membangun masa depan generasi muda kknt ipb gelar sosialisasi pencegahan pernikahan dini di desa mangunharjo - News | Good News From Indonesia 2025

KKNT IPB Gelar Sosialisasi Pencegahan Pernikahan Dini di Desa Mangunharjo

KKNT IPB Gelar Sosialisasi Pencegahan Pernikahan Dini di Desa Mangunharjo
images info

Isu pernikahan dini masih menjadi salah satu tantangan sosial yang cukup kompleks di berbagai wilayah Indonesia, tidak terkecuali di Desa Mangunharjo, Kecamatan Jatipurno, Kabupaten Wonogiri.

Fenomena ini masih sering dijumpai dan dianggap sebagai jalan keluar dari berbagai persoalan, mulai dari faktor ekonomi, budaya, hingga rendahnya akses terhadap pendidikan. Padahal, pernikahan yang dilakukan pada usia terlalu muda sering kali menimbulkan dampak serius bagi kehidupan individu maupun masyarakat secara luas, baik dari segi kesehatan, pendidikan, maupun kesejahteraan keluarga.

Menyadari urgensi permasalahan tersebut, kelompok Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) dari Institut Pertanian Bogor (IPB) yang beranggotakan delapan mahasiswa menginisiasi sebuah program kerja bertajuk “Sosialisasi Pencegahan Pernikahan Dini”.

Program ini bertujuan memberikan pemahaman lebih mendalam kepada masyarakat, khususnya remaja, tentang pentingnya menunda pernikahan hingga usia matang agar dapat menyiapkan diri secara fisik, mental, dan sosial.

Kegiatan sosialisasi dilaksanakan di Balai Desa Mangunharjo dan dihadiri oleh sekitar 20–30 remaja, mayoritas berusia antara 14 hingga 18 tahun. Kehadiran para remaja ini menjadi sangat penting karena merekalah yang paling rentan menghadapi persoalan pernikahan dini, sekaligus menjadi agen perubahan yang dapat membawa dampak positif bagi lingkungannya.

Dalam pelaksanaannya, para mahasiswa KKNT IPB menggunakan pendekatan interaktif agar materi dapat tersampaikan dengan lebih efektif dan mudah dipahami. Mereka menjelaskan berbagai dampak negatif dari pernikahan dini, mulai dari risiko kesehatan reproduksi seperti komplikasi kehamilan dan persalinan pada usia muda, potensi tekanan psikologis akibat ketidaksiapan mental dalam membangun rumah tangga, hingga tingginya kerentanan terhadap perceraian dan kemiskinan.

Agar peserta tidak hanya memahami teori, mahasiswa juga menghadirkan diskusi kelompok serta simulasi kasus nyata yang relevan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat desa.

Melalui simulasi ini, para remaja diajak untuk memikirkan skenario kehidupan yang sering terjadi ketika seseorang menikah terlalu muda, kemudian mendiskusikan jalan keluar yang lebih bijak.

Cara ini terbukti mampu memantik rasa ingin tahu dan keterlibatan aktif para peserta, sehingga mereka lebih mudah menangkap esensi dari materi yang disampaikan.

Mahasiswa KKNT IPB tidak hanya menyampaikan materi, tetapi juga menawarkan berbagai solusi yang bisa langsung diterapkan oleh masyarakat.

Misalnya, membangun komunikasi yang lebih terbuka dalam keluarga agar orang tua memahami kebutuhan dan aspirasi anak, mendorong remaja untuk mengasah keterampilan sesuai minat mereka sebagai bekal menghadapi masa depan, serta memanfaatkan program pendidikan maupun pelatihan yang tersedia di desa untuk meningkatkan kapasitas diri.

Lebih jauh lagi, sosialisasi ini juga menekankan bahwa upaya mencegah pernikahan dini bukanlah tanggung jawab individu semata, melainkan sebuah gerakan kolektif. Remaja diharapkan mampu memanfaatkan masa mudanya untuk belajar, berkreasi, dan membekali diri dengan keterampilan hidup.

Orang tua didorong agar selalu hadir memberikan dukungan, sehingga anak-anak mereka dapat tumbuh dalam lingkungan yang sehat dan penuh motivasi. Sementara itu, tokoh masyarakat, guru, dan perangkat desa memiliki peran vital dalam menciptakan ekosistem sosial yang mendukung tumbuh kembang remaja, sekaligus menjadi contoh nyata bagi masyarakat.

Output dari kegiatan ini tidak hanya sebatas pada pemahaman yang diterima oleh para peserta, tetapi juga diarahkan untuk mendorong perubahan perilaku dalam jangka panjang.

Dengan semakin banyak masyarakat yang sadar akan dampak buruk pernikahan usia muda, diharapkan angka kasus pernikahan dini di Desa Mangunharjo dapat ditekan secara signifikan. Hal ini sejalan dengan cita-cita menciptakan generasi yang lebih sehat, berpendidikan, dan siap membangun keluarga harmonis di masa depan.

Ke depan, mahasiswa KKNT IPB berharap agar program ini tidak berhenti hanya sebagai satu kegiatan sosialisasi. Mereka menginginkan adanya kesinambungan berupa gerakan bersama yang melibatkan berbagai pihak, baik pemerintah desa, sekolah, lembaga keagamaan, maupun komunitas pemuda.

Dengan adanya kolaborasi yang kuat, pesan-pesan yang telah disampaikan dapat terus digaungkan dan dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Jika komitmen ini dapat dijaga, Desa Mangunharjo berpotensi menjadi contoh nyata bagi desa-desa lain dalam upaya pencegahan pernikahan dini.

Pada akhirnya, kegiatan sosialisasi ini bukan hanya sekadar acara formalitas, melainkan sebuah bentuk investasi sosial untuk masa depan. Investasi yang ditanam hari ini melalui pengetahuan, kesadaran, dan kerja sama untuk menghasilkan generasi muda yang lebih tangguh, berdaya saing, dan memiliki kualitas hidup yang lebih baik.

Dengan dukungan seluruh elemen masyarakat, cita-cita membangun desa yang peduli, progresif, dan berpihak pada kepentingan anak muda bukanlah hal yang mustahil untuk diwujudkan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KW
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.