spesies baru kutu putih ditemukan di bengkulu serangga mungil apakah ini - News | Good News From Indonesia 2025

Spesies Baru Kutu Putih Ditemukan di Bengkulu, Serangga Mungil Apakah Ini?

Spesies Baru Kutu Putih Ditemukan di Bengkulu, Serangga Mungil Apakah Ini?
images info

Spesies Baru Kutu Putih Ditemukan di Bengkulu, Serangga Mungil Apakah Ini?


Di antara beragamnya spesies serangga, ada kelompok kecil yang kerap luput dari penglihatan. Mereka adalah kelompok kutu putih, serangga mungil yang termasuk dalam ordo Hemiptera dan famili Pseudococcidae

Meski ukurannya kerap tak lebih dari 2 milimeter, keberadaannya menjadi fokus penting dalam dunia pertanian dan ilmu biodiversitas. Baru-baru ini, spesies baru berhasil diidentifikasi di Bengkulu.

Menusuk dan Mengisap Cairan Tanaman

Kutu putih adalah serangga penghisap yang termasuk dalam ordo Hemiptera (kepik sejati) dan famili Pseudococcidae. Di masyarakat, serangga ini sering disebut dengan berbagai nama, seperti kutu kebul atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai mealybugs. 

Ciri khas fisiknya adalah tubuhnya yang lunak, dilapisi oleh lilin putih atau serbuk bertepian yang membuatnya terlihat seperti gumpalan kapas kecil. Mereka memiliki bentuk tubuh oval, antena pendek, dan bagian mulut penusuk-penghisap yang mereka gunakan untuk menusuk jaringan tanaman dan menghisap cairannya. 

Perilaku mereka biasanya hidup berkelompok, terutama pada bagian tanaman yang tersembunyi seperti ketiak daun, bawah permukaan daun, atau bahkan pada buah. Mereka dikenal sebagai hama yang sangat polifag, menyerang berbagai jenis tanaman, dari tanaman hias hingga tanaman pangan penting.

Penemuan Spesies Baru Kutu Putih di Bengkulu

Di bawah kepemimpinan Guru Besar Entomologi, Prof. Agustin Zarkani dari Universitas Bengkulu (UNIB), tim peneliti dari Program Studi Proteksi Tanaman berhasil mengidentifikasi dan mendeskripsikan tujuh spesies serangga baru dunia yang sebagian besarnya adalah kutu putih. 

Temuan ini tidak hanya memperkaya khazanah biodiversitas Indonesia tetapi juga memperkuat posisi negara ini sebagai salah satu negara mega-biodiversity dengan kekayaan flora dan fauna yang unik.

Yang menarik, penemuan ini tidak selalu terjadi di pedalaman hutan yang gelap. Sebagian spesies baru justru ditemukan di lingkungan sekitar, yang terbuka dan dekat dengan aktivitas manusia. Spesies pertama, Dysmicoccus zeynepae Zarkani & Kaydan, ditemukan di pelataran kampus UNIB sendiri pada musim durian. 

Spesies lainnya, Chorizococcus ozeri Zarkani & Kaydan, dinamai untuk menghormati seorang kolega dari Turki yang banyak membantu penelitian, menandakan simbol kolaborasi internasional. 

Salah satu penemuan yang paling personal adalah Pseudococcusiffahae Zarkani & Kaydan, yang diambil dari nama anak Prof. Agustin, Iffah Izzatuniswah, yang ditemukan saat berlibur bersama keluarganya di Belitar Seberang.

Selain itu, tim juga menemukan Planococcusbengkuluensis (dinamai berdasarkan daerah asalnya), Planococcussosromarsonoi, Paraputoraufi, dan Paraputomartonoi yang namanya mengadopsi para peneliti serangga terkemuka Indonesia. 

Proses pengakuan spesies baru ini sangat panjang dan ketat, melibatkan pengiriman karakteristik morfologi, data genetik, dan gambar ilmiah yang detail ke asosiasi ilmiah internasional untuk kemudian dipublikasikan dalam jurnal bereputasi.

baca juga

Kutu Putih adalah Hama

Terlepas dari nilai ilmiahnya yang tinggi, keberadaan kutu putih pada dasarnya dapat sangat merugikan dan berbahaya, khususnya di sektor pertanian. Ancaman mereka bersifat ganda. Pertama, mereka adalah hama langsung yang menghisap cairan tanaman, menyebabkan tanaman menjadi lemah, pertumbuhannya terhambat (kerdil), daun menguning, dan bahkan dapat menyebabkan gagal panen jika populasinya tinggi. 

Kedua, dan yang seringkali lebih berbahaya, adalah peran mereka sebagai vektor atau penular penyakit tanaman. Seperti diungkapkan oleh Dr. Mimi Sutrawati, Ketua Jurusan Perlindungan Tanaman Fakultas Pertanian UNIB, kutu putih memainkan peran besar dalam penyebaran berbagai virus tanaman. 

Virus-virus ini, yang berukuran nano dan tidak terlihat dengan mikroskop cahaya, dapat menyebabkan penyakit sistemik yang menghancurkan. Dr. Mimi mencatat laporan pertama kasus Begomovirus pada pepaya di Indonesia pada tahun 2019, yang juga ditemukan pada cabai, melon, dan jeruk di Bengkulu. Virus ini ditularkan melalui interaksi kutu putih dengan jaringan tanaman saat mereka menghisap cairannya.

Prof. Agustin Zarkani memberikan peringatan serius. Ancaman terbesar bagi manusia di masa depan bukan hanya peperangan, melainkan krisis pangan yang dipicu oleh kerusakan tanaman. Serangga kecil seperti kutu putih dapat menjadi pemicu bencana besar jika tidak dipahami, dipantau, dan dikendalikan dengan baik. 

Oleh karena itu, penelitian biodiversitas dan virologi tanaman seperti yang dilakukan tim UNIB bukan hanya sekadar pencatatan nama-nama baru, tetapi merupakan langkah krusial untuk menjaga ketahanan pangan nasional.

Dengan demikian, kutu putih adalah contoh nyata dari paradigma dalam ilmu hayati: sesuatu yang kecil dan tampak sepele dapat menyimpan potensi penemuan ilmiah sekaligus menyimpan ancaman yang perlu diwaspadai. 

Penemuan dari Bengkulu ini adalah sebuah prestasi yang patut diacungi jempol, sekaligus pengingat akan pentingnya terus mendukung penelitian biodiversitas untuk melindungi masa depan pangan Indonesia. Kolaborasi yang telah dijalin dengan berbagai universitas, termasuk di Taiwan, diharapkan dapat terus berlanjut dan melibatkan generasi muda untuk memastikan kelestarian riset ini.

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firdarainy Nuril Izzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firdarainy Nuril Izzah.

FN
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.