Di kaki perbukitan karst Citatah, Cidadap, Kabupaten Bandung Barat, tampak deretan tebing batu kapur yang megah dan bernilai sejarah.
Kawasan yang terbentuk dari batuan gamping Formasi Rajamandala ini tak hanya menyimpan jejak geologi laut purba jutaan tahun, tetapi juga menjadi sumber kehidupan masyarakat dari air tanah dan ekosistem gua yang ada. Sayangnya, keindahan karst Citatah telah lama menghadapi ancaman dari aktivitas penambangan yang menjadi bentuk eksploitasi alam.
Aktivitas penambangan sejak tahun 1970 itu menyebabkan berbagai permasalahan, seperti polusi udara dan suara. Kemudian, masyarakat juga mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih demi kebutuhan hidupnya akibat munculnya pabrik kapur dan marmer yang beroperasi di sekitar wilayah masyarakat.
Di tengah ancaman tersebut, pada tahun 2009 dibentuklah Forum Pemuda Peduli Karst Citatah (FP2KC) yang diinisiasi oleh para pemuda. Saat ini, salah satu upaya yang berkembang adalah kawasan desa wisata Hawu Pabeasan, destinasi geowisata dengan tebing karst, gua unik, serta potensi agroeduwisata di sekitarnya.
Selain menghadirkan keindahan alam, kawasan ini juga membuka lapangan kerja, memperbaiki infrastruktur desa, dan menguatkan keterlibatan masyarakat.
Dukungan Kampung Berseri Astra (KBA) juga semakin memperkokoh langkah tersebut, menjadikan Cidadap sebagai ecovillage berkelanjutan yang merawat warisan karst sekaligus memberdayakan warganya.
Menghidupkan Karst Citatah lewat Desa Wisata Hawu Pabeasan
Di berbagai wilayah di Indonesia, upaya menjaga warisan alam datang dari keresahan masyarakat setempat, termasuk karst Citatah. Forum Pemuda Peduli Karst Citatah (FP2KC) yang diketuai oleh Deden Syarifudin, menjadi forum yang diinisiasi pemuda untuk mengupayakan karst Citatah menjadi warisan alam yang kembali produktif dan bermanfaat bagi masyarakat.
Adapun keindahan alam di kawasan karst Citatah ini dikenal sebagai sebuah desa wisata yang bernama Hawu Pabeasan. Penamaan desa wisata ini diambil dari bentuk tebing karst yang unik, yaitu bagian bawah yang menyerupai tungku (hawu) dengan pepohonan hijau di sekitarnya, sementara bagian atas tampak seperti tumpukan padi atau beras (pabeasan).
Bentang alam yang khas ini menjadikan Hawu Pabeasan bukan sekadar panorama, melainkan simbol keterikatan masyarakat Cidadap dengan warisan geologi yang mereka miliki.
Sebagai destinasi wisata alam, Hawu Pabeasan juga memiliki geowisata yang beragam. Tebing kapurnya menjadi arena panjat tebing, baik bagi masyarakat sipil hingga aparat militer, sementara gua berbentuk tungku menyajikan daya tarik geologi yang langka.
Kemudian, di sekelilingnya terbentang sawah dan kebun warga yang kini dikembangkan sebagai potensi agroeduwisata. Perkembangan pariwisata ini bukan hanya menonjolkan keindahan alam, tetapi juga memberi manfaat kepada masyarakat, seperti membuka lapangan kerja, memperbaiki infrastruktur desa, serta menghadirkan peluang kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta.
Dukungan Kampung Berseri Astra (KBA) dalam Mendorong Ekowisata di Cidadap
Dengan kemegahan karst Citatah, serta desa wisata yang kini dimanfaatkan untuk produktivitas wilayah dan masyarakatnya, adapun jalan baru menghidupkan lingkungan dengan inisiatif baru melalui ekowisata.
Pada tahun 2017, perubahan ini semakin kokoh berkat hadirnya Kampung Berseri Astra (KBA) yang tak hanya mendukung pelestarian karst, tetapi juga mendorong warga memanfaatkan potensi lokal sebagai sumber penghidupan berkelanjutan.
Kampung Berseri Astra (KBA) Cidadap mengintegrasikan empat pilar utama, yaitu lingkungan, kesehatan, pendidikan, dan kewirausahaan. Salah satunya adalah Taman Edukasi Terpadu atau Geoteater yang didirikan menjadi pusat kegiatan warga, mulai dari pelatihan pengelolaan sampah hingga ruang kreatif untuk seni dan belajar. Dari sinilah gagasan ekowisata tumbuh sebagai upaya menjaga alam, sekaligus menghadirkan manfaat nyata bagi masyarakat.
Kemudian, terdapat lahan sawah dan kebun warga yang dimanfaatkan untuk menanam sayuran, tanaman obat keluarga (toga), hingga pohon penghijauan di pekarangan rumah. Budidaya tanaman ini bukan hanya menjaga ketahanan pangan, tetapi juga mempercantik desa wisata sehingga pengunjung bisa belajar sekaligus merasakan manfaatnya secara langsung.
Bagi pemuda FP2KC, Hawu Pabeasan adalah ruang ekspresi sekaligus strategi konservasi. Sementara bagi masyarakat, desa wisata ini membuka lapangan kerja, memperbaiki infrastruktur, dan mengubah cara pandang bahwa menjaga alam bisa sejalan dengan meningkatkan kesejahteraan.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News