Heri Pemad adalah direktur ARTJOG, sebuah festival seni terkemuka yang rutin digelar tiap tahun di Yogyakarta. Selain dikenal sebagai direktur festival tersebut, ia juga berpredikat seorang kurator, manajer seni, dan pelopor yang telah mendedikasikan hidupnya untuk kemjaun seni rupa Indonesia.
Perjalanan Heri Pemad di dunia seni rupa dimulai dari bangku kuliah, di mana ia menimba ilmu di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Ia mengawali kariernya sebagai seorang pelukis, yang memberinya pemahaman mendalam tentang proses kreatif dari sisi seorang pelaku. Pengalaman ini membentuknya menjadi seorang manajer seni yang tidak hanya memahami aspek bisnis, tetapi juga memiliki empati dan apresiasi yang tinggi terhadap karya seniman.
Sama seperti kebanyakan orang, Heri memiliki mimpi besar terutama terhadap dunia seni Indonesia. Satu keinginan utamanya ialah ia ingin mewujudkan ruang berkesenian besar suatu saat nanti di mana di situ akan menjadi tempat orang belajar dari berbagai karya seni.
Kawasan Kesadaran
“Saya menginginkan sebuah peristiwa di mana memiliki sebuah kawasan disebut kawasan kesadaran,” kata Heri kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.
Ruang seni besar itu menurut Heri Pemad bisa menjadi tempat untuk mendirikan museum seni yang sudah lama didambakannya. Selain itu, ia berharap khalayak bisa juga hadir untuk bersinergi dan berbagi menumpahkan hasrat berkeseniannya di depan umum.
Namun, untuk museum di kawasan kesadaran itu dirasa Heri tidak akan relevan pada 2045 mendatang. Hanya saja, ia tetap merasa perlu menghadirkan ruang berkesenian itu karena agar menjadi tempat tersendiri bagi banyak orang yang ingin berkarya.
“Mungkin 2045 sudah tidak seksi lagi museum. Tetapi sebuah kawasan kesadaran saya kira melalui bahasa apapun itu adalah bahasa seni. Saya pengin mewujudkan itu dalam satu kawasan di mana harus menjadi sebuah dunia tersendiri yang kemudian menghadirkan banyak sekali pemikiran-pemikiran. Orang keluar dari sana itu akan memiliki wawasan lebih luas, yang ujungnya adalah bisa menghargai sesama manusia,” ucapnya.
Seniman Muda
Adapun sebelumnya Heri mengungkapkan soal hasrat berkesenian dalam diri manusia. Menurutnya, untuk menjadi seniman tidak perlu sekolah tinggi-tinggi di perguruan tinggi. Sekadar untuk mengunjungi pameran atau festival seni pun pembelajaran berkesenian bisa didapatkan setiap insan yang benar-benar tertarik mendalaminya.
“Ternyata berkesenian tidak harus bersekolah. Untuk menjadi seniman juga tidak harus melalui perguruan tinggi. Dia bisa menjadi seorang otodidak yang belajar dari siapapun dan di manapun termasuk mendatangi ARTJOG,” ucap Heri.
Heri mengakui perasaan untuk membuat karya pastilah dialami banyak orang. Kesadaran akan berkesenian menurutnya bisa didapatkan dalam keseharian semisal memotret diri sendiri (selfie) dengan gawai.
“Dulu senang sekali dengan selfie, senang sekali dengan foto-foto peristiwa. Maka pada perkembangannya sampai lupa foto karena sangat menikmati karya-karya di dalamnya dengan membaca keterangan sebuah karya, dan kemudian menyerapnya menjadi sebuah ilmu atau sebagai bentuk menyadarkan diri terhadap karya. Jadi banyak sekali peluang-peluang yang ada di dalamnya,” ucapnya lagi.
“Saya banyak belajar justru dari banyak seniman muda bagaimana mereka bisa merawat perkembangan pengetahuannya dengan hal-hal yang baru muncul pada saat yang dinamakan perkembangan zaman, teknologi, dan lain-lain. Anak muda sangat cepat merespons itu sehingga saya beruntung bisa bergaul dengan banyak seniman muda. Saya banyak sekali belajar dengan mereka dan kemudian memperkaya pengetahuan saya. Jadi seniman muda merupakan aset terbesar buat semuanya,” ucapnya lagi.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News