bulan yang gelap, menyebabkan gerhana matahari total jika jatuh ke Bumi.
Penumbra – Bayangan samar yang menyebabkan gerhana parsial, karena hanya sebagian cahaya Matahari yang terhalang.
Antumbra – Bayangan perpanjangan yang menyebabkan gerhana cincin (annular eclipse).
Dalam kasus gerhana parsial, wilayah Indonesia umumnya hanya terkena penumbra, sehingga pemandangan Matahari terlihat “terpotong” sebagian. Saat gerhana parsial terjadi, cakupan penutupan Matahari bisa bervariasi—mulai dari kecil hingga cukup besar, tergantung lokasi pengamat di permukaan Bumi.
Jika divisualisasikan dalam gambar, prosesnya akan tampak seperti ini:
Tahap awal: Bulan mulai menutupi tepi Matahari.
Puncak gerhana: Bagian Matahari tertutup paling besar, terlihat seperti sabit terang.
Akhir gerhana: Bulan perlahan bergerak menjauh, hingga Matahari kembali bulat sempurna.
Jadwal Gerhana Matahari Parsial di Indonesia
Masyarakat Indonesia berkesempatan menyaksikan gerhana matahari parsial pada 21 September 2025. Fenomena ini dapat dilihat dari berbagai wilayah, meskipun intensitas penutupan Matahari akan berbeda-beda di tiap daerah.
Berikut gambaran jadwal dan wilayah yang berpotensi menyaksikan:
Wilayah barat Indonesia: Seperti Sumatra dan sebagian Jawa, akan menyaksikan gerhana di pagi hari dengan penutupan Matahari sekitar 20–40%.
Wilayah tengah Indonesia: Kalimantan, Bali, dan Nusa Tenggara, kemungkinan dapat melihat cakupan lebih besar, yakni 30–50%.
Wilayah timur Indonesia: Seperti Sulawesi, Maluku, hingga Papua, berpeluang menyaksikan fase parsial dengan durasi lebih panjang, bahkan mencapai 60% penutupan.
Durasi gerhana parsial biasanya berlangsung antara 1 hingga 3 jam, tergantung lokasi pengamatan. Informasi detail waktu lokal biasanya akan dipublikasikan oleh BMKG menjelang hari H untuk memudahkan masyarakat menyiapkan diri.
Cara Menyaksikan Gerhana Matahari Parsial
Fenomena gerhana matahari memang indah, tetapi juga berbahaya jika disaksikan dengan cara yang salah. Cahaya Matahari yang tetap kuat bisa merusak retina mata jika dilihat secara langsung tanpa perlindungan. Oleh karena itu, ada beberapa cara aman untuk menikmatinya:
Menggunakan kacamata khusus gerhana
Kacamata ini dilengkapi filter yang bisa menahan radiasi ultraviolet, cahaya inframerah, dan cahaya tampak berlebih. Kacamata hitam biasa tidak cukup aman untuk digunakan.Menggunakan proyeksi sederhana
Buat lubang kecil pada kertas atau gunakan alat sederhana seperti proyektor pinhole. Cahaya Matahari yang melewati lubang kecil akan membentuk bayangan berbentuk sabit di permukaan lain, sehingga aman untuk dilihat.Menggunakan teleskop dengan filter surya
Untuk pengalaman lebih jelas, teleskop bisa digunakan, tetapi harus dilengkapi filter khusus yang dipasang di depan lensa, bukan di belakangnya.
BMKG juga mengingatkan masyarakat agar tidak melihat gerhana dengan mata telanjang atau menggunakan alat optik tanpa filter, karena berisiko menyebabkan kerusakan permanen pada mata.
Gerhana Matahari terjadi ketika Bulan berada di antara Bumi dan Matahari, sehingga cahaya Matahari tertutup sebagian atau seluruhnya. Untuk fenomena gerhana matahari parsial, yang akan terjadi pada 21 September 2025, masyarakat Indonesia berkesempatan menyaksikan langsung bagaimana Matahari tampak seperti sabit karena sebagian terhalang Bulan.
Dengan memahami proses, jadwal, dan cara menyaksikan yang aman, masyarakat bisa menikmati momen langka ini tanpa risiko bagi kesehatan mata. Jadi, catat tanggalnya dan persiapkan kacamata gerhana agar pengalaman menyaksikan fenomena astronomi ini semakin berkesan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News