jejak plta gunungtua subang pembangkit berusia seabad yang tetap bertahan - News | Good News From Indonesia 2025

Jejak PLTA Gunungtua Subang, Pembangkit Berusia Seabad yang Tetap Bertahan

Jejak PLTA Gunungtua Subang, Pembangkit Berusia Seabad yang Tetap Bertahan
images info

Kabupaten Subang, Jawa Barat, memiliki sejarah panjang dalam pemanfaatan energi air. Salah satu bukti nyatanya adalah PLTA Gunungtua, sebuah pembangkit listrik tenaga air yang sudah berdiri sejak awal abad ke-20. Dari tiga PLTA yang ada di Subang, Gunungtua dikenal sebagai yang paling tua dan memiliki nilai historis tinggi.

Berdasarkan informasi dari kanal YouTube Jejak Siborik, pembangunan PLTA ini dilakukan pada tahun 1921. Saat itu, kebutuhan listrik di Subang dipusatkan untuk mendukung tiga perkebunan teh besar, yakni Wangunreja, Tambaksari, dan Ciater.

“Ini dulunya ada dua mesin untuk kebutuhan listrik di perkebunan, Wangunreja, Tambaksari, dan Ciater. Kapasitasnya dulu kalau tidak salah satu mega (megawatt),” kata Deni, operator PLTA Gunungtua.

Penopang Perkebunan Kolonial

Kehadiran PLTA ini tidak bisa dipisahkan dari sejarah panjang perkebunan di Subang. Pada masa kolonial Belanda, kawasan ini dikelola oleh perusahaan bernama Pamanoekan en Tjiasemlanden milik pengusaha Belanda, Pieter Willem Hofland.

Sebelumnya, Subang hanya menghasilkan komoditas dasar seperti beras, kelapa, dan gula dengan jumlah terbatas. Namun, setelah adanya pengelolaan modern oleh Hofland, perkebunan teh, kopi, dan kina berkembang pesat. Listrik dari PLTA Gunungtua menjadi tulang punggung yang mendukung aktivitas produksi, sekaligus memajukan perekonomian masyarakat sekitar.

Selain itu, kehadiran PLTA juga mendorong pembangunan infrastruktur lain, termasuk permukiman pekerja perkebunan. Kondisi ini menjadikan Subang sebagai salah satu daerah penting dalam peta ekonomi kolonial di Jawa Barat.

Masa Perang dan Hancurnya PLTA

Sejarah PLTA Gunungtua sempat terguncang pada era pendudukan Jepang di Indonesia. Pada tahun 1943, fasilitas ini dibom hingga hancur. Jepang bermaksud menguasai Subang dan melumpuhkan infrastruktur energi yang ada di wilayah perkebunan.

Serangan tersebut membuat PLTA tidak bisa berfungsi selama beberapa tahun. Namun, setelah Indonesia merdeka, PLTA Gunungtua direhabilitasi dan kembali beroperasi. Sejak saat itu, pembangkit ini menjadi simbol kebangkitan sekaligus bukti ketahanan infrastruktur energi di Indonesia.

Kondisi PLTA Gunungtua Saat Ini

Hingga kini, PLTA Gunungtua masih bertahan. Bendungan yang ada menjadi kunci untuk mengatur pasokan air menuju generator. Mesin-mesin lama buatan Belanda telah digantikan dengan mesin baru buatan Korea agar tetap bisa dioperasikan.

Namun, tantangan tetap ada. Musim kemarau membuat pasokan air dari bendungan berkurang. Air yang mengalir dari sungai tidak selalu mencukupi kebutuhan mesin pembangkit. Pipa besar sepanjang dua kilometer yang menghubungkan bendungan ke mesin generator pun kerap tersumbat lumpur, sehingga mengurangi kapasitas alirannya.

“Sekarang musim kemarau, dan operasionalnya tergantung pasokan air,” ujar Deni.

Karena kondisi tersebut, PLTA tidak selalu beroperasi penuh. Aktivitasnya disesuaikan dengan ketersediaan air, sehingga sering kali hanya dijalankan pada waktu tertentu.

Warisan Energi Terbarukan untuk Subang

Meski menghadapi keterbatasan, PLTA Gunungtua tetap memiliki peran strategis. Selain menyuplai listrik, kehadirannya juga menjadi warisan sejarah penting yang menunjukkan bagaimana energi terbarukan sudah dimanfaatkan di Indonesia sejak zaman kolonial.

Bagi masyarakat Subang, PLTA ini adalah simbol perkembangan teknologi di masa lalu sekaligus pengingat pentingnya pemanfaatan energi ramah lingkungan. Pembangkit listrik tenaga air bukan hanya solusi untuk memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga bentuk komitmen menjaga keberlanjutan lingkungan.

Kini, keberadaan PLTA Gunungtua menegaskan bahwa Subang memiliki kontribusi besar dalam sejarah kelistrikan Indonesia. Meski sudah berusia lebih dari satu abad, pembangkit ini masih beroperasi dan memberikan manfaat nyata.

Sumber:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.