usia satu abad jembatan jurug solo masih berdiri kokoh di atas bengawan solo - News | Good News From Indonesia 2025

Usia Satu Abad, Jembatan Jurug Solo Masih Berdiri Kokoh di Atas Bengawan Solo

Usia Satu Abad, Jembatan Jurug Solo Masih Berdiri Kokoh di Atas Bengawan Solo
images info

Di Kota Solo, ada sebuah jembatan bersejarah yang telah berdiri kokoh lebih dari satu abad, yakni Jembatan Jurug. Jembatan ini membentang di atasSungai Bengawan Solo dan menjadi penghubung penting antara Solo dengan wilayah Karanganyar, Sragen, hingga Jawa Timur. Selain fungsi transportasi, Jembatan Jurug kini juga dilihat sebagai ikon budaya dan potensi wisata kota.

Sejak awal pembangunannya, Jembatan Jurug memainkan peran vital sebagai jalur transportasi darat yang memperkuat konektivitas antarwilayah di Jawa Tengah dan sekitarnya. Lokasinya yang berdiri tepat di atas sungai terpanjang di Pulau Jawa membuatnya tidak hanya bernilai fungsional, tetapi juga memiliki nilai sejarah tinggi.

Sejarah Pembangunan Jembatan Jurug

Jembatan Jurug dibangun pada tahun 1913 di masa pemerintahanSri Susuhunan Pakubuwono X, penguasa Keraton Surakarta Hadiningrat. Bengawan Solo pada masa itu merupakan jalur utama perdagangan, tempat kapal-kapal besar para pedagang melintas sejak era Mataram Islam.

Dalam masa kolonial Belanda, arus perdagangan di Bengawan Solo masih begitu penting sehingga pemerintah kolonial membangun bandar dan pelabuhan di sejumlah titik. Namun, setelah pendangkalan terjadi di anak sungai Bengawan Solo, aktivitas perniagaan mulai beralih ke jalur darat. Kondisi inilah yang melatarbelakangi pembangunan Jembatan Jurug sebagai sarana transportasi antarkota.

Peresmian Jembatan Jurug Tahun 1915

Pembangunan jembatan memakan waktu sekitar dua tahun. Pada tahun 1915, Jembatan Jurug diresmikan secara meriah oleh Pakubuwono X bersama Residen Surakarta, F.P. Sollewijn Gelpke. Peresmian itu diabadikan dalam arsip foto olehKoninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (KITLV) yang hingga kini menjadi catatan sejarah penting.

Acara peresmian turut dihadiri tokoh bangsawan lain, seperti Sri Mangkunegara VI dan Sri Paku Alam VII. Dari berbagai dokumentasi foto kuno yang beredar di media sosial, tampak jelas jembatan dihiasi bunga-bunga indah pada momen pembukaan.

Fakta Teknis Jembatan Jurug Lama

Jembatan Jurug Lama merupakan jembatan tipe gelagar baja komposit dengan lantai kayu. Jembatan ini memiliki lima bentang dengan total panjang 92,2 meter dan lebar 5 meter. Meski usianya sudah melampaui seratus tahun, struktur jembatan terbukti sangat kuat.

Pada masa Agresi Militer Belanda II di tahun 1948, Jembatan Jurug sempat menjadi sasaran pengeboman. Namun, meskipun berulang kali dihantam bom, jembatan ini tetap berdiri tegak dan tidak pernah runtuh. Fakta ini semakin menegaskan nilai historis sekaligus ketangguhan konstruksi jembatan peninggalan kolonial.

Kini, Jembatan Jurug Lama hanya diperuntukkan bagi sepeda motor dan sepeda onthel. Sementara kendaraan roda empat dialihkan ke Jembatan Jurug Baru yang dibangun di sisi selatannya.

Jembatan Jurug dan Potensi Wisata

Selain nilai sejarah, Jembatan Jurug juga mulai dilirik sebagai destinasi wisata. Menurut Bambang Nugroho, pegiat pariwisata Solo, pemandangan di sekitar jembatan cukup menarik karena berlatar Bengawan Solo dan dekat dengan kawasan Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ).

“Pemandangannya bagus, bisa menggunakan latar belakang sungai atau kawasan taman Jurug,” ujar Bambang.

Bambang bahkan mengusulkan ide kreatif mengecat jembatan dengan warna merah muda atau jambon dalam bahasa Jawa, sehingga tercipta identitas baru bernamaJJJ atau Jembatan Jambon Jurug. Menurutnya, langkah tersebut dapat memancing daya tarik wisata sekaligus menjadikan Jembatan Jurug ikon baru Kota Solo.

Untuk mewujudkan rencana itu, tentu dibutuhkan izin dari Balai Besar Bengawan Solo sebagai pengelola wilayah sungai. Namun, ide ini sudah mulai diperkenalkan ke publik melalui promosi media sosial.

Warisan Sejarah yang Hidup

Jembatan Jurug bukan sekadar infrastruktur tua, melainkan saksi perjalanan sejarah Solo, mulai dari kejayaan perdagangan Bengawan Solo, masa kolonial, hingga perjuangan kemerdekaan. Kini, dengan usianya lebih dari seratus tahun, Jembatan Jurug terus menjadi bagian identitas kota sekaligus potensi wisata sejarah.

Ke depan, Jembatan Jurug dapat dikelola sebagai destinasi heritage yang mempertemukan nilai historis, arsitektur kolonial, dan pariwisata modern. Dengan begitu, jembatan tua ini tetap hidup sebagai penghubung—bukan hanya wilayah, tetapi juga generasi.

Sumber:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.