Hirananda Shastri berhasil menemukan Prasasti Nalanda pada tahun 1921, berlokasi sekitar 55 mil sebelah tenggara dari Kota Patna. Nalanda merupakan sebuah wihara kuno, sekaligus pusat pendidikan agama Buddha dari tahun 427 sampai 1197 sesudah masehi, di bawah pemerintahan Kerajaan Pala.
Kata Nalanda berasal dari bahasa Sanskerta, ‘Nalan’ artinya bunga teratai dan ‘Da’ berarti pemberi. Jadi, Nalanda bisa diartikan sebagai pemberi ilmu pengetahuan.
Prasasti Nalanda berada di ruang depan Biara Nalanda, Bihar, India. Terlihat angka tahun 860, ditulis dengan bahasa Sanskerta, beraksara Pallawa. Wujud dari prasasti tersebut berupa lempengan tembaga, bagian depannya terdapat 42 baris dan di belakangnya ada 24 baris isi.
Menurut penafsiran manuskrip, tersebutlah Sri Maharaja dari Suwarnadwipa (Sriwijaya) yaitu Balaputradewa meminta Raja Dewapaladewa untuk menyediakan lahan di Nalanda sebagai lokasi pembangunan wihara, diperuntukkan bagi mahasiswa Buddha dari Sriwijaya.
Balaputradewa merupakan Raja Sriwijaya keturunan Dinasti Syailendra, yang memerintah pada abad ke-8 hingga 9 Masehi. Ayahnya adalah Samaragrawira, Raja dari Kerajaan Mataram Kuno, Dinasti Syailendra, sedangkan ibunya Dewi Tara keturunan dari Dharma Setu dari Kerajaan Sriwijaya.
Di bawah Pemerintahan Balaputradewa, Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaan di bidang ekonomi, pendidikan, dan kebudayaan.
Prasasti Sarungga: Bukti Peradaban Tulis di Lereng Gunung Merbabu dari Era Mataram Kuno
I-Tsing, seorang peziarah Buddha asal China mengisahkan kepemimpinan Balaputradewa dalam tulisannya.
Ia menyebutkan bahwa untuk menjadi kerajaan terbesar dan terkuat se-Nusantara, dibutuhkan hanya sekitar 24 tahun bagi Sriwijaya mencapainya.
I-Tsing pertama kali datang ke Kerajaan Sriwijaya tahun 671 M. Ia menetap selama 6 bulan dan melihat kekuasaan Sriwijaya, sekitar wilayah Palembang saja. Lalu tahun 689 M, ia datang lagi bersama beberapa orang dari kampung halamannya, berkunjung ke Sriwijaya.
Ternyata, kerajaan itu telah berkembang pesat, berhasil menguasai wilayah Kedah serta mendirikan bangunan-bangunan peribadatan di Ligor (Semenanjung Malaka).
Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya yang Mendunia
Di akhir abad ke-8 Masehi, Sriwijaya juga menguasai jalur perdagangan di Asia Tenggara, mulai Selat Sunda, Selat Malaka, Selat Karimata, hingga Tanah Genting Kra. Otomatis, setiap pelayaran dari Asia Barat menuju Asia Timur harus melewati kekuasaan Sriwijaya.
Di samping itu, wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya tidak hanya daerah yang ada di Nusantara, bahkan mencapai Malaysia, Singapura, Thailand Selatan, dan Kamboja.
Sebagai pusat perdagangan, Sriwijaya turut memperjualbelikan barang seperti gading gajah, emas, perak, damar, kapur barus, lada, dan rempah-rempah.
Keuntungan besar pun diperoleh dari penetapan pajak dan upeti terhadap kapal-kapal yang singgah.
Berdasarkan tulisan I-Tsing, Kerajaan Sriwijaya juga menjadi pusat pendidikan serta penyebaran agama Buddha saat itu. Terdapat banyak wihara yang didirikan sebagai pusat belajar para biksu dalam menuntut ilmu.
Oleh sebab itu, I-Tsing pun menganjurkan para pendeta di China yang mempelajari agama Buddha agar datang ke Sriwijaya terlebih dahulu. Setelah 1 sampai 2 tahun, barulah melanjutkan ke India untuk menambah ilmu.
Sriwijaya menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan di luar nusantara seperti kerajaan di India, Burma, Siam, Kamboja, Filipina, Persia, Arab, dan China.
Dalam hal diplomasi dan politik, Sriwijaya pun bekerja sama dengan Kerajaan Chola dan Pala. Untuk memperkuat hubungan persahabatan dan perdagangan, Sriwijaya mengirim utusannya secara rutin ke India.
Penemuan Prasasti Gisik di Lereng Gunung Peleng, Temayang, Bojonegoro
Tidak hanya itu, Sriwijaya bahkan memberikan bantuan kepada Kerajaan Chola dalam melakukan peperangan melawan Sri Lanka. Pengaruh signifikan lainnya yaitu adanya pertukaran budaya dan ajaran agama antara Sriwijaya dan India.
Banyak biksu dari India mengajar di Kerajaan Sriwijaya dan sebaliknya, biksu dari Sriwijara menuntut ilmu di India.
Bukti terjalinnya hubungan baik antara Sriwijaya dan India tersebut terdokumentasikan melalui Prasasti Nalanda.
Asrama Pertama di Dunia sebagai Simbol Kejayaan Masa Lalu
Dalam Prasasti Nalanda dijelaskan bahwa Raja Dewapaladewa dari Kerajaan Palla, India, menyetujui permintaan Sri Maharaja dari Swarnadvipa untuk membangun wihara di Nalanda. Adapun isi dari Prasasti Nalanda setelah diterjemahkan sebagai berikut:
“Kami diminta oleh Maharaja Balaputadeva yang termasyhur, Raja Swarnadvipa melalui kurir yang aku buat untuk membangun sebuah biara di Nalanda yang dikabulkan untuk dipersembahkan bagi Sang Buddha yang berbakti, tempat semua kebajikan utamanya seperti Prajnaparamita, sebagai pemujaan, persembahan, pengetahuan, tempat berlindung, sedekah, kebuthab orang sakit.”
Selain permintaan untuk mendirikan wihara, tersebut pula 5 desa di Calcutta, India, agar dibebaskan dari tuntutan pembayaran pajak demi misi pembelajaran agama Buddha di Nalanda.
Meskipun begitu, Raja Balaputradewa turut memberikan bantuan dana dalam pengembangan wihara tersebut.
Selain dari Dwipantara (Sriwijaya), siswa yang menuntut ilmu di Nalanda berasal dari berbagai negeri, seperti Jepang, Korea, Tibel, Tiongkok, Turki, dan Persia. Di masa kejayaannya, jumlah siswa Nalanda mencapai lebih dari 10.000 orang, dengan lebih dari 2.000 guru (acarya).
Adapun ilmu yang diajarkan di Nalanda meliputi bidang ilmu pengetahuan, baik ilmu media, tata bahasa, logika, astrologi, astronomi, matematika, dan sebagainya.
Prasasti Ciaruteun: Jejak Sejarah dan Makna Budaya yang Mendalam
I Gusti Ngurah Suryantara, S.Kom., M.Kom. dalam buku berjudul Python: Bahasa Pemrograman Era Digital mengungkapkan, Nalanda yang berada di India dianggap oleh para sejarawan sebagai pusat pendidikan yang mempunyai asrama pertama di dunia.
Adapula bangunan perpustakaan di gedung khusus bertingkat 9, yang di masa kuno hal itu sangat luar biasa.
Temuan Prasasti Nalanda menjadi bukti bisu kekuasaan Sriwijaya di masa lalu. Keberadaannya di India semakin menguatkan pertalian Indonesia dan India telah terjalin sejak itu.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News