Apakah Kawan pernah mendengar dan mengetahui salah satu permainan tradisional yang berasal dari daerah Yogyakarta, yakni jeg-jegan? Permainan tradisional ini bisa menjadi salah satu sarana hiburan dalam mengisi waktu luang.
Meskipun sudah mulai ditinggalkan, informasi terkait permainan tradisional bisa terus diwariskan kepada generasi yang akan datang. Dengan demikian, permainan tradisional, baik yang berasal dari Yogyakarta maupun daerah lainnya bisa tetap eksis dan tidak terlupakan begitu saja.
Lantas bagaimana pembahasan lebih lanjut terkait permainan tradisional khas Yogyakarta yang satu ini? Simak ulasan lengkapnya dalam artikel berikut.
Jeg-jegan, Permainan Tradisional dari Yogyakarta
Dikutip dari buku Permainan Anak-Anak Daerah Istimewa Yogyakarta, jeg-jegan merupakan salah satu permainan tradisional yang berasal dari daerah Yogyakarta. Permainan ini juga dikenal dengan beberapa nama lainnya, seperti raton di daerah Kulon Progo, Betengan di Kota Yogyakarta, dan lainnya.
Asal usul nama permainan tradisional ini sendiri berasal dari kata "njejegi". Dalam bahasa Jawa, kata "njejegi" ini berarti menduduki.
Arti kata ini dikaitkan dengan situasi di medan perang, di mana setiap kelompok akan berusaha menduduki dan mengalahkan satu sama lain. Hal ini serupa dengan situasi permainan jeg-jegan yang mirip dengan perang-perangan.
Tidak diketahui secara pasti kapan pertama kali permainan ini ditemukan. Situasi peperangan yang terjadi di masa lalu diprediksi menjadi salah satu alasan mengapa permainan dan dimainkan oleh anak-anak pada zamannya.
Aturan Permainan
Jeg-jegan merupakan salah satu permainan tradisional khas Yogyakarta yang dimainkan secara berkelompok. Artinya dibutuhkan beberapa orang anak yang menjadi pemain dalam permainan ini.
Untuk bermain jeg-jegan, setidaknya dibutuhkan minimal 6 orang anak atau lebih dalam jumlah genap. Nantinya 6 orang anak ini akan dibagi menjadi dua kelompok berbeda.
Tidak ada alat bantu yang digunakan dalam permainan ini. Para pemain hanya perlu mempersiapkan sebuah area yang digunakan untuk permainan ini, seperti pekarangan rumah maupun lapangan.
Setelah itu, pemain bisa membuat dua buah lubang kecil dengan jarak 5 sampai 6 meter. Nantinya dari lubang tersebut akan dibuat lingkaran dengan diameter lebih kurang satu meter.
Lingkaran ini akan menjadi area "ngejegan" atau pangkalan masing-masing kelompok. Di sebelah ngejegan ini dibuat juga sebuah lingkaran sebagai tempat tawanan tim musuh.
Aturan permainan ini juga cukup sederhana. Pemain dari setiap kelompok bisa bergantian keluar dari ngejegan untuk mengejar tim lawan.
Penjelasan lengkap terkait proses bermain jeg-jegan ini bisa dilihat di bagian berikut.
Proses Bermain
Pada awalnya, kedua kelompok bisa menduduki ngejegan masing-masing. Kemudian pemimpin kelompok bisa melakukan undian untuk menentukan siapa yang menyerang dan bertahan terlebih dahulu.
Setelah itu, salah seorang pemain dari masing-masing kelompok bisa keluar dari ngejegan untuk memancing pihak musuh. Nantinya kelompok bertahan juga bisa mengirimkan satu orang pemainnya untuk mengejar pihak lawan tersebut.
Jika pemain bertahan bisa menyentuh pemain yang menyerang, maka dia akan dinyatakan kalah. Pemain menyerang ini kemudian akan dimasukkan ke tempat tawanan tim bertahan.
Meskipun demikian, pihak menyerang bisa kembali ke ngejegan kelompoknya untuk aman dari serangan tim lawan. Jika pemain menyerang sudah kembali ke ngejegan, maka giliran berikutnya diserahkan kepada kelompok lawan.
Proses ini akan terus dilakukan hingga tidak ada pemain yang tersisa. Jika ngejegan salah satu tim kosong, maka kelompok lawan bisa langsung mendudukinya.
Artinya kelompok yang semua pemainnya tertangkap dan masuk ke tempat tawanan akan dinyatakan sebagai pihak yang kalah dalam permainan tradisional dari Yogyakarta ini.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News