Haris Franky adalah kreator konten multitalenta yang menghiasi industri kreatif Indonesia. Jejaknya di era digital yang beragam menunjukkan adaptasi dan pemahaman mendalam terhadap ekosistem kreatif, mulai dari panggung musik hingga media sosial.
Meskipun gaung namanya tidak selantang kreator konten kebanyakan, Haris Franky memiliki peran vital di balik layar dan panggung acara independen. Ia dikenal mahir memainkan musik dan pernah menjadi bagian dari berbagai proyek musik dengan sejumlah musisi.
Dengan ketekunan, ia mengembangkan kemampuannya di bidang lain, terutama videografi dan fotografi. Keterampilan ini membawanya ke posisi sebagai content manager di Froyonion, sebuah platform media kreatif. Di sana, ia bertanggung jawab mengelola kampanye untuk beberapa merek besar, menunjukkan bahwa ia mampu mengaplikasikan kreativitasnya ke dalam ranah yang lebih luas.
Sebagai kreator konten, Haris Franky sudah memiliki tabungan ide yang banyak dan siap digarap. Salah satunya ia ingin mendokumentasikan musik daerah Sumatra.
Musik Daerah
Indonesia yang kaya, seni dan budayanya pun menjadi kian beragam. Khususnya soal musik di mana setiap daerah memiliki warna dan keunikannya tersendiri saat dimainkan mereka yang sanggup memainkannya.
Haris Franky lantas merasa kekhasan dari musik daerah perlu didokumentasikan musik dari tanah Batak. Menurut pengakuannya, ia terpikirkan mendokumentasikannya dalam bentuk film dokumenter suatu saat nanti.
“Gue pengin bikin film dokumenter buat musik-musik daerah Sumatra, daerah Batak gitulah,” ucap Haris Franky kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.
Namun, membuat film dokumenter bukanlah hal mudah. Haris pun mengerti akan hal itu karena ia sudah memperkirakan apa saja tantangan yang mesti dihadapinya kelak.
“Ongkosnya mahal, terus gua ke sana harus ketemu akses siapa belum tahu juga. Jadi untuk sekarang gua bikin yang gua pribadi dulu, yang gua bisa kerjain semua sendiri,” ungkapnya.
Band AI Bikin Gelisah
Adapun sebelumnya Haris gelisah dengan kemunculan musik gubahan dari band AI. Perkembangan kecerdasan buatan atau AI memang semakin di luar nalar. Semula hanya sebagai asisten mencari informasi, tetapi pelan-pelan AI mampu dalam segala hal dari menyusun teks, membuat gambar, sampai menggubah lagu. Tinggal beri perintah dalam kolom prompt pun simsalabim langsung jadi!
Bagi para pekerja industri kreatif yang memegang teguh proses kreatif secara mandiri pun mempertanyakan kualitas karya buatan AI. Tak jarang di antara mereka merasa pemakaian AI seperti menggeser nilai-nilai kemanusiaan saat berkarya.
Haris Franky sendiri tampak merasakan kegelisahan serupa setelah ia mendengarkan band AI. Menurutnya ada rasa kehampaan karena ia tidak menemukan isi sebenarnya dari lirik yang digubah oleh kecerdasan buatan tersebut.
“Pas gua dengerin tuh kayak lirik generik gitulah, enggak ada arti sama sekali. Kayak lo suruh satu perusahaan AI untuk mendeskripsikan sesuatu pasti seumum mungkin kan. Kalau bisa tidak menyinggung siapapun yang jadinya tidak ada pijakan standapoint moral dan nilai-nilai yang lo percaya. Jadinya hampa aja gitu,” ucap Haris Franky.
Musik karya band AI memang tetap bisa didengar dengan layak. Akan tetapi, Haris Franky menilai hasil musik dari bantuan AI fungsinya hanya untuk memecah kesunyian belaka.
“Jadinya buat suara bising doang, enggak menggerakkan sesuatu untuk melakukan sesuatu yang lo yakini,” ungkapnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News