Palembang dikenal sebagai salah satu kota tua di Indonesia yang sarat sejarah dan budaya. Pernah menjadi pusat Kerajaan Sriwijaya, Palembang menyimpan jejak peradaban Melayu yang kuat.
Hal itu juga tercermin dalam bahasanya. Bahasa Palembang sendiri termasuk dalam rumpun bahasa Melayu, dengan ciri khas logat dan kosakata yang unik dibandingkan bahasa Melayu di daerah lain.
Sebagai bahasa sehari-hari, bahasa Palembang memiliki banyak variasi kata yang berbeda dengan bahasa Indonesia. Bukan hanya untuk percakapan umum, tetapi juga dalam hal panggilan keluarga.
Panggilan ini bukan sekadar sapaan, melainkan mencerminkan kedekatan, rasa hormat, dan peran penting seseorang dalam lingkup keluarga. Menariknya, hampir setiap posisi anggota keluarga punya sebutan tersendiri.
Nah, berikut ragam panggilan anggota keluarga dalam bahasa Palembang yang masih sering digunakan hingga kini:
1. Iyek/Yai dan Nyek/Nyai
Dalam bahasa Palembang, kakek biasanya dipanggil “Yai” atau “Iyek”, sedangkan nenek dipanggil “Nyai” atau “Nyek”. Panggilan ini erat kaitannya dengan pengaruh bahasa Melayu, di mana kata “Yai” sering digunakan untuk memuliakan orang yang dituakan, khususnya laki-laki. Begitu pula dengan “Nyai” yang merujuk pada sosok perempuan tua yang dihormati.
2. Bak/Ubak dan Mak/Mamak
Masyarakat Palembang secara tradisional memanggil ayah dengan sebutan Bak atau Ubak, dan ibu dengan sebutan Mak atau Umak. Panggilan ini merupakan sapaan umum yang sering dipakai dalam komunikasi sehari-hari di dalam rumah maupun lingkungan social keluarga.
3. Cok
Di kalangan masyarakat Palembang, beberapa keluarga menyebut anak pertama dengan panggilan “Cok”. Namun, hingga saat ini, belum ditemukan rujukan linguistik resmi yang mencantumkan istilah ini sebagai bagian dari leksikon umum Bahasa Palembang.
Hal ini menandakan bahwa “Cok” mungkin merupakan istilah turun-temurun dalam keluarga tertentu, bukan bagian dari bahasa standar yang terdokumentasi. Contoh Penggunaan: Yukcok (untuk anak pertama perempuan) dan Kakcok (untuk anakpertama laki-laki.)
Baca Juga: Anggun Annaila Zahra, MVP DBL Palembang yang Terpilih All-Star 2025 dan Berangkat ke Amerika
4. Cek/Ning/Mok
Anak tengah dalam keluarga Palembang punya panggilan khas seperti Cek, Ning, atau Mok. Variasi ini menunjukkan betapa kaya dan beragamnya sapaan dalam bahasa Palembang, sekaligus menegaskan identitas anak tengah dalam keluarga.
5. Cik/Ujuk/Pisat
Dalam tradisi masyarakat Palembang, ada panggilan unik untuk menyebut anak bungsu atau anak terakhir dalam keluarga.
Panggilan yang paling populer adalah “Cik”, yang berasal dari kata kecik dalam bahasa Palembang, artinya kecil. Karena anak bungsu dianggap yang paling kecil usianya di antara saudara-saudaranya.
Selain “Cik”, ada juga panggilan “Ujuk”, yang berasal dari kata ujung. Maknanya merujuk pada anak yang berada di “ujung” atau paling akhir dalam urutan kelahiran.
Sementara itu, istilah “Pisat” juga dipakai dengan maksud serupa. Ketiganya memperlihatkan kekhasan bahasa Palembang yang sarat dengan makna kekerabatan.
6. Mangcek dan Bikcek
Dalam bahasa Palembang, paman dipanggil Mangcek dan bibi disebut Bikcek. Sebutan ini terasa akrab, karena paman dan bibi biasanya menjadi sosok dekat yang sering menemani anak-anak dalam keluarga besar.
7.Uwak
Sebutan Uwak diberikan untuk kakak dari ayah atau ibu. Panggilan ini menandakan posisi mereka yang dihormati dalam lingkaran keluarga besar, karena dianggap lebih tua dan bijaksana. contoh penggunaan: Uwakcok (panggilan untuk kakak pertama dari ayah atau ibu).
Baca Juga: Legenda Pulau Kemaro, Cerita Cinta Tan Bun An dan Siti Fatimah yang Abadi di Tengah Sungai Musi
Ragam panggilan anggota keluarga dalam bahasa Palembang menunjukkan betapa erat hubungan antara bahasa, budaya, dan kehidupan sehari-hari.
Setiap sapaan bukan hanya sekadar kata, tetapi cermin rasa hormat, kedekatan, serta nilai kekeluargaan yang diwariskan turun-temurun. Keunikan ini sekaligus menjadi bagian dari kekayaan budaya Melayu Palembang yang patut dilestarikan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News